pesona indonesia

pesona indonesia (547)

24
November

Bubur Palopo

Written by
Published in pesona indonesia

Bubur Palopo. (Foto: palopodita.blogspot.com)

 

VOINews.id: Jika Anda berwisata ke Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Anda wajib mencoba salah satu kuliner khas daerah tersebut bernama palopo. Dalam bahasa Sumbawa, palopo berarti bubur kerbau. Sesuai dengan namanya, palopo memang berbahan dasar susu kerbau. Selain susu kerbau, bubur palopo terbuat dari gula merah, gula pasir dan sedikit cairan terong kuning sebagai bahan pengental.

27
May

Kampung Segeram

Written by
Published in pesona indonesia

 

 

VOI PESONA INDONESIA Diperkirakan bahwa sebelum kedatangan bangsawan dari Siam dan Campa Pulau Srindit atau Pulau Bunguran sudah ada yang mendiaminya, yakni Melayu Tua. Hal itu diperkuat dengan cerita rakyat Natuna, bahwa dahulu kala ditemui orang ‘kate’ di kaki gunung Ceruk dan ranai. Orang ‘kate’ atau pendek itu adalah sebutan atau salah satu ciri dari orang Melayu Tua. Hal tersebut tentu sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Wilhelm G. Solheim sebagaimana dikutip Ellya Roza dalam bukunya sejarah Tamadun Melayu bahwa Asia Tenggara adalah sebagai tempat mula-mula terciptanya peradaban manusia. Itu artinya, peradaban Melayu bukanlah kelanjutan dari peradaban India dan Cina. 

Namun masyarakat awal di Kampung Segeram, yakni generasi Demang Megat dan Engku Fatimah dengan masyarakat sekarang ini mengalami berbagai pasang surut pertumbuhannya. Generasi awal atau generasi Demang Megat dan Engku Fatimah diperkirakan di mulai pada akhir abad 15 Masehi, yakni bertepatan masa Sultan Alaudin Riayat Syah III (Tahun 1597-1655 M). Akan tetapi jejak-jejak masih ada, dan saling keterkaitan dengan apa yang ada di Segeram. Sebagaimana diceritakan oleh Bapak Syamsudin kepada Tim Peneliti bahwa di Segeram ada “keturunan Datuk Kaya dan anaknya bernama Putri Bulan“ di Gunung Sedenuk. Putri Bulan adalah seorang gadis yang cantik. Karena kecantikan, maka terdengar kabar oleh para Lanon. Lanun atau Lanon (dialog Natuna) adalah para perompak laut, yang merompak harta benda para pedagang atau siapa saja di laut. Maka datang lah si Lanun tersebut ke Kampung Segeram untuk memperebutkan Putri Bulan. 

Kemudian terjadilah perkelahian atau pertempuran antara Lanun dengan Datuk Kaya di hulu sungai yang merupakan benteng pertahanan Datuk Kaya. Dalam perkelahian tersebut Datuk Kaya terpeleset dari Batu atau benteng pertahanan dan terbunuh oleh sang Lanun. Sedangkan sang Putri Bulan disimpan di Gunung Sedenuk dan meninggal tanpa diketahui. Akan tetapi sebagian masyarakat Segeram mengatakan bahwa Makam yang ada di Gunung Sedenuk adalah Maka Putri Bulan. Setelah generasi Demang Megat dan Engku Fatimah, Kampung Segeram mengalami kemundurun, dan boleh dikatakan mengalami abad kegegelapan (Dag Age), mengalami keterputusan generasi awal dengan generasi berikutnya. 

Hal ini sebagaimana dituturkan oleh Ketua RW Segeram Faisal Prihadi kepada Tim Peneliti, bahwa menurut cerita yang didapatinya Segeram pernah ditinggal oleh manusia, namun ia tidak tahu penyebabnya. Maka munculnya generasi berikutnya yang mendiami Segeram adalah berasal dari daerah Daik Lingga, Banjar, Kalimantan dan Suku Laut. Menurut keterangan Bapak Syamsudin perintis Kampung Segeram generasi atau priode kedua pasca generasi Demang Megat dan Engku Fatimah adalah “Tok Jong A’out” Tok Jumat adalah Atok dari Wan Tiase. Wan Tiase bersumikan Atok Usman berasal dari Banjar, sedang Wan Tiase berasal dari Suku Laut namun lahir di Segeram. Periode generasi kedua ini diperkirakan 300 tahun lalu. 

Dari keturunan Tok Jumat inilah kemudian lahir generasi baru yang mendiami masyarakat Segeram. Semasa itu diceritakan Bapak Syamsudin masyarakat Segeram sangat maju dan ramai. Berbagai kegiatan perdagangan, agama dan pendidikan berkembang di Segeram. Sehingga daerah sekitar seperti Sedanau, Kelarik dan pulau lainnya belajar agama di Segeram. Ada beberapa tokoh ternama dalam masa ini, antara lain, Tok Kasim, Tok Usman, Tok Yunus, Tok Idin dan Tok Abu. Nama nama ini kemudian diabadi sebagai nama-nama tempat di Segeram, seperti Sungai Tok Kasim, Tok Idin dan Tok Abu. Tok Kasim diperkirakan adalah Sayyid Qosim Bin Yasin Al Aidarus atau dikenal juga dengan julukan nama Tuan Jubah Hitam. Wafat pada 14 Sya’ban tahun 1532 H sesuai yang tertulis di Nisan makamnya terdapat di Segeram, tepatnya disamping Mesjid Al-Bihar. (Resmawati)

 

17
January

VOI PESONA INDONESIA Bogor, merupakan salah satu tujuan wisata yang lokasinya tak jauh dari kota Jakarta. Di Bogor banyak destinasi wisata menarik. Bagi Anda pencinta wisata air, curug Lembah Tepus yang bertingkat-tingkat ini bisa menjadi destinasi wisata Anda selanjutnya. Lembah Tepus terletak di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Anda akan merasakan udara sejuk serta pepohonan hutan rindang yang berada di sekeliling curug Lembah Tepus. Lokasinya berada di Pasir Reungit, Gunung Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak tempuh Lembah Tepus dari Kota Bogor sekitar 30 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 30 menit. Untuk berlibur ke Lembah Tepus, Anda akan dikenakan biaya sebesar 10.000 Rupiah. Tarif parkir untuk sepeda motor Rp 5.000 dan Rp 10.000 untuk mobil.

Air terjun Lembah Tepus tidak terlalu tinggi hanya beberapa meter saja. Air terjun tersebut memiliki kontur yang bertingkat-tingkat. Tingkatan tersebut terbentuk secara alami. Lembah Tepus juga memiliki air khas gunung yang bersih ,jernih, dan berwarna biru kehijauan. Air tersebut ditampung di kolam yang terbuat dari batuan alam. Anda bisa menikmati kesegaran air Lembah Tepus dengan berendam di kolam airnya.

Jika tidak ingin bermain air, Anda bisa berselfie ria di air terjun ini. Di destinasi ini sudah disediakan beberapa spot yang dapat menjadi latar foto para pengunjung. Anda juga dapat bersantai menikmati suasana di sekitar Lembah Tepus yang asri dengan udara yang sejuk. Di Lembah Tepus Anda pun bisa berkemah. Tersedia area camping yang disediakan untuk wisatawan. Lembah Tepus memiliki fasilitas wisata yang cukup lengkap, yaitu mushola, toilet, gazebo dan warung makan.

27
October

VOI PESONA INDONESIA Bagi Anda pencinta wisata bahari, Blitar di Jawa Timur bisa menjadi destinasi wisata Anda selanjutnya. Di kabupaten ini ada 4 wisata pantai yang bisa Anda kunjungi. Salah satunya adalah pantai Gondo Mayit. Dalam bahasa Jawa, Gondo Mayit memiliki arti bau mayat. Terdengar agak seram memang. Namun justru pantai ini tidak seseram namanya, bahkan tergolong indah. Pantai Gondo Mayit sendiri terletak di sebelah selatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Untuk menuju ke sana dibutuhkan waktu sekitar satu jam dari Kota Blitar ke arah Kademangan dan Tulungagung. Untuk masuk ke pantai ini, Anda harus membayar tiket masuk sebesar tujuh ribu rupiah.

pantai Gondo Mayit memiliki pasir yang landai, sangat cocok dijadikan sebagai tempat wisata keluarga. Pasir putihnya sangat bersih, tanpa karang dan tidak ada sampah. Selain itu, karena berada di sebelah selatan pulau Jawa membuat Pantai ini dianugerahi ombak yang cukup besar, sehingga lokasi ini menjadi tempat favorit para peselancar (surfer) untuk mencoba ganasnya ombak pantai Gondo Mayit. Namun jika Anda tidak bisa surfing, Anda pun bisa berenang atau sekedar bermain di pinggir pantainya saja.

berwisata ke pantai Gondo Mayit, Anda bisa puas berfoto dengan latar belakang pemandangan pantai, laut dan bukitnya yang indah. Lelah bermain di pantai Gondo Mayit, Anda juga bisa makan di sejumlah warung makan yang dikelola oleh warga desa setempat. Mereka menjual berbagai macam makanan olahan ikan hasil laut setempat. Kemudian jika ingin bermalam, untuk menikmati keindahan matahari terbenam dan terbit, di puncak bukit terdapat sebuah pondok kayu yang bisa Anda sewa untuk menginap.

26
October

VOI PESONA INDONESIA Liburan ke Yogyakarta tidak akan lengkap tanpa mengunjungi Malioboro yang popular. Malioboro adalah sebuah nama jalan utama yang membelah kota Yogyakarta. Berlokasi di antara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Tugu Pal Putih, jalanan Malioboro menjadi surga oleh-oleh, belanja serta wisata kuliner. Pada malam hari sepanjang jalan Malioboro akan lebih padat dan ramai lagi karena banyak seniman yang mengekspresikan kemampuannya seperti musik, pantomim, melukis dan lainnya. Jalur pedestrian yang dilengkapi dengan beberapa tempat duduk disiapkan Pemerintah Kota Yogyakarta, agar wisatawan dalam negeri maupun mancanegara lebih nyaman dan menikmati suasana Malioboro. Kawasan Malioboro selalu padat dikunjungi wisatawan, meski tidak berbelanja, Malioboro memang sangat apik ditangkap menggunakan kamera. Namun sejak 10 tahun terakhir Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mulai melakukan pembenahan dan penataan serta mempercantik wilayah jalan Malioboro. Salah satunya adalah mulai tahun 2019 diterapkan aturan baru bahwa setiap Selasa wage kawasan Malioboro bebas dari kendaraan bermotor kecuali kendaraan umum trans jogja serta kendaraan pelayanan masyarakat seperti truk pengangkut sampah, ambulans, dan mobil pemadam kebakaran. Selain bebas kendaraan bermotor, Pedagang Kaki Lima - PKL yang ada di Malioboro juga tutup. Dengan adanya aturan baru ini, banyak kegiatan diselenggarakan setiap Selasa Wage di kawasan Malioboro. Hal ini membuat Malioboro tetap padat didatangi wisatawan.

Malioboro sendiri berasal dari bahasa sansekerta malyabhara yang berarti karangan bunga. Adapula beberapa ahli yang berpendapat asal kata nama Malioboro berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal di Jogja pada tahun 1811- 1816 M. Pemerintah Hindia Belanda membangun Malioboro sebagai kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan pada awal abad 19. Malioboro mulai populer pada era kolonial (1790-1945). Ketika itu, pemerintah Belanda membangun Benteng Vredeburg tahun 1790 di ujung selatan Jalan Malioboro. Belanda juga membangun Dutch Club atau Societeit Der Vereneging Djokdjakarta (1822), The Dutch Governo's Residence (1830), Javasche Bank, dan Kantor Pos. Perkembangan Malioboro semakin pesat, ditambah dengan adanya perdagangan antara pemerintah Belanda dengan pedagang Tionghoa. Hingga tahun 1887, Jalan Malioboro dibagi dua setelah Stasiun Tugu Yogya dibangun.

Sejarah lainnya, Jalan Malioboro menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pernah terjadi pertempuran hebat antara pejuang Tanah Air dengan pasukan kolonial Belanda yang dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Pasukan Merah Putih berhasil menaklukkan kekuatan Belanda dan menduduki Yogyakarta setelah enam jam bertempur.

Malioboro terus berkembang hingga saat ini. Dengan tetap mempertahankan konsep aslinya dahulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogya. Tempat-tempat strategis seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk Beringharjo hingga Istana Presiden Gedung Agung juga berada di kawasan ini. Pemerintah setempat kini terus melakukan perbaikan untuk menata Malioboro menjadi kawasan yang nyaman untuk disinggahi. Awal tahun 2016 ini pemerintah telah berhasil mensterilkan parkir kendaraan dari Malioboro dan tengah menata kawasan ini di sisi timur untuk pedestrian. Warung-warung lesehan hingga saat ini masih dipertahankan untuk mempertahankan ciri khas Malioboro. Sedangkan untuk para pedagang Kaki Lima- PKL yang selama ini menghiasi koridor pertokoan sepanjang jalan Malioboro kini sudah dipindahkan. Wisatawan yang datang ke Malioboro kini harus siap-siap tidak bisa lagi bertransaksi jual beli dengan PKL di pedestrian. Sebab, PKL Malioboro telah direlokasi dan menempati tempat khusus di Teras Malioboro 1 dan 2. Sebelumnya, terhitung Februari 2022 Pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merelokasi PKL Malioboro ke dalam kawasan khusus Bernama Teras I dan 2. Lokasi PKL di Teras 1 dan 2 Malioboro ini tetap berada di kawasan utama wisata Yogyakarta. Selain terkenal dengan wisata kuliner dan cinderamata, Kawasan Malioboro kini mencatatkan diri sebagai daerah wisata Karnaval. Hal ini juga tak lepas dari suksesnya pelaksanaan Jogja Fashion Carnival 2022 bertajuk "Abiwada Arsana" yang digelar pada 16 Oktober.

25
October

VOI PESONA INDONESIA Ada desa wisata Mbengan, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur yang begitu memikat. Desa wisata ini punya banyak tempat wisata alam. Beberapa di antaranya, Ngapan Keto (tebing Keto) dengan keunikan pemandangan alam untuk melihat Laut Sawu, Air Terjun Ndalo Werok, Goa Liang Kar, Air Terjun Piripipi, Air Terjun Par Tambang. Untuk wisata budaya, ada atraksi Umbiro, Wai Doka, tarian Kelong, permainan tradisional Napa Tikin, Ghena Ajo, Dang Ajo, Paka Maka, dan berbagai ritual adat yang berkaitan dengan pertanian ladang.

Kali ini kami perkenalkan kepada anda, salah satu atraksi wisata budaya desa Mbengan, yakni Ritual Ghan Woja. Nama ritual ghan woja terdiri dari dua kata, yakni "ghan" yang berarti makan dalam bahasa etnis kolor dan "woja" artinya bulir padi panjang. Jadi ritual ghan woja bermakna makan padi baru guna menandakan berakhirnya tahun lama dan memasuki tahun tanam baru, menurut kalender pertanian para petani di Manggarai Timur. Ritual ini juga sebagai ungkapan rasa syukur bahwa tahun lama sudah lewat dan memasuki tahun baru masa tanam dalam kalender pertanian setempat. Biasanya, ritual ghan woja dilaksanakan pada Juli hingga September tiap tahunnya,

Sebelum melaksanakan ritual ghan woja di rumah, masyarakat Kampung Bungan dilarang membuka kebun baru. Ini aturan lisan yang secara turun temurun ditaati masyarakat setempat. Bila melanggar, maka diyakini hasil panen tidak akan melimpah dan kebun akan diganggu binatang. Biasanya yang ditanam adalah jagung dan padi. Yang menanam pertama di ladang adat di sekitar mbaru mere (rumah adat) yakni suku nanga. Jika tetua adat suku nanga belum menanam padi dan jagung di kebun, warga lain dilarang menanam duluan.


19
September

Umumnya gua-gua yang ada di Indonesia terdiri dari batuan kapur dan berada di lereng bukit, sehingga sering terbentuk stalaktit dan stalagmit. Namun ada salah satu gua di Purbalingga, Jawa Tengah yaitu Gua Lawa, yang termasuk gua vulkanik yang terbentuk dari lava pegunungan aktif yang meleleh dan mengalami pendinginan selama ribuan hingga jutaan tahun. Proses pendinginan lava ini mengakibatkan batuannya keras dan kuat dengan warna hitam tanpa menimbulkan stalaktit maupun stalagmit. Tebal batuan bisa mencapai 50 meter, sehingga tahan terhadap guncangan. Gua Lawa berada di kaki Gunung Slamet, tepatnya di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Tempat ini dinamakan Gua Lawa karena terdapat banyak hewan kelelawar di dalamnya. Gua Lawa atau yang juga biasa disebut Golaga oleh masyarakat setempat, memiliki panjang sekitar 1,5 km dengan ketinggian sekitar 900 mdpl (meter di atas permukaan laut) sehingga udaranya terasa sejuk.

Selain menikmati keindahan alami Gua Lawa, Pemerintah Kabupaten Purbalingga membuat destinasi wisata ini menjadi lebih menarik. Sejak beroperasi sehari setelah lebaran tahun 2018, destinasi wisata ini menyediakan kedai kopi unik yang berada di dalam gua. Dengan munculnya fasilitas tersebut wisatawan yang berkunjung meningkat cukup drastis. Fasilitas ini tentu cocok bagi wisatawan yang ingin melepas lelah sehabis mengelilingi gua. Meneguk secangkir kopi hangat dapat menikmati pemandangan eksotis gua berhiaskan lampu warna-warni seperti merah, biru, hijau, dan lain-lain yang menyala bergantian menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan.

Tak hanya di dalam gua, bagian luar dari kawasan Gua Lawa juga mulai dibenahi oleh Pemerintah setempat. Pintu masuk terdiri atas susunan bata yang sedemikian rupa sehingga menyerupai pintu pada zaman Kerajaan Majapahit. Memasuki kawasan, ada hamparan rumput dan pohon pinus yang rindang. Spot ini memang ditujukan untuk tempat berfoto wisatawan. Karena sudah dikelola oleh pemerintah, akses menuju Gua Lawa cukup mudah. Jika berangkat dari pusat kota Purbalingga, perjalanan yang harus ditempuh sepanjang 27 km. Disarankan berkunjung ke tempat ini dari pagi hari, sebab Gua Lawa buka setiap hari mulai jam 08.00 hingga pukul 17.00 sore. Harga tiket masuknya sekitar, Rp 20.000 untuk hari Senin hingga Jumat sedangkan Rp 25.000 per orang untuk akhir pekan. Sekian Pesona Indonesia dari Voice Of Indonesia.//

06
September



Keindahan topografi berupa pegunungan yang berbatasan langsung dengan pantai membawa Desa Wisata Tepus di Kabupaten Gunung Kidul masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Anugerah Desa Wisata Indonesia merupakan ajang pemberian penghargaan kepada desa-desa wisata yang memiliki prestasi dengan kriteria-kriteria penilaian dari Kemenparekraf/Baparekraf. Menparekraf Sandiaga Uno saat Visitasi 50 Desa Wisata Terbaik ADWI 2022 di Desa Wisata Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta, 31 Agustus lalu menyatakan Desa Wisata Tepus menyajikan destinasi wisata yang komplit dengan memadukan antara wisata alam dan wisata budaya serta didukung fasilitas yang memadai. Ia berharap desa wisata ini dapat menjadi salah satu desa wisata terbaik dunia. Adapun Desa Wisata Tepus berjarak 70 kilometer dari Kota Yogyakarta dan dapat ditempuh dengan transportasi darat selama kurang lebih 1,5 jam.

 

Deburan ombak pantai selatan dengan pasir putih di sepanjang bibir pantai membuat wisatawan betah datang ke desa yang dikenal dengan sebutan Dewi Kampus (Desa Wisata Kelurahan Madani Tepus) ini. Kelurahan Tepus sendiri memiliki 12 pantai yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Enam di antaranya dijuluki "Pantai Perawan" karena masih sepi dan belum diketahui banyak orang. Untuk mengunjungi pantai ini, Anda hanya dikenakan biaya retribusi sebesar Rp10.000. Di samping potensi wisata berbasis alam, Desa Wisata Tepus juga kaya akan daya tarik lainnya. Di antaranya kesenian dan budaya yang terus dipelihara, dari seni Jathilan, seni Ketoprak, Karawitan, Rasulan, Bersih Telaga, Kenduri, Kirim Dowa, Nglengani Pari, Pasang Gawar, hingga Larungan.


Desa Wisata Tepus memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Antara lain area parkir, Balai pertemuan, kamar mandi umum, mushala, tempat makan, area WiFi dan homestay. Untuk penginapan atau homestay, ada beberapa pilihan dengan biaya antara Rp 150.000 hingga Rp 250.000. Atraksi wisata yang bisa dinikmati wisatawan juga tidak kalah beragam. Seperti atraksi wisata buatan yang mengedukasi pengunjung soal berbagai cendera mata dari logam perak, melihat proses membatik dan membuat sendiri batik tulis dengan membayar minimal Rp 75.000, naik jip dengan harga mulai Rp 300.000 dan gala dinner dengan harga mulai Rp 45.000.Di desa Wisata Tepus Anda pun bisa belajar karawitan atau belajar kuliner olahan singkong.

05
September

(voinews.id)objek wisata Monumen Bajra Sandhi, adalah sebuah monumen yang berada di jantung kota Denpasar. Monumen ini dibangun dan didedikasikan untuk perjuangan rakyat pulau Bali. Lokasi monumen ini terletak di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali dan Gedung DPRD Provinsi Bali, tepatnya di Renon. Pembangunan monumen mulai dilakukan pada tahun 1987 atas prakarsa mantan Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra. Pada tanggal 14 Juni 2003, monumen baru diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri bersamaan dengan pembukaan Pesta Kesenian Bali (PK-Bali/PKB). Sejak saat itulah, monumen ini dibuka untuk umum.

Koleksi yang ada di dalam Museum Monumen Perjuangan Rakyat Bali antara lain diorama berjumlah 33 buah, koleksi foto dan lukisan. Dalam diorama tersebut wisatawan dapat melihat kehidupan orang Bali dari masa prasejarah, masa Bali Kuno, masa Bali madya dan masa Bali memperjuangkan serta mengisi kemerdekaan. Setiap diorama diberi keterangan dalam tiga bahasa yakni bahasa Bali, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Monumen Bajra Sandhi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali untuk menghormati para pahlawan serta merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman. Selain itu, juga merupakan lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desain arsitektur dari Ir. Ida Bagus Gede Yadnya, seorang arsitek yang memenangkan kompetisi arsitektur untuk monumen ini, memiliki arti hari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, dengan design 17 gerbang pintu masuk, 8 pilar utama dan ketinggian monumen 45 meter.

nama Bajra Sandi berasal dari kata Bajra dan Sandhi. Bajra artinya Genta dan Sandhi artinya suci. Jika dilihat dari bentuk bangunan monumen, memang terlihat seperti Genta Suci yang digunakan oleh para pendeta agama Hindu, saat mengucapkan mantra dalam upacara persembahyangan. Monumen Bajra Sandhi juga memiliki daya tariknya tersendiri bagi wisatawan Asia seperti Jepang, China dan Korea. Bentuknya yang mirip pagoda membuat para wisatawan tersebut tertarik untuk berkunjung. Karena di negara-negara mereka juga banyak ditemukan pagoda. Fasilitas monumen Bajra Sandhi selain museum, juga terdapat perpustakaan, kolam ikan, kerajinan tangan dan toilet. Untuk masuk ke monumen ini pengunjung harus membayar Rp. 25.000 untuk pengunjung dewasa dan Rp. 10.000 untuk anak-anak. Sedangkan untuk Pelajar hanya perlu membayar Rp. 2.000 dan untuk Mahasiswa sekitar Rp. 5.000.

29
August

(voinews.id)Masjid Wawoangi merupakan masjid tertua di pulau Buton. Lokasinya di atas pegunungan Desa Wawoangi, Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. Masjid ini juga dikenal dengan nama “Masjid Di Atas Angin”. Dalam bahasa 'cia-cia', bahasa masyarakat setempat, wawoangi artinya di atas angin, sehingga masjid ini disebut Masjid di Atas Angin. Masjid Wawoangi didirikan oleh Syekh Abdul Wahid di tahun 1527 dan dipercaya sebagai masjid pertama dalam mensyiarkan agama Islam di Pulau Buton.

bangunan Masjid Wawoangi tampak sederhana, meski demikian masjid ini punya keunikan tersendiri. Semua bangunan masjid terbuat dari kayu, dindingnya terbuat dari bambu-bambu kecil dengan posisi berdiri dan tidak rapat. Bambu ini diikat dengan ijuk pepohonan. Atapnya terbuat dari kayu jati yang tipis dan tidak ada kubah ataupun menara di samping masjid. Di halaman masjid terdapat pohon cendana dan beberapa makam tua . Salah satu dari makam tua tersebut adalah  makam ayah Sultan Buton VII, Sultan La Saparagau.

masjid Wawoangi sehari-harinya sudah jarang digunakan warga untuk shalat, karena letaknya lumayan jauh dari perkampungan warga. Namun masjid ini masih tetap dijaga kelestariannya dan dipelihara dengan baik oleh warga Desa Wawoangi. Karena untuk kegiatan-kegiatan adat, masjid ini kerap digunakan. Pada saat bulan suci Ramadhan, Masjid Wawoangi ini biasanya dikunjungi warga yang ingin menjalankan shalat Tarawih.

Page 1 of 40