VOInews.id- Seorang penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak pada Selasa menuding Rusia berada di balik kudeta di Niger. “Ini taktik standar Rusia: mengalihkan perhatian, memanfaatkan momentum, dan memperluas konflik,” kata Podolyak dalam pernyataan yang diunggah lewat Twitter.
Podolyak mengklaim junta militer di dua negara tetangga Niger, yakni Burkina Faso dan Mali, serta kehadiran tentara bayaran Rusia Wagner Group di dua negara tersebut makin menyakinkan dirinya bahwa Rusia berperan dalam kudeta tersebut. Dia meyakini Rusia memiliki "skenario global untuk memprovokasi ketidakstabilan guna melemahkan tatanan keamanan global."
Podolyak menambahkan bahwa menyingkirkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mengantarkan Rusia terlahir kembali secara politik adalah satu-satunya cara dalam menjamin penegakan aturan dan stabilitas dunia.
Pada 26 Juli, tentara Niger mengumumkan kudeta terhadap Presiden Mohamed Bazoum dan menahannya. Pengumuman tersebut disampaikan melalui sebuah video yang ditayangkan televisi pemerintah. Tentara yang menyebut diri Dewan Nasional untuk Perlindungan Negara (CNSP) itu menyebut kudeta dilakukan karena “situasi keamanan yang memburuk dan kinerja pemerintahan yang buruk.
” Bazoum terpilih sebagai presiden pada 2021 dalam transisi kekuasaan demokratis pertama Niger sejak memperoleh merdeka dari penjajah Prancis pada 1960.
antara
VOInews.id- Prancis pada Selasa bersiap mengevakuasi ratusan warga Prancis dan Eropa dari Niger karena situasi keamanan di negara Afrika Barat itu semakin gawat. Pada Senin, dua negara tetangga Niger, Mali dan Burkina Faso, menyatakan bahwa setiap intervensi dari luar untuk mengembalikan pemerintah terguling di Niger akan dianggap sebagai pernyataan perang.
Junta militer menggulingkan Presiden Niger terpilih demokratis, Mohamed Bazoum dan pemerintahannya Rabu pekan lalu. Kudeta itu menjadi perebutan kekuasaan ketujuh yang dilakukan militer dalam kurun tiga tahun terakhir di Afrika Barat dan Tengah. Organisasi kawasan Afrika Barat ECOWAS Minggu pekan lalu mengancam akan menggunakan kekuatan untuk mengembalikan Bazoum ke tampuk kekuasaan, jika tentara Niger tidak melakukannya dalam waktu satu pekan.
Sebaliknya, Mali dan Burkina Faso, yang sama-sama diperintah oleh junta militer, menyatakan mereka akan ikut mempertahankan Niger. Mengingat risiko konflik semakin besar, Spanyol menyatakan sedang bersiap mengungsikan sekitar 70 warganya. Hal serupa dilakukan Italia yang juga tengah merancang penerbangan repatriasi. Jerman mendesak warganya turut mengungsi bersama penerbangan Prancis. Kudeta itu membuat seluruh wilayah Sahel terguncang, padahal mereka tengah memerangi pemberontakan kelompok militan.
Niger sendiri menjadi sekutu Barat paling stabil sampai kini. Peristiwa itu muncul di tengah gelombang sentimen anti-Prancis. Penduduk setempat mengaku ingin bekas penjajah mereka itu berhenti mencampuri urusan Niger dan sebaliknya menyerukan kemitraan dengan Rusia.
Pemimpin militer baru Niger melanjutkan langkah menangkap politisi-politisi senior negeri itu, dan memperingatkan pihak asing yang berupaya memulihkan kekuasaan Bazoum yang masih dikurung di istananya. "Mengingat kudeta yang tengah berlangsung di Niger dan fakta bahwa situasinya kian mengkhawatirkan, kami memutuskan untuk memastikan warga Prancis yang hendak meninggalkan Niger dapat melakukannya," kata Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna kepada LCI TV Prancis.
Dia memperkirakan ratusan warga negara Prancis dan ratusan warga negara Uni Eropa lainnya ingin diungsikan dalam penerbangan yang diharapkan tuntas dalam waktu 24 jam. Flightradar menunjukkan sebuah pesawat milik angkatan bersenjata Prancis sudah mendarat di bandara Niamey pada pukul 19.07 WIB dan dijadwalkan berangkat sekitar 22.10 WIB. Prancis, Amerika Serikat, Jerman, dan Italia menempatkan pasukan di Niger untuk misi kontra-pemberontakan dan pelatihan.
Sejauh ini belum ada pengumuman apakah pasukan ini juga akan ditarik mundur. Colonna mengatakan Prancis sudah berbicara dengan "mereka yang mengendalikan " Niger guna memastikan evakuasi dilanjutkan dengan aman. Namun, hal itu bukan berarti Prancis mengakui junta.
antara
VOinews.id- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperkirakan bahwa Rusia akan terus melanjutkan serangannya ke sistem energi Ukraina saat cuaca dingin kembali pada akhir tahun. Dia bertekad akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi jaringan listrik di negaranya. Hampir 40 persen sistem energi Ukraina mengalami kerusakan dalam serangan rudal dan drone pada musim dingin lalu, yang membuat kota-kota Ukraina dilanda kegelapan dan kedinginan.
Kiev menyebut tindakan itu sebagai strategi yang disengaja oleh Rusia untuk membuat warga sipil menderita yang merupakan kejahatan perang. Moskow menyatakan serangan itu bertujuan untuk mengurangi kemampuan tempur Ukraina. Sejak cuaca panas melanda, serangan ke infrastruktur energi Ukraina telah berkurang dan digantikan serangan terhadap target lain. Namun, selama kunjungannya ke Kota Ivano-Frankivsk pada Minggu, Zelenskyy mengatakan dirinya memperkirakan serangan terhadap sistem energi akan berlanjut.
"Jelas bahwa musim gugur ini dan...pada musim dingin, musuh akan berupaya mengulangi teror terhadap industri energi Ukraina. Kami harus siap menghadapi hal ini setiap saat," kata Zelenskyy kepada para pejabat tinggi di pemerintahan, keamanan, dan kedaerahan. "Pada setiap tingkat pemerintahan dan keamanan, kami akan melakukan segala hal yang mungkin," lanjutnya.
Zelenskyy menyatakan pemerintah, pejabat keamanan dan pekerja energi bekerja melindungi sistem energi dari kerusakan fisik, sabotase atau serangan siber. Setiap kota besar dan kecil di Ukraina harus siap menghadapi kondisi darurat energi, katanya menambahkan. Perbaikan secara cepat kerap mengandalkan peralatan energi cadangan dari negara-negara Barat, yang membantu Ukraina melewati musim dingin lalu. Menteri Energi Jerman Galushchenko pekan ini mengungkapkan keyakinannya bahwa Ukraina akan dapat memenuhi kebutuhan pembangkit listriknya selama musim dingin.
Sumber: Reuters
VOInews.id- Ukraina berusaha melancarkan serangan ke sasaran di Moskow dengan tiga drone tetapi gagal mencapai tujuannya, kata Kementerian Pertahanan Rusia pada Minggu. Menurut kementerian tersebut, Kiev mengerahkan tiga kendaraan udara nirawak (UAV) ke Moskow pada Minggu pagi waktu setempat.
Satu drone berhasil ditembak jatuh oleh pasukan pertahanan udara di Distrik Odintsovo di wilayah Moskow, sementara dua drone lainnya berhasil dicegat oleh sistem perang elektronik dan jatuh ke sebuah kompleks bangunan nonresidensial di Moskow.
Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin mengatakan via kanal Telegram bahwa ketiga drone Ukraina tersebut menyebabkan kerusakan minor pada fasad dua gedung perkantoran di Moskow. Kantor berita kelolaan pemerintah Rusia, TASS, melaporkan bahwa serangan tersebut menyebabkan seorang petugas keamanan terluka dan memicu penangguhan sementara untuk sejumlah penerbangan di Bandar Udara Internasional Vnukovo di Moskow.
antara