.
Bukit Siguntang di Palembang mungkin tidak sepopuler Jembatan Ampera yang membelah sungai Musi. Bukit ini merupakan tempat sakral yang menyimpan cerita dan kisah dari Kerajaan Sriwijaya. Bukit Siguntang terletak di kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, Sumatera Selatan.
Di bukit ini dahulunya dipercaya sebagai tempat ibadah keluarga kerajaan serta tempat pertapaan untuk menenangkan pikiran. Hingga saat ini, Bukit dengan ketinggian ketinggian 29-30 meter dari permukaan laut ini, masih tetap dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Biasanya pengunjung yang datang akan melakukan ritual ziarah ke makam-makam para bangsawan Palembang zaman dahulu, dan dianggap sebagai orang penting pendiri Kota Palembang. Bukit ini merupakan titik tertinggi di Kota Pelembang, sehingga dipercaya menjadi lokasi yang paling aman jka terjadi banjir. Di puncak bukit terdapat beberapa makam yang dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja, bangsawan dan pahlawan Melayu-Sriwijaya.
Cukup mudah untuk menjangkau wisata Bukit Siguntang, karena lokasinya berada di tengah Kota Palembang dengan jarak sekitar 4 Km. Perjalanan bisa ditempuh dari pusat kota dengan menggunakan transportasi tujuan Ampera-Bukit Besar. Akses jurusan ini membawa Anda lansung ke Bukit Siguntang. Memasuki kawasan bukit, pengunjung akan dikenakan biaya tiket sebesar Rp 3000 untuk dewasa dan Rp 2000 untuk anak-anak. Karena lokasinya dekat dengan pusat kota, maka tidak akan kesulitan menemukan tempat-tempat makan. Demikian halnya dengan penginapan, anda dapat mencari hotel-hotel yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran Anda.
Oktober mendatang, salah satu dari 100 Calender of Event Kementerian Pariwisata bertajuk Festival PesonaKarawo akan berlangsung di Gorontalo. Pada acara tersebut, akan ada parade orang-orang mengenakan kain Karawo,parade menyulam, lomba foto Karawo, sampai lomba motif Karawo. Sesuai namanya, festival ini bertujuan mempopulerkan kain Karawo ke khalayak luas. Karawo merupakan kain sulaman khas Gorontalo.
nama kain tradisional khas Gorontalo ini sebenarnya diambil dari kata Karawo yang berarti sulaman dengan tangan. Kerajinan kain tradisional ini sudah ada sejak abad ke-17, pada masa kerajaan di Gorontalo. Awalnya kerajinankain kerawo ini dibuat oleh masyarakat Gorontalo, khususnya kaum ibu dan remaja putri untuk kebutuhan mereka sendiri. Namun karena keindahan dan keunikkannya, banyak orang yang menyukai kain Karawo, sehingga kini kain ini diperjualbelikan. Baik dalam bentuk kain, maupun pakaian jadi. Harganya juga sangat bervariasi. Untuk kain dan baju perempuan dijual mulai Rp125 ribu sampai Rp250 ribu. Sedangkan untuk baju pria, yang terdiri dari jas wool seharga Rp400 ribu, jas biasa Rp150 ribu, dan kemeja antara Rp100 ribu sampai Rp150 ribu. Selain dibuat untuk berbagai jenis pakaian, kain karawo juga dapat dipakai untuk berbagai macam barang yang dihiasi sulaman kain tersebut. Barang-barang yang dibuat dengan menggunakan kain Karawo, seperti tas, sapu tangan, dasi, kopiah, taplak meja, sprei, tatakan gelas, topi bahan rotan, mukena, dan kipas.
Kain Karawo memiliki sulaman yang khas dengan berbagai hiasan warna yang menarik. Proses membuat sulaman kain ini tidaklah mudah. Laode M Arif Akbar, Manager Fungsi Pelaksana Pengembangan UMKM(Usaha mikro, kecil dan menengah), kantor Perwakilan Bank Indonesia provinsi Gorontalo dalam sesi wawancara di studio Voice of Indonesia, menjelaskan ada dua proses pembuatan kain karawo.
Insert Laode M Arif Akbar:
Ada dua proses. Jadi yang pertama kita mendesain, membuat desain karawonya. Yang Kedua kita mengiris kainnya. Jadi kain baju kita iris pak benangnya. Kita cabut benangnya satu-satu sampai terbentuk pola yang bolong-bolong seperti ini. Setelah itu masukin lagi benang baru sesuai dengan desain tadi, kemudian diikat dan kemudian jadilah sulaman.
Motif sulaman pun bermacam-macam, seperti tulip, mawar, dan kupu-kupu. Sehelai sulaman kain kerawang dapat dibuat selama kurang lebih satu minggu hingga satu bulan bahkan bisa lebih lama, tergantung dengan jenis kain, benang, dan motifnya. Kain kerawang berkualitas terbaik dengan menggunakan benang emas dan motif yang rumit memerlukan waktu yang lebih lama.
Sulawesi Selatan tidak hanya memiliki hasil lautnya yang berlimpah tetapi juga ada pesona alam yang dapat anda kunjungi ketika berada di Sulawesi selatan, yaitu Pulau Selayar. Pulau Selayar merupakan pulau kecil yang berada di Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Ibukota Kabupaten Selayar adalah Kota Benteng. Perjalanan menuju Pulau Selayar memerlukan waktu sekitar 10 jam dari Kota Makasar.
Pulau Selayar memiliki pantai-pantai dengan pasir putih yang sangat halus seperti, Pantai Pamatata, Pantai Tanaera, Pantai Lansangireng, Pantai Taloiya, Pantai Pabadilang, Pantai Rampang-Rampangan, dan Pantai Labuang Nipaiya.
Tidak hanya keindahan pantai, Pulau Selayar juga menyajikan panorama bawah laut yang indah di Taman Nasional Takabonerate. Di sini ada karang atol dengan luas 220.000 hektar dan merupakan karang atol terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia.
di Pulau Selayar anda juga dapat melihat keunikan yang terdapat di Perkampungan Toa Bitombang yang merupakan perkampungan tertua di Pulau Selayar. Keunikan dari perkampungan ini adalah rumah-rumah beratap bambu dengan penopang kayu yang tinggi, Tiang-tiang rumah menggunakan kayu Bitti atau Holasa yang memilii kualitas yang baik, itu sebabnya rumah-rumah di perkampungan ini tetap kokoh walaupun telah berusia ratusan tahun.
Keunikan lain dari desa ini adalah penduduknya yang sebagian besar berusia di atas 90 tahun tetapi masih dapat melakukan aktivitas produktif seperti beternak dan berkebun. Keindahan pantai, laut, bangunan, kebudayaan, aktivitas masyarakat dan berbagai keunikan alam dan masyarakat merupakan pesona Pulau Selayar yang menarik untuk dilihat dan dinikmati.
Berwisata ke banyuwangi, Jawa Timur, cobalah nikmati beragam kuliner khasnya. Misalnya saja Sego Cawuk. Kuliner dari kota bertajuk The Sunrise of Java ini biasanya dinikmati sebagai menu sarapan pagi. Dinamakan Sego Cawuk karena dulunya makanan ini dimakan dengan cara dicawuk atau dimakan menggunakan sendok daun pisang yang dilipat. Alas penyajiannya juga menggunakan daun pisang.
Dalam seporsi Sego Cawuk terdiri dari nasi putih yang disiram dengan dengan kuah pindang dan kuah trancam (kuah yang di dalamnya berisi parutan kelapa dan jagung bakar yang diserut). Kuah pindang yang digunakanpun cukup unik, karena kuah pindang ini dimasak dengan cara di Gendam, cara memasak yang cuma ada di Banyuwangi. Cara memasak gendam kuah pindang yaitu dengan memanaskan gula pasir hingga menjadi caramel lalu dicampur dengan air dan dibiarkan mendidih, setelah itu dicampurkan rempah laos dan asam wadung. Terakhir memasukkan ikan laut ke dalam kuah hingga matang. Kemudian Sego Cawuk disajikan dengan beberapa lauk pauk, seperti telur masak pindang, pelasan ikan laut, dan coco tahu (sejenis tahu yang dimasak dengan kelapa). Satu lagi lauk yang tak boleh ketinggalan, yaitu semanggi sambal sereh. Daun semanggi rebus yang diberi sambel sereh yang rasanya pedas asam karena berasal dari campuran cabe rawit, terasi, gula, dan belimbing wuluh sebagai pengganti tomat.
Sego Cawuk punya Kuah berwarna merah kuning dengan taburan bawang goreng. Saat dihidangkan, tercium bau gurih dan harum saat masakan ini. Ketika disantap, anda akan merasakan manis, gurih, asam, dan pedas yang tersaji dalam satu porsi Sego Cawuk. Tak sulit menemukan kuliner ini di Banyuwangi. Hanya saja, karena ini merupakan menu sarapan pagi, untuk menikmatinya, jangan membelinya terlalu siang. Soal harga, kuliner ini cukup terjangkau, seporsi nasi Cawuk dibandrol seharga Rp. 10.000 hingga Rp. 15.000.
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone di Amerika Serikat ataupun Dataran Tinggi Tengger. Bentuk Kawah di dataran tinggi Dieng adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya sekaligus menarik untuk disaksikan. Secara biologi, aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di Sumber mata air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.
Dataran Tinggi Dieng merupakan gunung berapi raksasa dengan telaga-telaga dan kawah-kawah bekas letusan yang dihuni penduduk. Kawah-kawah ini masih menunjukkan aktivitas vulkanik, seperti Kawah Sikidang Dieng. Kawah yang terletak di tanah datar ini, pada waktu tertentu, rata-rata sekali dalam 4 tahun, akan berpindah atau seolah-olah melompat dalam satu kawasan seperti karakter kijang yang suka melompat atau kidang dalam bahasa Jawa kuno.
Kawah Sikidang Dieng termasuk obyek wisata unggulan Dieng yang wajib dikunjungi. Di antara kawah-kawah lainnya di Dieng, Kawah Sikidang adalah yang paling mudah dicapai dan dinikmati karena terletak di tanah datar. Anda pun dapat melihat aktivitas gunung berapi berupa lumpur vulkanik yang meletup-letup disertai gas beracun yang mengepul berbentuk asap putih pekat. Itu lah sebabnya masker menjadi alat penting bagi Anda yang ingin menikmati sensasi aktifitas Lumpur vulkanik ini. Untuk Anda yang suka dengan petualangan menantang, Kawah sikidang merupakan destinasi wisata yang memicu adrenalin Anda.
Berlibur merupakan saat yang sangat di tunggu sebagian besar masyarakat urban di Indonesia. Indonesia yang memiliki beragam pesona alam memastikan liburan Anda bersama keluarga tidak mengecewakan. Di kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah Ada sebuah tempat yang wajib Anda kunjungi. Tempat dengan Fenomena alam yang Mengundang decak kagum ini bernama Telaga Warna. Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi.
Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna warni. Berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut, dan dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi, pesona Telaga warna tidak akan terlupakan. Keindahan telaga warna akan lebih terasa jika Anda naik ke salah satu bukit yang mengelilingi telaga ini. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga Anda tidak dapat menikmati keindahan alamnya.
Harmonisasi alam dengan udara yang sejuk dan bersih membuat suasana Telaga Warna Dieng begitu memikat. Para wisatawan juga akan merasakan suasana mistis yang hening disempurnakan oleh kabut putih dan pepohonan yang rindang. Telaga warna tidak hanya mampu mempesona wisatawan domestik namun juga wisatawan mancanegara asal Inggris, Shelly.
INSERT SHELLY :
I've been in Indonesia for almost three years now. I always wanted to go to Dieng, I took two days off work so we took sometimes together to come here, we're gonna go to Prau next. It's just because we haven't been here before and it's just nice.
DUBBING :
Saya sudah tinggal di Indonesia hampir tiga tahun sekarang. Saya selalu ingin pergi ke Dieng, Saya mengambil libur Dua Hari jadi kami pergi bersama kesini, kami Akan pergi ke gunung Prau selanjutnya. Kami belum pernah kesini sebelumnya dan ini indah sekali.
Di sekitar Telaga Warna Dieng tedapat beberapa gua yang juga patut untuk dikunjungi, seperti Gua Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati. Di depan gua ini terdapat arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini juga memiliki kolam kecil yang airnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. Ada juga Gua Sumur Eyang Kumalasari, dan Gua JaranResi Kendaliseto. Selain itu, ada pula Batu Tulis Eyang Purbo Waseso. Gua-gua di sekitar telaga warna ini sering dijadikan sebagai tempat meditasi. Keberadaan Telaga Warna Dieng juga sangat berguna bagi masyarakat sekitar. Mereka menggunakan air dari telaga warna sebagai sumber irigasi untuk mengairi tanaman kentang yang menjadi komoditas utama di kawasan ini.
Tagar #JKWKULINER MAKAN MAKAN DI SOLO merupakan judul Vlog presiden Jokowi yang
bercerita tentang kuliner kesukaan presiden Indonesia ini. Sebelum Vlog episode pertama mengudara, hadir terlebih dahulu teaser Vlog tersebut. Dari teaser tersebut, diceritakan ada beberapa kuliner khas Solo kesukaan presiden Jokowi Salah satunya Timlo. Timlo merupakan kuliner yang masuk kategori Sup dengan cita rasa segar dan biasanya dinikmati pada malam hari.
Timlo merupakan hidangan berkuah yang terdiri dari mie soun, lalu ditambah sosis Solo, suwiran ayam, wortel, dan irisan telur masak kecap. Kadang ditambah irisan hati ayam dan telur dadar lalu disiram kuah bening seperti kuah sop. Bumbu yang digunakan dalam hidangan timlo ini sangat sederhana, hanya pala, bawang putih, lada, dan bawang goreng. Ketika disantap, rasa kaldunya terasa sangat kental, gurih dan segar. Ditambah sesendok sambal kecap kental dan sedikit perasan jeruk, rasanya makin pas. Apalagi jika dinikmati dengan sepiring nasi panas. Satu porsi timlo lengkap dihargai sekitar Rp 20 ribu, ditambah nasi Rp 5 ribu.
Asal muasal makanan timlo memang diduga terinspirasi dari sup kimlo yang populer di budaya Tionghoa. Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, memastikan makanan timlo terinspirasi dari kimlo. Menurut Heri Priyatmoko, Kimlo merupakan nama jenis hidangan berkuah yang berasal dari Cina. Masakan tersebut di area Jawa Timur dan Jawa Tengah berkembang menjadi sup dan beredar di kawasan Pecinan. Heri juga menemukan fakta di buku resep masakan Poetri Dapoer (1941) yang disusun perempuan Tionghoa bernama Lie Hiang Hwa. Di situ, terdapat panduan cara memasak kimlo memakai wajan, lengkap dengan bahan-bahan dan cara memasaknya. Selepas mempelajari buku tersebut dan adanya pengaruh kontak budaya, menurutnya masyarakat solo kemudian bereksprimen dan memcoba memasak makanan baru bernama timlo. Soal penamaan, menurut Heri, hanya mengganti huruf K dengan huruf T. Kemudian, bukan bahan daging babi yang dipakai, melainkan telur dan jeroan ayam yang populer sebagai bahan utama masakan orang Jawa. Diberi pula sosis agar makin nikmat.
Provinsi Banten yang terletak di ujung barat Pulau Jawa ini, ternyata memiliki pesona pantai yang tidak kalah dari provinsi lain di Indonesia. Misalnya, Pantai Carita, Pantai Sawarna, atau Pulau Peucang yang berada di Pandeglang, Banten. wisata Pulau Peucang Ujung Kulon ini dikenal sebagai destinasi wisata khusus penangkaran badak bercula satu. Pulau tersebut juga mempunyai keindahan yang sangat eksotis. Hamparan pasir putih di sepanjang tepi pantainya sangat memesona.
Eksotisme lainnya yang bisa Anda dapatkan di lokasi ini adalah pesona laut dengan pemandangan langit birunya. Anda juga bisa menikmati indahnya pemandangan laut dari jembatan dermaga. Jembatan tersebut menjadi salah satu lokasi yang paling favorit untuk dijadikan spot foto.
bagi Anda yang ingin berkunjung ke pantai ini, rute Pantai Pulau Peucang pun mudah dijangkau. Pulau Pantai Peucang terletak tepatnya di daerah Selat Panaitan, Pandeglang, Provinsi Banten. Jika Anda melakukan perjalanan dari Jakarta, pulau ini bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 7 hingga 8 jam dengan berkendaraan sepeda motor.
Lokasinya juga sangat mudah ditemukan karena berada di sebelah timur dari Taman Nasional Ujung Kulon. Setelah itu, Anda perlu menyeberang ke Pulau Peucang dengan menggunakan perahu bersama wisatawan lain. Anda juga dapat bermalam di Resort Pulau Peucang dengan biaya sekitar Rp 450.000 hingga Rp 700.000 per malam.
Dieng Culture Festival telah berlangsung 2 hingga 4 Agustus kemarin. Selain punya acara unggulan, yakni Jazz Diatas Awan dan ritual adat pencukuran rambut gembel, Dieng Culture Festival juga menampilkan beragam agenda menarik lainnya, diantaranya Java coffee festival, sky lantern festival (pesta lampion), sarasehan budaya, festival artistik dan pentas seni kebudayaan Dieng. Menariknya, pada 3 Agustus kemarin, pada pentas seni kebudayaan Dieng ditampilkan kesenian Kubro Siswo. Dalam pertunjukan kesenian ini, seringkali baik penari maupun penonton mengalami kesurupan (trans)
Kubro Siswo adalah tarian magis yang menceritakan perjuangan Kiai Kolodete saat membuka tanah di Dieng. Ada beberapa karakter antagonis seperti Buto, Macan, Banteng dari mahluk penunggu Dieng. Dalam pertunjukan tarian ini, diceritakan bagaimana perjuangan Kiai kolodete berhasil mengalahkan para mahluk halus yang mendiami daerah Dieng. Kesenian Kubro Siswo sebenarnya berasal dari Magelang. Namun kesenian itu berkembang dengan menyesuaikan dengan budaya yang ada di Dieng. Saat pertunjukan, para penari didandani dengan berbagai macam karakter tokoh. Ada yang dirias menyerupai buta atau raksasa, ada pula yang mengenakan kostum kerbau, leak, dan juga rangda. Awalnya, Mereka menari diiringi oleh musik gamelan tradisional dan angklung. Kemudian keseruan pertunjukan ini dimulai, ketika para penari mulai kesurupan.
pentas kesenian Kubro Siswo tidak sembarangan. Penampilan ini melibatkan ritual untuk mendatangkan makhluk ghaib yang akan merasuki penari yang sedang tampil. Saat kesurupan, mereka akan bertingkah aneh, salah satunya mengaum seperti harimau.
Saat penari kesurupan, mereka akan terlebih dahulu diberi sesaji seperti air kelapa atau minuman air kembang. Setelah itu, mereka akan menari sambil mengikuti alunan musik gamelan. Gerakan penari yang kesurupan akan berbeda dari penari lainnya. Namun, keseruan penampilan Kubro Siswo tidak hanya terbatas pada penampil saja. Ternyata penonton pun bisa kesurupan. Setelah kesurupan, biasanya penari dan penonton akan dinetralkan kembali. Proses penetralan pun dilakukan dengan beragam cara. Ada orang yang dicambuki, ada pula yang meminta untuk dinyanyikan satu lagu jawa dengan diiringi gamelan.
Menelusuri Indonesia tentu tidak lengkap jika tidak mengunjungi peninggalan bersejarah berupa Candi. Salah satu peninggalan sejarah yang belum banyak diketahui wisatawan adalah Candi Arjuna yang terletak di Dieng di Propinsi Jawa Tengah. Masyarakat sekitar memberikan nama tokoh pewayangan Mahabarata untuk nama nama candi di area percandian Dieng. Salah satu candi yang terkenal adalah Candi Arjuna. Candi ini diperkirakan sebagai bangunan candi tertua di Indonesia, candi ini diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno. Candi Arjuna merupakan salah satu bangunan candi terbesar di Kompleks Percandian Hindu Dieng. Di kompleks ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra yang ukuran nya lebih kecil. Sedangkan Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks tersebut. Sementara itu, Candi Semar adalah candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan.
Berdirinya bangunan Candi di Dieng pernah menjadi dilemma karena berdekatan penduduk sekitar. Walau berdirinya candi lebih dulu dari masyarakat namun fakta yang terjadi Komplek candi bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar yang sebagian besar adalah para petani. Masyarakat Dieng yang bermata pencaharian sebagai petani sayur mayur terutama kentang, akhirnya menggunakan lahan sekitar candi untuk bercocok tanam. Namun sejak tahun 2010 masyarakat Dieng menyadari pentingnya menghormati peninggalan bersejarah tersebut. Para petani kemudian memindahkan area bercocok tanamnya ke luar kompleks candi dan merubah lahan sekitar candi menjadi lebih asri dengan komplek pertamanan serta menjadikannya salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Purbalingga.
Perubahan area komplek percandian oleh masyarakat sekitar ini juga ditandai dengan dilaksanakannya Dieng Culture Festival yang menonjolkan Candi Arjuna sebagai tempat utama pelaksanaan ritual pemotongan rambut gimbal atau lebih dikenal dengan wedus gembel yang umum nya dilakukan pada anak anak. Untuk itu, mulai tahun 2010 kompleks Candi Arjuna digunakan untuk pengembangan wisata yang dikemas oleh Dinas Pariwisata Banjarnegara dan Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata. Wisatawan yang mengunjungi Candi Arjuna atau candi-candi lainnya tak akan menjumpai arca atau patung yang biasa dijumpai di dalam candi namun arca-arca tersebut telah dipindahkan diluar candi dan tertata rapi di dalam Museum Kailasa yang terletak di sebrang kompleks Candi.
Untuk dapat tiba dilokasi Komplek percandian Dieng, wisatawan dapat melalui kota Semarang Jawa Tengah kemudian dilanjutkan jalan darat ke arah Barat Daya menggunakan kendaraan bus umum atau mobil pribadi melalui kota Temanggung atau kota Pekalongan. Alternatif lain melalui Kota Jogjakarta kemudian dilanjut dengan jalan darat ke arah utara melalui kota Wonosobo. Cuaca di Dieng yang berlokasi disekitar gunung Perau dan gunung Sindoro berhawa sejuk dan cenderung dingin, Pada musim panas di bulan Juni Juli Agustus September suhu dapat mencapai minus 11 derajat Celsius terutama di malam hari. Kabut sering kali turun menjelang sore hari kadang jarak pandang menjadi pendek dan agak susah untuk melangkah. Jadi jika anda ingin mengunjungi Candi Arjuna di komplek Candi Dieng pada pertengahan tahun persiapkan diri anda dengan peralatan musim dingin yang baik.
kebudayaan.kemdikbud.go.id