Hari ini akan memperkenalkan kepada anda Kuliner Soto Kwali di Solo.27 November lalu, Presiden Joko Widodo bersama beberapa menteri menyempatkan menikmati sajian kuliner lokal di Rest Area 538 B Sragen, Jalan Tol Sragen-Ngawi, Jawa Tengah, usai meresmikan ruas tol Sragen-Ngawi. Presiden menikmati kuliner ini ditemani, antara lain, Menteri Sekretaris Negara M Pratikno, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Wakil gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen. Presiden Jokowi pun merasa senang, karena di tempat istirahat itu terdapat banyak kuliner lokal. Ada soto kwali, lontong opor, pecel lele, oseng kikil, bebek rica-rica, soto madura, bakso malang, dan roti ganep. Dari beragam kuliner lokal tersebut, pesona Indonesia kali ini, akan memperkenalkan kepada salah satu dari kuliner tersebut, yakni soto Kwali.
Soto, sroto, sauto, tauto atau coto merupakan makanan khas Indonesia. Jenisnya seperti sup yang terbuat dari kaldu daging dan sayuran.Daging sapi dan ayam merupakan jenis daging yang sering di gunakan. Berbagai daerah di Indonesia punya soto khasnya masing-masing dengan komposisi dan bahan yang berbeda-beda. Misalnya saja, di Solo, disana anda bisa menemukan soto khasnya bernama Soto Kwali. Disebut soto kwali karena kuahnya ditempatkan di sebuah wadah bejana terbuat dari tanah liat. Orang-orang Solo menyebut wadah ini dengan kwali. Kuah dalam kwali selalu dihangatkan oleh kayu bakar yang terus menyala.
Soto kwali adalah makanan yang bekuah bening dengan isian potongan daging sapi, kebayakan dari bagian sengkel (bagian atas kaki sapi) . Diambil dari bagian ini karena kandungan lemaknya sedikit. Bagian ini didominasi oleh otot. Daging sapi ini direbus dengan toge dan bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan dan ditumis, antara lain bawang merah, bawang putih, ketumbar, merica, dan lengkuas. Setelah matang, soto kwali disajikan dengan irisan daun seledri dan bawang gurih. Jika soto pada umumnya disajikan bersama dengan emping atau kerupuk, soto kwali disajikan bersama dengan keripik kentang
ketika disantap, kuah soto kwali terasa segar. Bagi anda yang suka pedas, anda bisa menambahkan sambal ke dalam mangkok soto anda. Dengan beragam rempah yang terdapat di soto kwali, jenis soto ini dipercaya dapat mengembalikan stamina yang hilang, selepas memakannya. Soto Kwali banyak ditemui di kawasan “Solo-raya” (Karanganyar, Boyolali, Sragen, Wonogiri, Klaten). Harganya relative murah, sekitar Rp. 10.000 hingga Rp. 15.000 per porsi.
Hari ini akan memperkenalkan Tradisi Sasi Laut di Maluku. hampir di seluruh pulau di Maluku seperti, Halmahera, Ternate, Buru, Seram, Ambon, Banda, Kepulauan Kei dan lainnya serta, di Papua seperti Kepulauan Raja Ampat, Sorong, Manokwari, Nabire, Biak, dan lainnya memberlakukan adat khusus bernama Sasi. Tradisi ini yang sebenarnya membuat banyak tempat wisata alam tetap terjaga kelestariannya. Tradisi Sasi banyak diberlakukan di desa-desa yang berada di pesisir pantai.
Sasi dapat diartikan sebagai larangan untuk mengambil hasil sumber daya alam tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumber daya alam tersebut. Sasi merupakan upaya untuk memelihara tata krama hidup bermasyarakat, termasuk upaya ke arah pemerataan pembagian atau pendapatan dari hasil sumberdaya alam sekitar kepada seluruh penduduk setempat. Saat ini, Sasi memang lebih cenderung bersifat hukum adat dibandingkan tradisi, karena Sasi digunakan sebagai cara mengambil kebijakan dalam pengambilan hasil laut dan hasil pertanian.
Sasi Laut, peraturan adat dalam mengambil hasil laut. Sasi Laut menentukan masa jeda, di mana warga tidak boleh mengambil sumber daya dari laut dalam waktu tertentu dan di tempat yang telah ditentukan. Dengan adanya Sasi, warga pun lebih bijak dalam mengambil hasil laut. Ketika Sasi Laut sedang berlangsung, tidak ada yang boleh mengambil hewan tersebut di wilayah yang sudah ditentukan hingga Sasi dibuka atau berakhir. Jadi warga harus bersabar untuk memanen hewan laut tersebut.
Walaupun tutup Sasi berlangsung selama berbulan-bulan, masyarakat adat tetap sabar dan mencari pencaharian dari sumber alam lain untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Selama tutup Sasi, hewan akan berkembang biak dengan baik dan hasil panennya juga akan lebih banyak. Selain itu, warga percaya bahwa orang yang melanggar Sasi akan mendapat malapetaka.
namun saat ini banyak pendatang yang sulit untuk ditertibkan karena para pendatang tersebut tidak terikat oleh adat ini. Akibatnya, pemberlakuan Sasi tidak dapat ditindak secara tegas. Banyaknya pendatang serta perusahaan-perusahaan besar yang mengambil sumber daya alam di Maluku semakin mengaburkan sistem Sasi secara perlahan-lahan. Misalnya yang terjadi di Nus Leur dan Terbang Utara, dimana terdapat perahu-perahu penangkap ikan yang melanggar batas ketika mengambil hasil laut.
Hari ini kami mengajak anda berwisata ke Provinsi Kalimantan Utara, Tarakan untuk mengunjungi Museum Rumah Bundar. Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda di Indonesia. Ditetapkan sebagai provinsi ke 34 oleh DPR-RI pada tanggal 25 Oktober 2012 berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2012. Kalimantan Utara memiliki lima wilayah administrasi, yaitu satu kota , Tarakan dan empat kabupaten, Bulungan, Malinau, Nunukan dan Tana Tidung. Provinsi Kalimantan Utara berbatasan langsung dengan negara bagian Sabah dan Sarawak, Malaysia Timur.
Kalimatan Utara memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Anda bisa menikmati wisata alam pegunungan, sungai , hutan lindung dan air terjun. Selain itu provinsi Kalimantan Utara juga memiliki wisata sejarah, wisata budaya dan wisata religi. Salah satu wisata sejarah yang dapat anda kunjungi terletak di kota Tarakan.
jika anda berkunjung ke kota Tarakan di Kalimantan Utara, jangan lewatkan untuk berkunjung ke salah satu objek wisatanya, yaitu Museum Rumah Bundar. Museum Rumah Bundar adalah satu objek sejarah yang berada di kawasan Kampung Beru, jalan Danau Jempang, Kelurahan Pramusian, Kecamatan Tarakan Tengah , Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. Lokasi tersebut dapat ditempuh sekitar 15 menit dari Bandara Juwata Tarakan.
Rumah Bundar ini didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1938 .Fungsi awal dari bangunan ini sebagai rumah dinas pegawai sipil Belanda di Tarakan. Pada tahun 1945, setelah direbut dari tangan Jepang, bangunan ini digunakan oleh sekutu Australia sebagai pos pemulihan lingkungan Tarakan yang rusak berat akibat perang. Kemudian pada tahun 2003, pemerintah kota Tarakan membebaskan bangunan ini untuk dilestarikan sebagai bangunan cagar budaya dan sekarang berfungsi sebagai tempat perawatan warisan budaya dan pelayanan informasi sejarah Tarakan. Bangunan ini lebih dikenal sebagai Museum Gedung Bundar.
Bangunan ini berbentuk suatu rumah berukuran sekitar 6x12 meter dengan atap berbentuk melengkung atau setengah lingkaran. Tepat di sebelah bangunan ini terdapat kantor DPRD kota Tarakan, klenteng, masjid dan lain-lain. Sekarang , bangunan ini digunakan untuk meseum yang menyimpan koleksi sejarah perang dunia ke II dan mayoritas menyimpan benda sejarah berupa samurai, baling-baling pesawat temput, sepatu para penjajah, helm pasukan tentara sekutu, pedang algojo Jepang dan banyak lagi koleksi foto-foto pada saat perang ke II di Tarakan. Tarakan menjadi daerah bersejarah karena di tempat ini tentara Jepang pertama kali mendarat pada tahun 1947. Tarakan tercatat sebagai daerah palagan Perang Dunia II. Minyak yang merupakan kekayaan sumber daya alam Tarakan, menjadi salah satu magnet bagi kekuatan asing untuk menguasai pulau itu。
selain barang-barang peninggalan Perang Dunia ke II, di museum ini juga terdapat koleksi peninggalan kesultanan Bulungan yang memimpin Tarakan Utara dari tahun 1771 hingga tahun 1938. Barang-barang kesultanan Bulungan, mulai dari tempat tidur hingga baju kebesarannya serta beberapa barang antik lainnya, seperti uang koin jaman dahulu dan mobil kotak dipamerkan di Museum ini. Di samping kiri bangunan ini terdapat sebuah garasi dan terparkir rapi dua buah buah taksi tempo dulu. pengunjung museum ini dikelola langsung oleh Dinas Kebudayaan Kota Tarakan. Pengunjungnya tidak hanya berasal dari daerah sekitar tetapi juga rombongan pejabat dari Jakarta serta wisatawan mancanegara, khususnya Australia, Jepang dan Amerika.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mendengar kata Lombok, biasanya yang langsung terlintas ialah keindahan alamnya serta beberapa tempat wisata yang popular seperti Desa Adat Sasak atau pun Kepulauan Gili. Akan tetapi, Lombok tidak hanya memiliki keindahan laut, pantai, atau pun Desa Adat Sasak saja. Masih ada banyak hal menarik lainnya yang bisa ditemui di pulau cantik ini. Salah satunya Taman Loang Baloq, wisata religi yang terletak di pusat kota Mataram.
bagi sebagian wisatawan, nama Loang Baloq cukup asing. Namun tidak bagi orang Lombok karena di sini terdapat sebuah makam yang sudah terkenal sejak dulu. Masyarakat percaya jika makam tersebut merupakan makam para penyebar agama Islam di Lombok pada jaman dulu.
Loang Baloq sendiri memiliki arti makam yang terletak di tengah batang pohon beringin. Mitos yang beredar adalah siapapun yang ingin menyampaikan niat atau hajat harus mengikat sebuah tali di pohon beringin tersebut, kemudian berdo’a. Setelah hajat terkabulkan, mereka datang kembali untuk syukuran dan membuka tali yang sudah diikat tersebut. Tradisi ini oleh masyarakat Lombok disebut “Saur Sesangi” atau membayar janji.
tak hanya makam, dan kisah mitosnya, di sini juga terdapat sebuah danau besar. Pemandangan ini terlihat semakin cantik dengan paduan pepohonan yang tumbuh di sekitarnya. Selain itu, di tempat ini juga ada sebuah taman yang menyediakan beragam fasilitas bermain untuk anak.
Setelah lelah mengitari danau atau pun sekedar ingin bersantai, wisatawan dapat memanfaatkan fasilitas yang disediakan yaitu saung. Sambil menyantap perbekalan, di saung ini wisatawan juga bisa menikmati keindahan pemandangan yang sejuk pada sore hari. Fasilitas lainnya yang tersedia di sini antara lain tempat beribadah serta bebatuan refleksi.
melihat dari pemandangan yang ada serta fasilitas yang tersedia, taman ini terbilang cukup sederhana. Namun demikian, tempat ini cukup cocok bagi wisatawan yang ingin berkunjung bersama keluarga.
Berkunjung ke Taman Loang Baloq, wisatawan akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp 2.000 per orang. Tidak perlu khawatir bagi wisatawan yang membawa kendaraan sebab di tempat ini area parkir sangat rapi dan teratur serta ada penjaga yang siap menjaga kendaraan Anda.
Taman Loang Baloq ini ini biasanya ramai dikunjungi saat lebaran Idul Fitri tiba hingga perayaan Lebaran Ketupat, yaitu satu minggu setelah Lebaran Idul Fitri. Selain perayaan Idul Fitri, makam Loang Baloq juga ramai dikunjungi saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Bagi Anda yang tertarik untuk berkunjung ke Taman Loang Baloq, tempat ini berada di Tanjung Karang, Lombok, NTB. Tepatnya di Jalur Lingkar Selatan, bagian barat dan tak jauh dari pusat kota Mataram. Untuk menuju lokasi, Anda bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat atau pun kendaraan umum. Lokasinya cukup strategis dengan akses yang cukup mudah. Dari pusat kota Mataram hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai ke Taman Loang Baloq.
Hari ini kami akan memperkenalkan kepada anda Festival Endog-Endogan. 20 November lalu, masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur berkumpul menggelar Festival Endog-Endogan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, berlangsung meriah. Ribuan kembang endhog diarak dari empat penjuru, yakni dari timur, barat, utara, dan selatan, menuju ke titik kumpul di depan Kantor Pemerintah daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Arak-arakan di masing-masing penjuru diiringi dengan tabuhan rebana dan tarian kuntulan, tarian khas Banyuwangi dengan iringan musik rebana dan kendang. Masing-masing peserta dalam arak-arakan juga membawa ancak yang berupa makanan siap saji.
Dalam bahasa Using, suku asli Banyuwangi, Endog berarti telur. Dalam festival tersebut ribuan endhog , diletakkan di tangkai bambu yang dihias bunga kertas. Hal ini dikenal luas dengan sebutan kembang endhog. Kembang endhog tersebut lantas dirangkai di judang yaitu sebuah tempat berhias yang menjadi papan kembang endhog. Ada yang terbuat dari pelepah pisang, gabus dan lain sebagainya. Sesuai dengan perkembangan zaman, kembang endog tidak hanya berbentuk bunga, namun berkembang sesuai kreativitas masyarakat, seperti berbentuk barong, ular naga, pesawat ataupun model kerucut. Biasanya dalam satu judang berisi 27, 33 ataupun 99 kembang endog.
Tradisi endog-endogan muncul di Bayuwangi pada akhir abad ke-18. Seorang ulama asal desa Cemoro Songgon yang bernama KH. Abdullah Faqih menggunakan media telur ini sebagai media dakwah. Kembang endhog sendiri bukan semata hiasan ataupun hiburan. Namun, sarat dengan nilai-nilai filosofis. Tradisi ini menggunakan telur, karena telur merupakan simbol dari sebuah kelahiran. Sedangkan kembang merupakan simbol pemujaan. Festival yang merupakan tradisi khas masyarakat Banyuwangi ini adalah bentuk ekspresi kecintaan warga Banyuwangi kepada Nabi Muhammad SAW.
Rangkaian Festival Endhog-endhogan ditutup dengan tausiyah maulid yang disampaikan oleh Ustad sekaligus doa. Kemudian, ancak yang diarak dimakan bersama. Sedangkan kembang endhognya dibagikan ke segenap pengunjung. Kini festival Endog-Endogan digelar tidak hanya sebagai bagian tradisi melainkan juga menjadi salah satu daya tarik wisata kota Banyuwangi. Biasanya tradisi ini digelar setiap bulan Rabiul Awal dalam kalender Islam, khususnya di tanggal 12 dan seterusnya sampai akhir bulan.
Hari ini akan memperkenalkan Pantai Mutiara di Sulawesi Tenggara. Kabupaten Buton Tengah, adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang memiliki sejumlah potensi ekonomi, seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, dan sektor pariwisata yang tak kalah dengan daerah lain di Sulawesi Tenggara.Di sektor pariwisata, Kabupaten Buton Tengah memilik tempat-tempat wisata yang mulai di kenal oleh para wisatawan, seperti Pantai Katembe, Pantai Mutiara dan Pantai Marlboro, Gua Maobu, Gua Gumanano, Gua Loba-loba dan tempat-tempat lainnya. Diantara sejumlah objek wisata tersebut, pantai Mutiara di desa Gumanano, Kecamatan Mawasangka kini tengah dikembangkan menjadi salah satu objek wisata unggulan Kabupaten Buton Tengah.Gumanano, adalah sebuah desa di Kecamatan Mawasangka. Desa ini jika ditempuh dari pelabuhan Wamengkoli, Buton sejauh sekitar 84 kilometer. Untuk menuju ke Pantai Mutiara, Anda harus pergi ke Desa Gumanano terlebih dahulu. Desa ini sangat terpencil, sehingga tidak mudah untuk menuju kesana.
Perjalanan bisa dimulai dari pusat kota Labungkari, ibukota Kabupaten Buton Tengah. Kabupaten Buton Tengah bisa diakses dari kota Baubau dengan menggunakan kapal feri. Kota ini bisa diakses melalui jalur udara dari Jakarta melalui Kendari selama 3 jam, selanjutnya menuju ke Baubau dengan menggunakan kapal cepat selama 5 jam.
tiba di pantai Mutiara, anda akan disambut oleh keindahan pantai ini. Pasir putih yang halus membentang di sepanjang pantai. Pantai Mutiara akan semakin indah, jika air sedang surut, karena pasir putihnya akan semakin luas terlihat. Ditambah lagi, dengan air lautnya yang biru dan jernih. Tak heran, jika pantai ini menjadi primadona pariwisata Buton Tengah. Banyak wisatawan yang datang kesini mengabadikan keindahan pantai Mutiara dengan kamera mereka. Tak lupa mereka menikmati kejernihan air lautnya dengan berenang.
selain berenang, bagi pengunjung yang hobi memancing dapat menyalurkan hobinya disini karena terdapat banyak sekali jenis ikan yang berenang di lautan. Selain berwisata di pantai Mutiara, pengunjung juga dapat menikmati objek wisata lainnya di desa Gumanano. Di desa ini juga terdapat sebuah benteng peninggalan Kesultanan Buton yaitu Benteng Lasayidewa. Benteng ini mempunyai 7 (tujuh) lawa (pintu). Anda juga dapat mandi di Permandian Gumanano, airnya segar hanya saja sedikit payau.
Hari ini kami memperkenalkan kepada anda Pantai Payangan.
Jember merupakan salah satu kabupaten di jawa Timur. Kabupaten ini menjadi salah satu destinasi wisata utama di jawa Timur. Destinasi wisata di Jember lebih banyak berupa pantai, karena kabupaten berjuluk Kota Karnaval ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di selatannya. Ada berbagai pilihan wisata pantai menarik di Jember. Salah satunya yang paling banyak dikunjungi adalah pantai Payangan. Panorama pantai sangat indah bagai di khayangan.
Pantai Payangan terletak di Dusun Payangan, Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu. Jarak pantai ini dari Kota Jember adalah sekitar 32 kilometer dengan waktu tempuh kurang-lebih satu jam perjalanan. Tarif masuk Pantai Payangan pun cukup terjangkau, yakni sebesar Rp 5.000. Tiba di pantai ini, anda akan melihat langsung area pantai payangan yang begitu luas. Bentuknya memanjang ke arah utara, kemudian berbelok ke arah barat. Pantai Payangan sebenarnya terdiri dari tiga bagian pantai yang bisa dikunjungi. Bagian pertama adalah kawasan pantai nelayan yang menghadap ke arah barat daya. Bagian selanjutnya berupa pantai dengan batu karang yang dipisahkan oleh sebuah bukit. Bagian terluas ada di sisi utara pantai dengan batu karang yang kembali dipisahkan oleh bukit kecil.
Pasir pantai Payangan berwarna hitam dengan air laut yang biru jernih. Berkunjung ke pantai ini, tentunya jangan melewatkan untuk bermain di atas pasir hitamnya dan merasakan kesegaran air laut pantai Payangan dengan berenang. Anda bisa mengelilingi seluruh area pantai dengan naik kuda. Sewa kuda hanya ada di akhir pekan dengan tarif sebesar Rp 20.000. Fasilitas di Pantai Payangan juga sudah lengkap. Telah tersedia warung makan, toilet, hingga mushala bagi para wisatawan.
Setelah berenang, cobalah juga mendaki ke atas bukit di sekitar pantai. Disana ada bukit Samboja. Bukit Samboja ada di sebelah barat daya yang membatasi pantai nelayan dengan pantai dengan batu karang. Untuk menuju kesana anda harus, melewati deratan anak tangga dan membayar tiket masuk sebesar Rp.5000. Tiba disana, anda akan melihat Bunga yang berwarna-warni menghiasi sisi kanan dan kiri jalan setapak. Selain itu, tampak pula banyak gazebo untuk duduk dan beristirahat.Bukit Samboja juga memiliki beberapa spot foto yang instagramable. Salah satu spot foto memiliki latar belakang pantai nelayan dari ketinggian. Ketika mencapai puncak bukit, pemandangan terbuka akan tersaji di depan mata. Dimulai dari arah timur, garis Pantai Roro Ayu sampai Pantai Canga’an yang panjang melengkung tampak bagai bulan sabit raksasa. Di ujung timur, tampak barisan pegunungan hijau yang merupakan bagian dari Taman Nasional Meru Betiri di pojok tenggara Kabupaten Jember. Memandang ke arah barat laut, tampak hamparan pantai yang begitu panjang sampai hingga Pantai Watu Ulo dari ketinggian. Terlihat pula dari puncak bukit ini, kawasan Pantai Tanjung Papuma dengan pasir putihnya. Sementara itu, panorama sebelah barat dan selatan menyajikan hamparan laut berwarna biru yang begitu luas. Jika cuaca cerah, samar-samar di ufuk barat terlihat Nusa Barong, sebuah pulau tak berpenghuni yang sekarang menjadi cagar alam.Selain menawarkan panorama alam yang begitu indah, di kawasan Pantai Payangan juga terdapat situs sejarah zaman penjajahan Jepang. Situs itu berupa sebuah gua Jepang yang berada di bukit tepi laut. Jangan lewatkan pula untuk menjelajah situs ini.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbah merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dengan luas sekitar 2.299 ha, kawasan ini terkenal dengan destinasi wisata menarik yang masih jarang diketahui para wisatawan. Bahkan, ada sebuah destinasi wisata yang saat ini masuk sebagai nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2018, yaitu Lava Bantal.
Lava Bantal ditetapkan sebagai geoheritage pada tanggal 2 Oktober 2014. Geoheritage adalah warisan situs atau area geologi yang memiliki nilai-nilai penting keilmuan, pendidikan, budaya, dan nilai estetika. Lava Bantal terbentuk pada awal masa kejayaan Gunung Api Purba Nglanggeran sekitar 36 juta tahun yang lalu.
Lava Bantal terbentuk karena lahar yang keluar dari gunung api bawah laut. Lahar panas yang berkontak langsung dengan air dingin menyebabkan mineralnya mengalami pembekuan yang membentuk geometri mirip tumpukan bantal. Nama bantal diambil dari bentuk batuan yang bersumber dari lava tersebut. Sederet batuan berbentuk seperti bantal yang di tengahnya mengalir sungai.
memasuki kawasan ini, Anda akan disuguhi suasana alami seperti pepohonan hijau, sungai mengalir, dan batuan unik. Penampakan Lava Bantal terlihat dari atas jembatan dengan jelas. Dari sana tampak aliran sungai yang merupakan terusan dari Sungai Opak mengalir jernih berwarna kebiruan. Selain itu, gemericik air sungai di antara bebatuan serta kicauan burung di pohon menambah kesan alami di kawasan ini.
Beberapa pengunjung sangat menikmati suasana dan mengabadikan momen. Tak sedikit yang ingin merasakan segarnya sungai dengan bermain air. Menikmati alamnya tak cukup jika hanya berdiam di satu titik.Anda pun bisa menyusuri dengan berjalan kaki bagai menapak tilas terbentuknya Lava Bantal jutaan tahun lalu dan kini kita bisa melihat langsung bukti hasil pembentukannya.
Memiliki debit sungai yang cukup besar, kawasan wisata ini juga membuka kegiatan Geo Tubing. Pihak pengelola menyewakan ban serta pelampung bagi yang berminat untuk merasakan sensasi susur Sungai Opak di Lava Bantal dengan durasi antara 30 hingga 45 menit tergantung rutenya. Biasanya aktivitas Geo Tubing ini akan ramai saat akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu. Bagi Anda yang memiliki adrenalin tinggi, mencoba Geo Tubing menjadi hal yang wajib untuk dicoba.
Selain menawarkan wisata uji adrenalin, pengelola geosite ini juga menyediakan fasilitas gazebo di pinggir sungai dan area atas. Wisatawan bisa bersantai sambil menikmati pemandangan dan merasakan suasana aliran sungai yang natural. Selain gazebo, wisatawan juga bisa bersantap di area warung yang menjajakan berbagai makanan dan minuman. Selain itu, jika ingin mengadakan acara atau pertemuan di kawasan Lava Bantal, tersedia Pendopo Joglo yang bisa dimanfaatkan untuk menampung banyak orang.
masuk ke Lava Bantal ini tidak dikenakan biaya atau gratis. Wisatawan hanya cukup membayar parkir kendaraan. Meski dengan harga yang murah, tapi Anda bisa mendapatkan pemandangan yang indah. Lava Bantal berada di Watuadeg, Jogotirto, Berbah, Sleman. Jika dari Bandara Adisutjipto, arahkan kendaraan ke Jalan Raya Solo-Jogja, kemudian ambil Jalan Raya Berbah Utara. Tak sampai 15 menit, Anda akan dengan mudah menemukan plang petunjuk Lava Bantal yang menuntun Anda ke destinasi wisata tersebut.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbah merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dengan luas sekitar 2.299 ha, kawasan ini terkenal dengan destinasi wisata menarik yang masih jarang diketahui para wisatawan. Bahkan, ada sebuah destinasi wisata yang saat ini masuk sebagai nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2018, yaitu Lava Bantal.
Lava Bantal ditetapkan sebagai geoheritage pada tanggal 2 Oktober 2014. Geoheritage adalah warisan situs atau area geologi yang memiliki nilai-nilai penting keilmuan, pendidikan, budaya, dan nilai estetika. Lava Bantal terbentuk pada awal masa kejayaan Gunung Api Purba Nglanggeran sekitar 36 juta tahun yang lalu.
Lava Bantal terbentuk karena lahar yang keluar dari gunung api bawah laut. Lahar panas yang berkontak langsung dengan air dingin menyebabkan mineralnya mengalami pembekuan yang membentuk geometri mirip tumpukan bantal. Nama bantal diambil dari bentuk batuan yang bersumber dari lava tersebut. Sederet batuan berbentuk seperti bantal yang di tengahnya mengalir sungai.
memasuki kawasan ini, Anda akan disuguhi suasana alami seperti pepohonan hijau, sungai mengalir, dan batuan unik. Penampakan Lava Bantal terlihat dari atas jembatan dengan jelas. Dari sana tampak aliran sungai yang merupakan terusan dari Sungai Opak mengalir jernih berwarna kebiruan. Selain itu, gemericik air sungai di antara bebatuan serta kicauan burung di pohon menambah kesan alami di kawasan ini.
Beberapa pengunjung sangat menikmati suasana dan mengabadikan momen. Tak sedikit yang ingin merasakan segarnya sungai dengan bermain air. Menikmati alamnya tak cukup jika hanya berdiam di satu titik.Anda pun bisa menyusuri dengan berjalan kaki bagai menapak tilas terbentuknya Lava Bantal jutaan tahun lalu dan kini kita bisa melihat langsung bukti hasil pembentukannya.
Memiliki debit sungai yang cukup besar, kawasan wisata ini juga membuka kegiatan Geo Tubing. Pihak pengelola menyewakan ban serta pelampung bagi yang berminat untuk merasakan sensasi susur Sungai Opak di Lava Bantal dengan durasi antara 30 hingga 45 menit tergantung rutenya. Biasanya aktivitas Geo Tubing ini akan ramai saat akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu. Bagi Anda yang memiliki adrenalin tinggi, mencoba Geo Tubing menjadi hal yang wajib untuk dicoba.
Selain menawarkan wisata uji adrenalin, pengelola geosite ini juga menyediakan fasilitas gazebo di pinggir sungai dan area atas. Wisatawan bisa bersantai sambil menikmati pemandangan dan merasakan suasana aliran sungai yang natural. Selain gazebo, wisatawan juga bisa bersantap di area warung yang menjajakan berbagai makanan dan minuman. Selain itu, jika ingin mengadakan acara atau pertemuan di kawasan Lava Bantal, tersedia Pendopo Joglo yang bisa dimanfaatkan untuk menampung banyak orang.
masuk ke Lava Bantal ini tidak dikenakan biaya atau gratis. Wisatawan hanya cukup membayar parkir kendaraan. Meski dengan harga yang murah, tapi Anda bisa mendapatkan pemandangan yang indah. Lava Bantal berada di Watuadeg, Jogotirto, Berbah, Sleman. Jika dari Bandara Adisutjipto, arahkan kendaraan ke Jalan Raya Solo-Jogja, kemudian ambil Jalan Raya Berbah Utara. Tak sampai 15 menit, Anda akan dengan mudah menemukan plang petunjuk Lava Bantal yang menuntun Anda ke destinasi wisata tersebut.
Hari ini kami akan memperkenalkan Air Terjun Indo Rannuang di Sulawesi Barat. Sulawesi Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terbilang muda. Provinsi ini di bentuk tanggal 5 Oktober 2004 dan memiliki 6 kabupaten. Salah satu dari 6 kabupaten tersebut adalah Kabupaten Polewali Mandar. Terletak di bagian selatan dan berbatasan langsung dengan laut, yang membuat kabupaten ini memiliki wisata bahari yang berlimpah. Namun tidak hanya wisata pantai dan laut saja, wisata alam yang tidak kalah indah, yaitu Air Terjun Indo Rannuang. Air Terjun ini terletak di Desa Kunyi, Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.
Air Terjun Indo Rannuang memiliki tingkatan yang bervariasi, dari yang berukuran kecil hingga besar. Di tiap tingkatannya menawarkan kedalaman air yang berbeda dengan kondisi alam dan pegunungan yang masih sangat asri. Jarak ketinggian air terjun di masing-masing tingkatan bervariasi, mulai dari yang berjarak sekitar 100 meter hingga 40 meter. Jika beruntung anda akan menemukan beberapa spesies kupu-kupu yang kadang muncul menyapa pengunjung.
Salah satu tingkatan yang dapat dijadikan sebagai tempat berendam untuk menikmati dinginnya air terjun adalah di tingkat yang kedua. Kedalamannya cukup untuk orang dewasa dengan beberapa titik yang juga ditemukan cukup dalam. Sisi-sisi batuannya ditumbuhi oleh pepohonan hijau yang menyejukkan dan membuat air terasa menyegarkan. Air terjun ini mengalir dari hulu yang tak pernah berhenti dan terus mengalir hingga menuju Limbong Sitodo.
hal yang menarik dari Air Terjun Indo Rannuang ini adalah air terjun ini merupakan sumber aliran air untuk Limbong Sitodo, karena itu jika anda mengunjungi Indo Rannuang maka anda sekaligus akan melintasi Limbong Sitodo. Jika kembali atau turun dari puncak, anda masih dapat menikmati Limbong Sitodo yang juga menjadi destinasi wisata yang ramai di akhir pekan. Limbong Sitodo pada waktu-waktu tertentu menyajikan pesona wisata kuliner dimana anda dapat menikmati sajian buah seperti rambutan dan langsat yang dijajakan oleh warga setempat.
untuk menuju tempat wisata yang berjarak sekitar 8 km dari pusat kota Polewali ini, butuh pendakian dan tantangan yang sedikit berat. Karena sama seperti lokasi air terjun pada umumnya yang berada di daerah ketinggian, anda perlu berjalan sejauh 4 km untuk menuju Air Terjun Indo Rannuang menyusuri jalan setapak kecil melewati kebun-kebun kakao milik warga.
Pendakian menuju Indo Rannuang bukan hal yang mudah, anda harus menyiapkan fisik yang prima, karena kemiringan dataran yang cukup terjal, sebaiknya menyiapkan air minum karena pendakian dengan berjalan kaki tentu saja akan menguras tenaga.