Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu kuliner khas dari Bengkulu.
Indonesia terkenal memiliki beragam kuliner tradisional yang unik dan lezat. Keunikannya tersebut bisa berasal dari bagaimana cara mengolahnya. Ada makanan tradisional yang diolah dengan cara fermentasi agar mencegah makanan membusuk. Salah satunya adalah Lemea, makanan yang berasal dari Kabupaten Lebong, Kepahiang, Bengkulu Utara.Lemea merupakan makanan fermentasi khas suku Rejang. Suku Rejang adalah salah satu suku bangsa yang banyak tersebar di Provinsi Bengkulu. Bahan utama dari makanan fermentasi ini yaitu rebung atau bambu muda yang banyak memiliki nutrisi seperti protein, asam amino, karbohidrat, dan antioksidan. Biasanya dalam Lemea, rebung tersebut dicampur dengan ikan lalu difermentasikan. Ikan yang digunakan biasanya ikan mujair atau sepat.proses pembuatan Lemea tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sebab dalam prosesnya, bahan dasar dari masakan ini harus difermentasikan terlebih dahulu yang membutuhkan waktu sekitar tiga hari. Cara membuatnya pertama-tama campur rebung dan ikan yang sudah dipotong-potong. Kemudian aduk-aduk campuran kedua bahan tersebut. Setelah itu diamkan selama tiga hari dalam wadah tertutup. Setelah tiga hari, hasil fermentasi diolah kembali dengan cara dimasak dengan campuran santan dan bumbu seperti, bawang merah, bawan putih, cabai, serai, gula, dan garam.Lemea memiliki citarasa yang khas, terasa unik, namun tak kalah lezat dengan kuliner tradisional daerah lainnya yang ada di Indonesia. Rasa asam yang didapat dari hasil fermentasi dan pedas dari bumbunya membuat siapapun yang mencoba akan selalu terbayang akan kelezatannya. Hingga saat ini masih banyak yang menikmati kuliner tradisional khas Bengkulu ini. Bahkan, hasil olahannya ada yang dikemas dalam kaleng dan diekspor ke Jepang. Di Bengkulu sendiri kuliner ini masih menjadi menu makanan rumah sehari-hari. Jika anda tertarik untuk menyicipi Lemea, anda tidak akan kesulitan menemukannya karena banyak rumah makan yang menjual menu tersebut.//
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu salah satu kuliner legendaris dari Jawa Barat. Indonesia tidak hanya kaya akan tradisi dan budayanya tapi juga kaya akan ragam kulinernya. Kuliner di Indonesia seakan tidak ada habisnya karena semakin bermunculan kuliner baru yang unik. Meski demikian, kuliner legendarisnya masih tetap ada hingga sekarang. Salah satunya Colok Gembrung, kuliner legendaris yang berasal dari Ciamis, Jawa Barat.nama Colok Gembrung berasal dari Bahasa Sunda yaitu ‘colok’ dan ‘gembrung’. Colok berarti tusuk, sedangkan gembrung merujuk pada bunyi alat musik tabuh yang terbuat dari kulit sapi, contohnya yaitu bedug. Nama Colok Gembrung memang berkaitan dengan bahan pembuatannya yaitu kulit sapi yang dicolok. Selain Colok Gembrung, kuliner ini juga dikenal dengan nama sate jepret atau sate kikil.Colok Gembrung ini berbahan dasar dari kulit sapi. Bahan kulit sapi dibakar sebentar kemudian direbus agar empuk. Setelah itu dipotong-potong dan ditusuk dengan lidi kelapa. Lalu dilumuri bumbu galendo (olahannampas kelapa yang dimasak), bawang merah, bawang putih, ketumbar, daun salam, sereh, gula, dan garam. Proses memasak dan juga bumbu tersebut membuat tekstur Colok Gembrung ini bertekstur sedikit kenyal dengan citarasa gurih.Colok Gembrung cukup mudah ditemui di Ciamis. Meski demikian, kuliner legendaris ini tidak selalu ada di semua tempat. Kuliner ini dapat ditemui di pedagang kaki lima, pasar, penjual sayur, warung kecil, dan kantin sekolah. Sedangkan di restoran besar biasanya tidak menjual menu Colok Gembrung ini. Harga Colok Gembrung relatif murah yaitu Ro 5.000 per 10 tusuk.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu salah satu kuliner legendaris dari Jawa Barat. Indonesia tidak hanya kaya akan tradisi dan budayanya tapi juga kaya akan ragam kulinernya. Kuliner di Indonesia seakan tidak ada habisnya karena semakin bermunculan kuliner baru yang unik. Meski demikian, kuliner legendarisnya masih tetap ada hingga sekarang. Salah satunya Colok Gembrung, kuliner legendaris yang berasal dari Ciamis, Jawa Barat.nama Colok Gembrung berasal dari Bahasa Sunda yaitu ‘colok’ dan ‘gembrung’. Colok berarti tusuk, sedangkan gembrung merujuk pada bunyi alat musik tabuh yang terbuat dari kulit sapi, contohnya yaitu bedug. Nama Colok Gembrung memang berkaitan dengan bahan pembuatannya yaitu kulit sapi yang dicolok. Selain Colok Gembrung, kuliner ini juga dikenal dengan nama sate jepret atau sate kikil.Colok Gembrung ini berbahan dasar dari kulit sapi. Bahan kulit sapi dibakar sebentar kemudian direbus agar empuk. Setelah itu dipotong-potong dan ditusuk dengan lidi kelapa. Lalu dilumuri bumbu galendo (olahannampas kelapa yang dimasak), bawang merah, bawang putih, ketumbar, daun salam, sereh, gula, dan garam. Proses memasak dan juga bumbu tersebut membuat tekstur Colok Gembrung ini bertekstur sedikit kenyal dengan citarasa gurih.Colok Gembrung cukup mudah ditemui di Ciamis. Meski demikian, kuliner legendaris ini tidak selalu ada di semua tempat. Kuliner ini dapat ditemui di pedagang kaki lima, pasar, penjual sayur, warung kecil, dan kantin sekolah. Sedangkan di restoran besar biasanya tidak menjual menu Colok Gembrung ini. Harga Colok Gembrung relatif murah yaitu Ro 5.000 per 10 tusuk.
Hari ini akan memperkenalkan Pantai Amuk Bay. Bali merupakan salah satu tujuan wisata favorit di Indonesia. Banyak wisatawan yang datang ke Bali untuk menikmati keindahan pantai-pantai Bali. Sebagian besar dari mereka biasanya mengunjungi pantai-pantai populer, seperti Pantai Kuta dan pantai Pandawa. Karenanya tak heran jika kedua pantai ini selalu ramai oleh wisatawan. Bagi anda yang tidak suka keramaian dan menyukai wisata pantai yang sepi, anda bisa berwisata ke Bali bagian Timur. Disana ada pantai Amuk Bay. Lokasinya di desa Antiga, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Untuk mencapai lokasi ini dari Airport Ngurah Rai sekitar 56,4 km atau selama 1 jam 30 menit berkendara.
Setelah tiba di pantai Amuk Bay, bentangan pasir putih bercampur pasir hitam akan tampak terlihat. Disisi sebelah kanan pantai jika anda menghadap kelaut, terlihat jejeran warna warni perahu tradisional milik nelayan lokal. Sedangkan pada sisi kiri, terlihat sebuah terminal transit minyak yang dimiliki oleh PT. Pertamina. Tiba di pantai cantik ini, anda bisa langsung berenang menikmati kesegaran airnya yang biru. Berenang di pantai Amuk Bay juga cukup nyaman, karena lokasi pantai berada di kawasan teluk, membuat ombak air laut sangat tenang.selain berenang, anda juga bisa menikmati keindahan alam bawah laut pantai Amuk Bay dengan snorkeling, diving atau wisata kapal selam. Dengan diving dan snorkeling, anda bisa menikmati keindahan terumbu karang, dan ikan yang berwarna-warni. Menariknya lagi, disini tersedia aktivitas wisata kapal selam. Perusahan berskala international yaitu Odyssey Submarine Bali, menyediakan satu-satunya aktivitas wisata kapal selam di Bali dengan mengambil tempat penyelaman di teluk Labuhan Amuk, karena keindahan bawah laut pantainya yang masih alami.Amuk Bay tidak hanya punya pantainya yang cantik, melainkan juga punya bukit yang tidak kalah cantik. Sesampai di Pantai Amuk Bay sempatkan untuk mendaki bukit selama 15 menit untuk mendapatkan pemandangan gugusan bukit serta birunya laut dari kejauhan. Berdiri di atas bukit ini, anda akan menyaksikan birunya laut, serta Gunung Agung yang menjulang tinggi dari kejauhan. Jangan lupa untuk menjaga kesopanan dan dilarang buang sampah sembarangan, karena Bukit Amuk Bay disakralkan oleh penduduk sekitar dan terdapat Pura di sepanjang perjalanan menuju Bukit.
Festival Pesona Budaya Borneo kembali diselenggarakan pada tanggal 10 – 14 Agustus 2018. Pada tahun ini Festival ini diselenggarakan di Banjarmasin, Ibu Kota Kalimantan Selatan, setelah tahun lalu diadakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.
Kegiatan ini dipusatkan di kawasan bekas Kantor Gubernur Kalimantan Selatan, Jalan Jenderal Sudirman, Banjarmasin. Festival ini diisi dengan pagelaran seni budaya Dayak yang menampilkan berbagai kesenian, seperti tari tradisi dan kreasi, melukis perisai, memahat talawang (tameng atau perisai), menyumpit, kuliner daerah, pameran produk unggulan, lomba foto pesona Dayak dan berbagai tradisi Kalimantan Selatan lainnya. Kegiatan juga ditandai dengan karnaval budaya yang melibatkan peserta dari Kalimantan sekaligus melibatkan komunitas masyarakat setempat seperti pecinta sepeda tua atau ontel mania. Karnaval ini diikuti oleh peserta dari Kalimantan dan negeri jiran Malaysia.
Ketua Pelaksana Festival Pesona Budaya Borneo II Ramond mengatakan, kegiatan ini akan diikuti ratusan peserta dari provinsi se-Kalimantan, serta dari negara tetangga. Menurut Ramond, sebagai tuan rumah Pemprov Kalimantan Selatan beserta Dewan Adat Dayak (DAD) Kalsel sudah melakukan persiapan menyambut tamu dan kontingen dari provinsi lain agar dapat memberikan yang terbaik dalam pelaksanaan kegiatan yang berskala nasional ini.
Kepala Dinas Pariwisata Kalsel Heriansyah mengatakan, Festival Pesona Budaya Borneo II diharapkan meningkatkan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara pada kunjungan wisata 2020 dapat tercapai. Menurutnya festival ini dihadiri oleh sejumlah menteri Kabinet Kerja RI, 12 Duta Besar negara sahabat yaitu Jerman, Perancis, Italia, Ceko, Brasil, Belanda, China, Arab Saudi, Jepang, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam. Kegiatan ini juga dihadiri masyarakat Dayak yang ada di Serawak, Malaysia dan Brunai Darussalam.
Sementara itu Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalsel Difriadi Darjat mengatakan tema yang diusung untuk tahun 2018 adalah “Dengan Budaya dan Pariwisata Kita Bergerak Membangun Kalimantan Untuk Lebih Sejatera”. Menurutnya, festival ini merupakan menghadirkan kekayaan, kearifan lokal masyarakat Kalimantan, baik dalam bentuk seni budaya maupun kultur pembaruan yang dijiwai semangat Bhineka Tunggal Ika. Difriadi menambahkan kegiatan ini merupakan sarana promosi dan publikasi seni dan budaya masyarakat Kalimantan.
Selain sebagai sarana promosi dan potensi seni dan budaya masyarakat Kalimantan, Festival Pesona Budaya Borneo II juga bertujuan untuk membangun komunikasi strategis pemasaran produk daerah di berbagai sektor, baik nasional dan internasional. Meningkatkan kreativitas masyarakat di bidang pengembangan IPTEK, seni dan budaya, membangun daya saing ekonomi masyarakat Kalimantan, dan sebagai sarana hiburan interaksi dan sosialisasi yang bersifat edutainment kepada masyarakat luas, serta mendorong kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Festival ini diharapkan dapat lebih memperkenalkan dan memberi pengetahuan kepada para peserta dan pengunjung mengenai keanekaragaman budaya dan kearifan lokal Kalimantan yang harus terus dijaga dan dilestarikan bersama.
Hari ini kami akan memperkenalkan Desa Wisata Lerep. 24 hingga 25 Juli lalu telah digelar Festival Desa Wisata di Lapangan drh Soepardi, Sawitan, Kota Mungkid, Kabupaten Magelang. Dalam ajang tersebut, 33 Kabupaten di Jawa Tengah mengirimkan perwakilan desa wisatanya untuk memperkenalkan potensi desa wisata di masing-masing kabupaten/kota. Provinsi Jawa Tengah sendiri punya 147 desa wisata yang sudah terverifikasi. Dari 147 desa wisata tersebut, ada 5 desa wisata unggulan yang telah siap dikunjungi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Salah satu yang akan kami perkenalkan kali ini adalah desa wisata Lerep.Desa Wisata Lerep terletak di kawasan Kecamatan Ungaran Barat, Semarang, Jawa Tengah. Cukup dekat dari Kabupaten Ungaran, dan hanya 40 menit dari pusat Kota Semarang. Desa seluas 682 hektar terdiri dari 7 Dusun, yakni Dusun Indrokilo, Dusun Lerep, Dusun Soka, Dusun Tegalrejo, Dusun Lorog, Dusun Karangbolo dan Dusun Mapagan. Sebagian wilayahnya merupakan daerah perbukitan. Dengan topografi dataran tinggi, desa wisata Lerep memiliki pesona keindahan yang luar biasa. Pemandangan gunung ungaran terhampar jelas dari wilayah ini dan pepohonannya yang lebat membuat wilayah ini punya udara yang sejuk. Desa wisata ini juga memiliki potensi alam yang melimpah, seperti curug, hamparan sawah yang luas, pemandangan alam yang indah serta keanekaragaman hayati yang melimpah.
bagi anda yang berkunjung ke desa wisata Lerep, berbagai kegiatan wisata menarik telah menanti anda. Disini anda bisa belajar dan merasakan langsung bagaimana memproses susu murni mejadi aneka olahan pangan. Anda juga bisa belajar bagaimana memproses kopi, buah-buahan, biogas, dan ragam wisata agro lainya. Daya tarik obyek wisatanya pun tidak kalah menarik. Ada Air Terjun Indrokilo, tempat rekreasi keluarga kolam renang alami Watu Gunung, Embong Lerep, dan lainnya.
Desa Lerep juga punya wisata budaya, dimana Desa ini memiliki kawasan wisata berbasis seni, seperti Kampung Seni Lerep. Bangunan utama Kampung Seni Lerep berbentuk Limasan dengan dua tingkat. Selain itu bangunan ini juga dimanfaatkan sebagai museum untuk menyimpan barang yang mengandung unsur seni, seperti misalnya gelas, piring, dan guci. Di dalam Kampung Seni juga ada jembatan panjang yang di bawahnya merupakan bangunan theater. Kemudian ada Watu Gunung. Watu Gunung merupakan kawasan desa wisata yang mengandung nilai artistik. Watu Gunung merupakan tempat wisata yang memiliki beberapa bangunan tua berbentuk joglo dengan konsep danau buatan. Nuansa di Watu Gunung terasa sejuk dan nyaman karena dapat melihat Gunung Ungaran secara lebih jelas. Bagi anda yang ingin bermalam, tersedia homestay untuk menampung puluhan orang. Tidak ketinggalan pula ada warung, rumah makan, dan toko oleh-oleh sederhana khas desa ini.
Hari ini kami akan memperkenalkan,Kuliner Kelo Mrico. Jadi tetaplah bersama kami hanya di RRI World Service Voice of Indonesia.berwisata ke suatu daerah, belum lengkap rasanya jika anda belum mencicipi makanan khas daerah tersebut. Misalnya jika anda berwisata ke Lasem, sebuah kecamatan di kabupatenRembang, Jawa Timur yang dikenal dengan “Tiongkok Kecil” ini, anda harus mencoba beragam kuliner khasnya yang lezat. Ada soto kemiri, lontong tuyuhan, dempul urang, botok, dan ranjungan. Ada pula kelo mrico. Pilihan menu terakhir itu barangkali dapat dipilih untuk mengawali penjelajahan kuliner anda, karena sajian ini konon merupakan penganan paling khas daerah pantura atau pantai utara.
Nama Kelo Mrico berasal dari kata Kelo dan Mrico. Kelo sendiri adalah bahasa daerah di kabupaten rembang yang berarti sayur berkuah dan mrico adalah merica, jadi Kelo Mrico adalah Sayur Merica. Kelo Mrico ini memang khas dengan rasa merica yang menjadi bumbu utama dari sayur ini. Kelo Mrico menggunakan bahan baku ikan segar. Untuk ikannya yang digunakan biasanya adalah ikan laut, seperti ikan manyung, sembilang, dukang, dan kakap, terkadang juga ikan bandeng. Rembang sendiri memang punya potensi ikan yang melimpah. Jadi tak heran, jika kuliner ini hadir ditengah kehidupan masyarakat Rembang, khususnya Lasem.
Kuah Kelo Mrico berwarna merah kekuningan lantaran dicampuri irisan cabai dan kunyit. Ditambahkan sedikit asam dan daun jeruk agar aromanya sedap. Penggunaan Merica juga membuat aroma bertambah wangi dan rasa makin sedap. Bumbu rempah-rempah dan asam membuat Kelo Mrico tak amis. Bumbu-bumbu yang digunakan, di antaranya bawang merah, bawang putih, cabai, kencur, kunyit, jahe, daun jeruk, asem cempaluk, dan tentunya lada (mrico). Daging ikan yang dimasak harus terlebih dahulu dipotong-potong. Tekstur daging ikan ini pun sangat lembut ketika disantap. Pedasnya kuah yang berasal dari cabai dan lada atau merica, memberikan sensasi rasa yang khas. Rasa pedas dicampur daging ikan laut yang lezat, menjadikan kelo mrico tidak hanya menjadi santapan favorit bagi masyarakat Rembang, namun juga wisatawan yang berkunjung ke sana.Kelo mrico biasa dinikmati dengan kuliner dempul urang. Dempul urang adalah peyek berisi udang. Udang yang digunakan ialah udang segar dari tambak yang dipanen dari pesisir Lasem. Konon, makanan ini dulu menjadi favoritnya para sopir truk dan bus yang melintas di jalur jurusan Semarang-Surabaya saat singgah di Lasem. Tak heran di warung-warung sederhana pinggir jalan, para pedagang menjajakan menu kuliner ini. Harganya tergolong murah. Sayur Kelo mrico kepala ikan dibandrol seharga Rp 25.000 sampai Rp 30.000 per porsi.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu destinasi wisata andalan dari Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi Selatan memiliki sebuah kabupaten bernama Kabupaten Maros. Di sini merupakan daerah wisata yang memiliki ragam cukup lengkap. Sebut saja Bukit Teletubies juga Hutan Pinus Bengo-Bengo. Namun tak jauh dari Sungai Pute, terdapat sebuah pemandangan yang luar biasa. Tempat tersebut merupakan Hutan Batu Rammang-Rammang.
tahun 2001, UNESCO memasukkan kawasan karst Maros sebagai kawasan cagar alam yang telah memenuhi 9 syarat. Di antaranya adalah keanekaragaman hayati yang unik dan sisa peninggalan manusia purba yang ada di beberapa dinding gua. Tempat ini merupakan karst terbesar kedua di dunia setelah kawasan karst di Yunnan, Tiongkok Selatan.
penamaan Rammang-Rammang ini berasal dari bahasa daerah Sulawesi Selatan, artinya awan atau kabut. Masyarakat setempat memberi nama tempat ini Rammang-Rammang karena setiap pagi hari atau kala hujan, tempat ini biasanya diselimuti awan atau kabut. Saat kabut menyelimuti kawasan ini, ditambah adanya gugusan pilar-pilar batu di areal persawahan penduduk, membuat pemandangan terlihat begitu eksotis.
destinasi wisata Rammang-Rammang berada di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Letak desa ini sekitar 40 km di sebelah utara Kota Makassar. Untuk menjangkaunya, kawasan ini dapat ditempuh melalui jalur darat dengan kendaraan bermotor. Jika berangkat dari Kota Makassar, bisa ditempuh dengan waktu sekitar dua jam. Namun jika langsung dari Bandara Hasanuddin, waktu tempuhnya bisa hanya 30 menit saja.
Hari ini akan memperkenalkan Taman Wisata Edukasi dan Wisata Pertanian. Bengkulu, salah satu provinsi di pulau Sumatera ini identik dengan Bunga Raflesia Arnoldi. Provinsi inilah yang menjadi habitat bunga terbesar di dunia ini. Selain itu Bengkulu juga makin dikenal kerena salah satu founding father Indonesia, Soekarno pernah diasingkan dan menikah disini. Kini, rumah pengasingan Soekarno menjadi salah satu objek wisata sejarah yang wajib dikunjungi di Bengkulu. Selain wisata sejarah, beragam aktivitas wisata menarik juga bisa nikmati di Bengkulu. Salah satunya wisata edukasi, yakni Taman Wisata Edukasi dan Wisata Pertanian di Bengkulu Selatan. Berkunjung ke objek wisata ini, anda mendapatkan pengalaman berwisata yang lengkap. Wisatawan dari segala kalangan bisa mendapatkan ilmu pertanian modern, peternakan, belajar menjadi petani, membibit, memanen buah-buahan, wisata taman bunga, riset, pengenalan transportasi dan teknologi pertanian.
berwisata ke Taman Wisata Edukasi dan Wisata Pertanian tidaklah sulit. Jarak antara Kabupaten Bengkulu Selatan ke Bandara Fatmawati, di Kota Bengkulu sekitar 98 kilometer. Objek wisata ini dapat ditempuh dari Kota Bengkulu sekitar 2,5 jam dengan trasportasi darat. Untuk masuk ke kawasan ini, anda diharuskan berjalan kaki. Rasa lelah anda akan terbalaskan dengan pemandangan hamparan bunga yang merekah di kiri kanan jalan. Anda juga akan disambut dengan beragam pohon buah seperti manggis, durian, nangka, rambutan, mangga yang berasal dari bibit berkualitas. Tak ketinggalan sepanjang jalan yang dilapisi beton itu terdapat pula tanaman kacang tanah. Pada beberapa bagian di pintu masuk juga terdapat tempat khusus ternak sapi dan kambing.
Tak jauh berjalan, anda akan disambut dengan gerbang yang dipenuhi tanaman buah labu besar yang bergelantungan. Melewati gerbang buah labu, terdapat hamparan tanaman ketela pohon, tanaman sayuran yang siap dipetik pengunjung. Di tengah taman terdapat mushala, disana ada beberapa penjual jajanan ringan dan air mineral. Jika anda haus dan lapar, anda bisa membeli minuman ringan dan air mineral disini. Di kawasan ini ada pula mushola berukuran sedang yang letaknya di atas bukit. Dari atas bukit ini, pemandangan alam indah membentang, hamparan bunga matahari, sawah, jagung, palawija dan lainnya. Di kawasan inilah banyak wisatawan yang berswapoto. Puas memanjakan mata dengan hamparan sawah dan bunga matahari, anda dapat memilih aktivitas lain, seperti belajar membibit tanaman atau memanen buah-buahan.
Taman Wisata Edukasi dan Wisata Pertanian memiliki luas sekitar 16,5 hektare. 6,5 hektare merupakan balai benih, 10 hektare lainnya adalah lahan kritis tak digarap. Namun berkat pendekatan teknologi dan kemampuan tenaga ahli, tanah kritis disulap menjadi lahan subur penuh dengan beragam tanaman. Di objek wisata ini terdapat 50 varietas tanaman berupa, buah, palawija, hortikultura, semusim dan padi jagung serta buah-buahan. Bagi wisatawan yang ingin ikut memanen atau memetik buah-buahan atau sayur-sayuran di kawasan wisata ini, Hasil petikan tersebut nantinya akan ditimbang lalu dibayar pada petugas taman. Pengunjung yang masuk ke taman tidak dipungut biaya alias gratis.
Hari ini akan memperkenalkan Wisata Batu Angus di Maluku. meletusnya sebuah gunung tidak selalu membawa kabar duka atau pun hal yang mengerikan. Buktinya adalah bekas aliran lahar saat Gunung Gamalama di Ternate, Maluku Utara meletus, saat ini menjadi hiasan alami yang dikenal dengan nama Batu Angus. Batu Angus merupakan salah satu tujuan wisata favorit yang terletak di Kelurahan Tarau, Kecamatan Ternata Utara Kota, Kota Ternate, Maluku.
wisata Batu Angus bisa dikatakan sebagai “Permata Hitam” Ternate, karena Batu Angus merupakan hamparan batu hitam yang tampak seperti hangus terbakar. Hamparan batu itu membentang dari kaki Gunung Gamalama hingga ke pantai. Batu Angus tersebut merupakan sisa lahar letusan Gunung Gamalama pada abad ke-17 dan lahar yang telah berubah menjadi batu itu tampak seperti batu yang baru hangus terbakar.Dinamakan Batu Angus karena lahar beku ini memiki warna yang hitam kelam. Selintas batu ini memang biasa saja, tapi bila melihatnya secara keseluruhan Anda akan melihat keindahan lain dari kumpulan batu-batu ini.Pendengar, di objek wisata Batu Angus juga terdapat situs sejarah. Situs ini merupakan lokasi tewasnya seorang tentara Jepang, yang parasutnya tidak terbuka normal saat terjun dari pesawat pada perang tahun 1945. Selain itu, sejumlah benteng peninggalan masa kolonial seperti Benteng Ford Oranye, Benteng Tolucco, Benteng Kalamata, dan Benteng Kastela juga ada di objek wisata ini. Danau Tolire yang juga jadi objek wisata favorit di Kota Ternate turut menambah keindahan panorama Batu Angus.wisata yang terletak pada poros ruas jalan lingkar Pulau Ternate ini bisa dijangkau menggunakan angkutan kota dengan tarif Rp 3.000 atau menggunakan taksi seharga Rp 50.000 per jam. Tetapi jika anda menggunakan kendaraan pribadi, anda hanya perlu membayar tiket masuk seharga Rp 20.000 untuk mobil dan Rp 5.000 untuk motor.