24
September

 

(voinews.id)Indonesia menyeru negara-negara G20 agar berkontribusi dalam upaya mengatasi krisis kemanusiaan di Afghanistan, setelah pengambilalihan kekuasaan oleh kelompok Taliban Agustus lalu.Dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat,  Rabu (22/9), Menlu RI Retno Marsudi menekankan keselamatan dan kesejahteraan rakyat Afghanistan menjadi prioritas utama.

Menlu  Retno  Marsudi ketika menyampaikan pengarahan pers secara virtual Kamis,(23/9) mengatakan,  dunia harus membantu rakyat Afghanistan menghadapi COVID-19 dengan mempercepat vaksinasi melalui mekanisme berbagi dosis dan memenuhi kebutuhan dasar rakyat Afghanistan.Indonesia telah mengumumkan komitmen tambahan bantuan senilai 3 juta dolar AS atau sekitar 42,76 miliar rupiah, sebagai bagian dari upaya internasional untuk menolong 14 juta warga Afghanistan yang membutuhkan bantuan kemanusiaan darurat.Antara

24
September

 

(voines.id)Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Dody Widodo mengatakan,  diskon pajak atau pajak penjualan barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP) 100 persen diharapkan meningkatkan  utilisasi industri otomotif nasional.Dengan efek berganda yang tinggi maka sebaiknya kebijakan PPnBM DTP ini diperpanjang.Dody saat memberikan sambutan pada "Diseminasi Analisis Dampak Insentif PPnBM DTP" secara virtual, Kamis mengatakan, program relaksasi PPnBM DTP kendaraan bermotor berhasil meningkatkan penjualan mobil yang masuk dalam skema program tersebut.

Dikarenakan  masih tingginya daya beli masyarakat dan peningkatan utilisasi industri otomotif dan sektor terkait lainnya.Dampak ekonomi program tersebut terbukti berkontribusi terhadap perekonomian nasional melalui peningkatan volume penjualan kendaraan bermotor, penciptaan output lapangan kerja, pendapatan rumah tangga, dan pendapatan negara.Ia menegaskan, kebijakan ini telah menjadi game changer di tengah pandemi yang dihadapi Indonesia saat ini.Antara

24
September

 

 (voines.id)Sumbangan vaksin tahap ke-3 dari Prancis kepada Indonesia tiba di Bandara Soekarno-Hatta Kamis.Kedutaan Besar Prancis di Jakarta menyebutkan, sumbangan sebanyak 1 juta 236 ribu 480 dosis vaksin AstraZeneca itu merupakan bagian dari hibah 3 juta dosis vaksin untuk Indonesia yang diumumkan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Agustus.Bantuan vaksin itu diberikan melalui mekanisme skema vaksin global COVAX.

Sebelumnya, pengiriman pertama bantuan sebanyak 358.700 dosis vaksin tiba pada 10 September dan pengiriman kedua sebanyak 968.000 dosis vaksin tiba pada 16 September.Total pengiriman vaksin AstraZeneca dari Prancis yang sudah diterima Indonesia setelah pengiriman vaksin tahap ke-3 tersebut mencapai 2,5 juta dosis.Kedubes Prancis dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, sumbangan vaksin itu merupakan wujud solidaritas dan dukungan Prancis kepada Indonesia dalam program vaksinasi nasional untuk melawan pandemi COVID-19.Antara

23
September

(Voinews.id)Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, ekonomi dunia mengalami kehilangangan 8,8 triliun dolar Amerika Serikat  atau setara dengan 9,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Perhitungan ini menjadi pembahasan pertemuan tahunan antara Menteri Keuangan dengan Menteri Kesehatan G20 pada pekan lalu. Menurut Sri Mulyani, kerugian itu terjadi karena banyak negara yang mengalami pertumbuhan kontraksi akibat pandemi Covid-19. Tidak terkecuali Indonesia yang tumbuh minus 5,32 persen pada kuartal kedua dan diperkirakan tumbuh di zona negatif sepanjang tahun  2020. Ia menyampaikan hal itu pada konferensi pers Kinerja APBN secara virtual, Selasa (22/9).

Sri mengatakan, kerja sama antar negara menjadi kunci utama untuk menghadapi tantangan yang kini dihadapi. Sejumlah negara harus bergandengan tangan, baik dalam skala regional maupun global, untuk bersama-sama membangkitkan ekonomi setelah dihantam pandemi Covid-19. Ia menambahkan, dalam nyelesaikan masalah,  tidak ada negara yang bisa dibiarkan tertinggal dalam penanganan pandemi. Sebab, apabila ada satu negara saja yang tidak bisa menangani krisis kesehatan ini, dia akan menjadi titik lemah penanganan Covid-19 di seluruh dunia. (republika/pna)