Sulawesi Tenggara menyimpan banyak wisata alam, salah satunya adalah Pulau Bokori. Pulau ini terletak di tengah lautan luas. Pulau kecil yang indah ini terletak di kecamatan Soropia dan di depan tanjung Soropia。Dahulu pulau ini didiami oleh orang-orang suku Bajo. Suku Bajo yang kadang disebut juga suku Bajau merupakan suku laut, yang menggantungkan hidupnya dari laut dan memiliki kehidupan yang tak pernah jauh dari laut. Kemudian suku Bajo ini berpindah ke tempat lain. Pulau Bokori saat ini menjadi salah satu objek wisata unggulan Sulawesi Tenggara。
pulau Bokori terkenal dengan pasir putihnya yang panjang dan juga memukau pengunjung。 Selain itu di pulau ini terdapat juga sebuah lapangan yang pada waktu air laut sedang pasang, maka lapangan tersebut akan terisi air laut sehingga akan tampak seperti danau di tengah laut。 Keindahan dan ketenangan yang di dapat serta birunya laut berpadu dengan putihnya pasir membuat pantai ini benar -benar menjadi unggulan obyek wisata ini。
Ada dua cara yang bisa ditempuh untuk sampai ke Pulau Bokori. Cara pertama adalah menggunakan transportasi laut dari pelabuhan Kendari langsung ke pulau ini. Sedangkan cara ke dua adalah menggunakan transportasi darat dari Kendari menuju perkampungan Suku Bajo。 Sedangkan dari pusat kota ke perkampungan Suku Bajo hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit。 Di sini banyak penduduk setempat menyediakan jasa antar ke Pulau Bokori. Tarifnya juga terbilang murah, dengan membayar kira-kira Rp. 30,000 per orang, anda sudah mendapatkan layanan antar jemput。
Selain karena daya tarik pasirnya yang putih, Pulau Bokori juga menjadi tempat ideal untuk berenang dengan bebas dan sepuas hati, jika laut sedang dalam kondisi tenang dan gulungan ombaknya yang tidak terlalu tinggi. Tetapi jika ingin berenang lebih jauh ke tengah laut, sebaiknya berhati-hati agar tidak menginjak bulu babi. Bagi anda yang memiliki hobi memancing, anda bisa menyewa perahu nelayan dan memancing sekitar pulau, atau bisa juga hanya mendayung sambil mengitari pulau。Bagi anda yang suka fotografi, pulau ini juga cocok untuk objek pemotretan, apalagi dengan pemandangan matahari tenggelam yang cantik.
Pulau Sangiang adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Selat Sunda, yakni antara pulau Jawa dan Sumatra. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang, Banten. Awalnya Pulau Sangiang merupakan kawasan cagar alam, namun pada tahun 1991 pulau ini secara resmi diubah sebagai Taman Wisata Alam.
Pulau Sangiang menawarkan banyak keindahan wisata bahari di Banten. Pulau dengan luas sekitar 720 hektar ini punya beberapa pantai dengan ekosistem bawah laut yang memukau. Terumbu karang di pulau ini memang masih bagus. Biota laut yang paling banyak ditemukan di Sangiang adalah ikan badut atau orang sering menyebutnya ikan nemo.
dengan hamparan pasir putih yang bersih, anda dapat melakukan berbagai aktivitas di tepi pantai pulau Sangiang, seperti olahraga air dan bersantai di tepi pantai. Anda juga dapat menikmati keindahan bawah laut pulau ini dengan snorkeling, diving, atau menyewa glass bottom boat yang tersedia di pulau ini.
Pulau Sangiang menyimpan berbagai pesona keindahan, mulai dari panorama pantai dengan pasir putih hingga rimbunya vegetasi hutan yang masih terjaga kealamiannya. Keindahan Pulau Sangiang Serang menjadikannya menyandang gelar The Seven Wonders of Banten.
jika anda ingin berwisata ke Sangiang, anda dapat menempuh perjalanan dari Jakarta menuju kota Cilegon. Dari Cilegon dilanjutkan menuju ke Anyer. Waktu perjalanan yang diperlukan kira-kira 3 jam jika melewati jalan tol.
Setelah itu, perjalanan masih dilanjutkan dengan jasa perahu penyeberangan menuju ke Pulau Sangiang dari Pantai Manuk, di Anyer. Waktu perjalanan yang dibutuhkan dari Pantai Manuk untuk sampai di Pulau Sangiang sekitar 1 jam.
Berbicara mengenai kue khas Lebaran, setiap daerah di Indonesia punya kue khas Lebarannya masing-masing, seperti di Lampung. Masyarakat Lampung merasa Lebaran mereka tidak akan lengkap, jika belum menyuguhkan kuliner Segubal di Hari Raya. Segubal terbuat dari beras ketan dan santan. Pembuatan kuliner ini tidaklah mudah, karena membutuhkan waktu sekitar 8 hingga 10 jam. Pertama-tama, beras ketan yang sudah direndam selama satu hari, dimasak dengan santan kental.
Kemudian beras ketan dan santan ini dikukus, lalu dibentuk pipih dan digulung dengan menggunakan daun pisang. Adonan ini kemudian direbus selama 4 jam. Karena rumit dalam pembuatannya, masyarakat Lampung, khususnya penduduk Kelurahan Negeri Olok Gading, Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung secara bergotong royong membuat kuliner ini.
ketika dinikmati, kuliner ini terasa legit dan gurih. Segubal dapat dinikmati langsung, namun biasanya masyarakat Lampung menyantapnya bersama sayur pedos. Sayur ini mirip seperti kari ayam, namun dengan cita rasa yang lebih pedas. Selain dengan lauk sayur pedos, Segubal juga dapat dinikmati dengan gulai ayam, rendang daging dan tape.
kini banyak masyarakat Lampung yang menjual Segubal. Segubal dijual di pasar-pasar tradisional. Disana Segubal dijual seharga Rp.10.000 hingga Rp. 20.000. Selain Lebaran, penganan ini hanya dapat dijumpai saat upacara adat, seperti pesta pernikahan, khitanan dan cukuran rambut bayi. Penganan ini menjadi simbol dan bagian dari tradisi adat yang penting dalam masyarakat Lampung. Di Hari Raya, selain menjadi menu wajib, Segubal juga menjadi hantaran wajib untuk diberikan ke sanak keluarga dan sahabat.
VOI PESONA INDONESIA Yogyakarta adalah ibu kota dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kota Yogyakarta adalah kediaman bagi Sultan Hamengkubuwana dan Adipati Paku Alam yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan kota terbesar keempat di wilayah Pulau Jawa bagian selatan menurut jumlah penduduk. Kota Yogyakarta juga pernah menjadi ibu kota RI pada tahun 1946. Nama Yogyakarta terambil dari dua kata, yaitu Ayogya atau Ayodhya yang berarti kedamaian. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, karena hampir 20% penduduk produktifnya adalah pelajar dan terdapat 137 perguruan tinggi. Kota ini diwarnai dinamika pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Kota Yogyakarta sangat strategis, karena terletak di jalur-jalur utama, yaitu Jalan Lintas Selatan yang menghubungkan Yogyakarta, Bandung, Surakarta, Surabaya, dan kota-kota di selatan Jawa, serta jalur Yogyakarta – Semarang, yang menghubungkan Yogyakarta, Magelang, Semarang, dan kota-kota di lintas tengah Pulau Jawa. Karena itu, angkutan di Yogyakarta cukup memadai untuk memudahkan mobilitas antara kota-kota tersebut. Kota ini mudah dicapai oleh transportasi darat dan udara. Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua, dan Sungai Gajahwong. Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemerintah kota Yogyakarta.
Salah satu kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kotagede pernah menjadi pusat Kesultanan Mataram antara kurun tahun 1575–1640. Keraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya adalah Keraton Ngayogyakarta dan Puro Paku Alaman, yang merupakan pecahan dari Kesultanan Mataram. Yogyakarta juga menjadi tempat lahirnya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Hingga saat ini, Pengurus Pusat Muhammadiyah masih tetap berkantor pusat di Yogyakarta. Kota penuh sejarah yang masih terpelihara dengan baik ini merupakan sebuah Kota yang kental akan budaya Jawa nya sehingga banyak wisatawan mancanegara yang jatuh cinta dengan Kota ini.
Orchid Forest Lembang disebut-sebut sebagai taman anggrek terbesar di Indonesia. Selain terkenal dengan Taman anggrek nya yang Indah, tempat tersebut terkenal karena music. Karena kadang dijadikan tempat konser namun keasrian dan kebersihan tetap dijaga walau ada pertunjukan. Untuk mencapai Orchid Forest, pengunjung harus berjalan sekitar tiga kilometer dengan trek menanjak. Namun kelelahan berjalan akan terbayar ketika sampai di Orchid Forest. Semua dibayar dengan keindahannya. Terdapat lebih dari 157 jenis bunga anggrek yang dibudidayakan dalam lahan seluas 12 hektare ini. Bibit anggrek berasal dari berbagai negara, seperti Venezuela, Amerika Serikat, hingga Peru. Bahkan bunga Anggrek langka yang sulit ditemukan seperti anggrek hitam atau Coelogy pandurata, anggrek kantong semar atau Paphopedilum glaucophyllum dan juga jenis paraphalaenopsis laycocky bisa dilihat dan ditemukan di sini.
Selain dapat menikmati keindahan beragam bunga anggrek, wisatawan yang berkunjung dapat menikmati indahnya pohon pinus yang berjejer dan hawa yang luar biasa sejuk. Suhu yang dingin ini membuat bunga anggrek tumbuh dengan sangat baik. Iklim yang sejuk dan dingin ini dikarenakan wilayah Orchid Forest terletak di dataran tinggi. Daerah Ekowisata yang baru beberapa tahun lebih dibuka ini memberikan paket lengkap para pengunjung. Pemandangan alam asri dengan udara sejuk, instalasi sarana yang aesthethic, berbagai spot foto yang Instagramable, serta fasilitas dan sub destinasi yang beragam akan memuaskan para wisatawan. Selain itu, hutan anggrek seluas 12 hektar ini dinobatkan sebagai hutan anggrek terbesar di Indonesia karena pengelolaan yang dilakukan dengan baik.
Untuk mencapai lokasi ini, sarana termudah adalah menggunakan kendaraan pribadi. Keadaan jalan yang mulus memungkinkan kendaraan roda empat dan dua melewatinya. Namun kita juga bisa menggunakan angkutan umum yang mengambil tujuan Lembang atau Subang. Dengan jarak kurang lebih 20 Km dari Kota Bandung ibukota Propinsi Jawa Barat, arahkan perjalanan Anda ke utara ke arah Lembang menuju ke wilayah wisata Gunung Tangkuban perahu. Setelah melewati kota Lembang, sebelum mencapai wisata Gunung Tangkuban Perahu, akan ditemukan papan petunjuk di pinggir jalan yang menuntun kita ke arah pintu gerbang Orchid Forest Lembang Cikole. Orchid Forest Lembang Bandung ini buka setiap hari, sepanjang minggu. Mulai buka jam 09.00 untuk hari biasa dan jam 08.00 pada akhir pekan. Dan tutup jam 18.00 untuk hari biasa, dan jam 19.00 untuk akhir pekan dan hari libur.
Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia dan adanya himbauan di rumah aja, Pantai Falajawa di Ternate, Maluku Utara menjadi tempat favorit warga setempat untuk menunggu waktu berbuka dengan menikmati keindahan pantai sambil berburu kuliner khas untuk berbuka puasa. Beragam makanan dan kue khas tradisonal bisa ditemukan di sini. Menu yang jadi favorit dan selalu diburu sebagai hidangan khas berbuka puasa adalah Nasi Jaha, Kue tradisional Lalampa dan juga kue khas Popaco.
Kue Popaco memang menjadi salah satu kuliner favorit warga ternate untuk berbuka puasa. Kue ini manis, legit dan gurih, sehingga cocok sebagai menu berbuka puasa. Kue tradisional ini terbuat dari tepung beras yang direbus dengan gula aren, daun pandan dan santan. Setelah matang, kue dituang ke dalam mangkuk Popaco yang terbuat dari daun pisang. Lalu disiram saus yang terbuat dari santan dan tepung maizena. Disajikan dingin lebih legit dan nikmat. Selain enak dinikmati sebagai menu berbuka puasa, Kue tradisional ini juga enak dinikmati saat minum teh atau kopi di pagi atau sore hari. Di Ternate, kue Popaco juga menjadi santapan setiap kali orang menyelenggarakan ibadah syukuran ataupun saat berkumpul bersama keluarga.
tak sulit menumukan kue Popaco di Ternate. Apalagi saat bulan Ramadhan, banyak pedagang yang menjajakan kue tradisional ini sebagai menu berbuka puasa. Harganya relatif murah, sekitar Rp.2500 hingga Rp. 5000 per porsi. Sedang kuliner favorit berbuka puasa lainnya, seperti Nasi Jaha atau nasi ketan yang dimasak dalam bambu dan kue Lalampa, kue dari beras ketan yang diisi ikan cakalang juga banyak dijual di Ternate. Harga Nasi Jaha sebesar Rp. 10.000 hingga Rp. 15.000 per porsi dan kue Lalampa sebesar Rp. 3000 hingga Rp.5000 per potong.
Pantai Bagedur memiliki pasir pantai yang putih dengan ombak yang tidak terlalu besar. Berbagai jenis pepohonan tumbuh dengan subur dan rindang disekitar pesisir Pantai Bagedur. Pasir pantainya yang padat, memungkinan pantai ini disusuri oleh kendaraan bermotor, sehingga pantai ini sering dijadikan tempat relli motor. Jika anda datang ke lokasi wisata ini dengan kendaraan, anda dapat langsung membawa kendaraan anda ke pinggir pantai sambil menikmati desiran ombak pantai selatan.
dengan hamparan pasir yang luas, pantai ini juga dapat digunakan untuk bermain volley, sepak bola atau permainan sejenis lainnya. Pengunjung dapat bermain pasir dan berenang di bibir pantai dengan bebas karena pantainya yang landai dan tanpa karang
Sebagai lokasi wisata, Bagedur memiliki fasilitas penginapan berupa Cottage. Selain itu, disekitar pantai juga terdapat berbagai warung yang menjual berbagai sajian khas kuliner laut seperti, ikan bakar, cumi-cumi bakar, serta berbagai menu makanan lainnya dengan harga yang relatif terjangkau.
Pantai Bagedur, terletak di Desa Sukamanah, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Bisa ditempuh dari Jakarta melalui Tol Tangerang-Merak. Jarak Bagedur dari Jakarta sekitar 200 kilometer dengan waktu tempuh lebih kurang enam jam. Sedangkan jarak dari Serang, Ibukota Banten, sekitar 130 kilometer dengan waktu tempuh 4,5 jam.
Selain terkenal dengan kuliner rendang, Padang yang terletak di provinsi Sumatra Barat juga memiliki beragam menu untuk berbuka puasa. Salah satunya adalah lamang tapai. Di tengah maraknya makanan cepat saji, makanan tradisional yang terbuat dari ketan dan diberi kuah tapai ketan hitam ini masih menjadi primadona di saat berbuka puasa.
makanan khas Padang ini terbuat dari ketan putih yang dibakar dan disajikan lengkap dengan tapai yang terbuat dari ketan hitam. Proses pembuatan Lamang Tapai ini sangat tradisional dan unik. Untuk membuat lamang, diperlukan sebilah ruas bambu muda. Setelah dicuci, beras ketan putih itu dicampur santan kelapa dan daun pandan serta diberi sedikit garam. Kemudian beras itu dimasukkan ke ruas bambu muda yang bagian dalamnya dilapisi daun pisang. Kemudian dituangkan santan ke dalamnya dan lalu dibakar. Membakarnya pun harus hati-hati agar ruas bambu itu tidak sampai terbakar.
Untuk proses pembuatan kuahnya, tapai yang terbuat dari ketan hitam itu lebih dahulu dikukus, lalu ditaburi ragi yang telah dihancurkan hingga menjadi bubuk, kemudian ditutup dengan daun pisang. Didiamkan selama tiga hari di tempat yang kering, hingga jadilah tapai ketan hitam. Lamang terasa lezat dan manis, bercampur sedikit rasa asam. Lamang tapai ini juga mengeluarkan aroma khas yang menggugah selera untuk berbuka puasa.
lamang tapai yang biasanya disajikan di rumah-rumah masyarakat Minangkabau sebagai salah satu menu berbuka puasa, juga sering ditemukan pada hari-hari besar agama dan perayaan adat masyarakat setempat.
VOI PESONA INDONESIA Masjid Wawoangi merupakan masjid tertua di pulau Buton. Lokasinya diatas pegunungan Desa Wawoangi, Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. Masjid ini juga dikenal dengan nama “Masjid Di Atas Angin”. Dalam bahasa 'cia-cia', bahasa masyarakat setempat, wawoangi artinya di atas angin, sehingga masjid ini disebut Masjid di Atas Angin. Masjid Wawoangi didirikan oleh Syeh Abdul Wahid di tahun 1527 dan dipercaya sebagai masjid pertama dalam mensyiarkan agama Islam di Pulau Buton.
bangunan Masjid Wawoangi tampak sederhana, meski demikianmasjid ini punya keunikan tersendiri. Semua bangunan masjid terbuat dari kayu, dindingnya terbuat dari bambu-bambu kecil dengan posisi berdiri dan tidak rapat. Bambu ini diikat dengan ijuk pepohonan. Atapnya terbuat dari kayu jati yang tipis dan tidak ada kubah ataupun menara di samping masjid. Di halaman masjid terdapat pohon cendana dan beberapa makam tua . Salah satu dari makam tua tersebut adalah makam ayah Sultan Buton VII, Sultan La Saparagau.
masjid Wawoangi sehari-harinya sudah jarang digunakan warga untuk shalat, karena letaknya lumayan jauh dari perkampungan warga. Namun masjid ini masih tetap dijaga kelestariannya dan dipelihara dengan baik oleh warga Desa Wawoangi. Karena untuk kegiatan-kegiatan adat, masjid ini kerap digunakan. Pada saat bulan suci Ramadhan, Masjid Wawoangi ini biasanya dikunjungi warga yang ingin menjalakan shalat Tarawih.
Sebagai Negara dengan mayoritas berpenduduk muslim, tentu tak sulit menemukan bangunan Masjid di Indonesia. Dari sekian banyak Masjid yang ada di Indonesia, ada cukup banyak Masjid yang punya arsitektur bangunan yang indah. Sebut saja salah satunya Masjid Agung Madani Pasir Pangaraian di Riau. Masjid Agung Madani Nasional Islamic Centre (MAMIC) Pasir Pangaraian ini terletak di Pematang Berangan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau dan merupakan salah satu masjid termegah se-Asia Tenggara. Kemegahannya membuat masjid ini dinobatkan sebagai masjid percontohan di Indonesia.
Masjid Agung Madani Nasional Islamic Centre (MAMIC) Pasir Pangaraian merupakan ikon Kabupaten Rokan Hulu. Pembangunan MAMIC Rokan Hulu dimulai pada Tahun 2008, dan diresmikan penggunaannya 6 Agustus 2010. MAMIC Rokan Hulu didirikan diatas lahan seluas 22 hektar dengan luas bangunan 15 800 meter persegi dan berdaya tampung mencapai 15.000 hingga 20 000 jemaah. Masjid ini mengadopsi bangunan masjid modern bergaya arabia dengan kubah besar berdiameter 25 meter di atap bangunan utama. MAMIC juga diapit empat menara di setiap sudut bangunan masjid masing masing setinggi 66.66 meter dan ditambah dengan satu menara utama setinggi 99 meter yang terpisah dari bangunan utama masjid. Akses ke bangunan utama masjid ini terdiri dari 9 pintu. Masing masing 3 pintu di tiga sisi bangunan masjid.
Interior Masjid dihiasi dengan berbagai kaligrafi serta lampu gantung seberat 2 ton, terbuat dari Pelat Kuningan dari Italia. Bangunan Masjid juga dihiasi dengan beragam batu hias, seperti Batu Oksi dari Jawa Timur, Batu Akik dari Kalimantan dan Turki, Batu Cris Topas dari Jawa Barat, dan Kalimaya dari Banten. Di bagian pinggir terdapat rantai yang merupakan persatuan umat Islam, 8 bilah pedang sabilillah Khaidir Ali, 16 busur panah Syaidina Ali bin Abi Tholib dan 8 tombak Abu Bakar Assiddiq, ditambah dengan bunga Kusuma lambang kejayaan Islam dan dikelilingi surat Al-Fatihah, surat Al –Kafirun, surat Annas serta 99 Asmaul Husna. Masjid Agung Pasir Pengaraian selain menjadi tempat beribadah juga menjadi salah satu tempat wisata religi di kabupaten Rokan Hulu dengan salah satu kegiatan wisata menariknya adalah memandang kota Pasir Pagaraian dari ketinggian menara Masjid ini.