Rabu lalu (17/4/2024), Rusia meluncurkan serangan rudal ke kota bersejarah Chernihiv di Ukraina dan menewaskan sedikitnya 18 orang serta menyebabkan korban terluka sebanyak 77 orang. Serangan itu menimbulkan kepanikan yang luar biasa.
Sebenarnya wilayah Chernihiv, yang berbatasan dengan Belarusia di utara, sebagian telah diduduki Rusia pada awal invasi. Kota ini terhindar dari pertempuran selama sekitar dua tahun sejak pasukan Rusia mundur. Akan tetapi serangan Rabu kemarin mengubah situasi, dan membuat warga ketakutan.
Pejabat Walikota Chernihiv, Oleksandr Lomako mengatakan belasan bangunan rusak dalam serangan itu. Pejabat lain mengungkapkan puluhan kendaraan serta fasilitas medis dan pendidikan juga rusak.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky tidak hanya menyalahkan Rusia atas serangan tersebut. Ia juga mengatakan negara-negara Barat harus berbuat lebih banyak untuk membantu mempertahankan wilayah Ukraina.
Menurutnya serangan Rusia tidak akan terjadi jika Ukraina menerima peralatan pertahanan udara yang memadai dan jika tekad dunia untuk melawan teror Rusia cukup kuat. Zelensky pun mengulangi seruan kepada para sekutu Baratnya untuk meningkatkan dukungan.
Sementara, Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal bahkan mengatakan kepada BBC akan terjadi "Perang Dunia Ketiga" jika Ukraina kalah dalam konfliknya dengan Rusia. Ia mendesak Kongres AS untuk meloloskan rancangan undang-undang bantuan luar negeri yang telah lama terhenti. Shmyhal sendiri menyatakan "optimisme hati-hati" bahwa anggota parlemen AS akan meloloskan rancangan undang-undang dengan dana sebesar 61 miliar dolar AS yang dialokasikan untuk Ukraina.
Sejak konflik Rusia dan Ukraina meletus, ratusan ribu korban telah tewas disertai kerugian material yang luar biasa. Hanya niat dan tekad kuat dari pemimpin kedua negara yang dapat menghentikan perang, karena upaya-upaya pihak ketiga, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, belum dapat menghentikan konflik yang berkepanjangan ini.