Sunday, 20 May 2018 10:55

“Presiden Setujui Komando Operasi Khusus Gabungan“

Written by 
Rate this item
(0 votes)

 

Serangan-serangan teroris belum juga berhenti sejak kericuhan terjadi di Rumah Tahanan Salemba Cabang Markas Korps Brimob, Kelapa Dua Depok, dua pekan lalu. Menghadapi hal tersebut, Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko menyatakan, Presiden Joko Widodo-Jokowi telah merestui Komando Operasi Khusus Gabungan-Koopssusgab Tentara Nasional Indonesia-TNI dihidupkan kembali. Hal itu dikatakan Moeldoko di Kompleks Istana Jakarta, Rabu (16/5). Dengan dihidupkannya gabungan pasukan khusus TNI ini, berarti aparat yang terlibat mengatasi terorisme sudah mencakup Kepolisian RI-Polri lewat Densus 88 dan TNI dengan Komando Operasi Khusus Gabungan.

Moeldoko menegaskan, kemampuan pasukan Komando Operasi Khusus Gabungan juga telah disiapkan dengan baik untuk ditugaskan ke berbagai daerah di Indonesia. Selanjutnya Kepala Kepolisian RI-Kapolri dan Panglima TNI akan membahas lebih lanjut tugas pasukan khusus itu. Komando Operasi Khusus Gabungan dibentuk Moeldoko saat menjabat sebagai Panglima TNI dan diresmikan pada Juni 2015 lalu. Pasukan elite tersebut merupakan gabungan personil terbaik dari pasukan khusus pemberantasan terorisme TNI. Diantaranya, Satuan 81 Gulfor Komando Pasukan Kusus-Koppassus TNI angkatan Darat. Detasemen Jala Mengkara Korps Marinir TNI angkatan Laut, dan Satuan Bravo Pasukan Khas TNI Angkatan Udara. Pasukan itu terdiri 90 prajurit pilihan yang dilatih khusus menangani terorisme. Satuan khusus tersebut sempat dibekukan beberapa waktu lalu.

Menurut Moeldoko untuk mengaktifkan kembali pasukan khusus ini tidak memerlukan payung hukum. Ia mengatakan, operasi gabungan ini perlu dijalankan sebagai langkah preventif menghadapi ancaman serangan terorisme dan menciptakan ketenangan masyarakat. Ia berharap Komando Operasi Khusus Gabungan dapat terus dihidupkan baik untuk menanggulangi ancman terorisme maupun operasi perang lainnya di berbagai daerah. Aktifnya kembali Komando Operasi Khusus Gabungan diharapkan dapat memberikan kekuatan optimal untuk mengamankan negara.

Terkait rencana itu, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Irjen Setyo Wasisto mengatakan, Polri telah berkoordinasi dengan sejumlah lembaga lain dalam aksi kontraterorisme. Salah satunya dengan TNI. Komando Pasukan Khusus-Kopasus, kata Setyo Wasisto, sudah masuk. Dalam kegiatan penggeledahan atau penggerebekan, menurut Setyo, Korps Brimob sudah kerap bekerjasama dengan kopassus. Begitu pula dengan pengamanan obyek vital. Dalam operasi-operasi penangkapan teroris Kopassus juga sudah sering dilibatkan. Setyo Wasisto menegaskan, Kepolisian sama sekali tidak mempermasalahkan pelibatan TNI  dalam aksi kontraterorisme. Contoh yang paling umum adalah Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah. Dalam operasi kontraterorisme di Indonesia Timur itu, TNI turut beraksi di lapangan.

Read 1300 times Last modified on Thursday, 17 May 2018 21:44