VOInews.id- Saat panas terik terus menyengat berbagai wilayah di India, negara itu belum melihat tanda-tanda gelombang panas yang intens tersebut akan mereda. Data dari Departemen Meteorologi India (India Meteorological Department/IMD) menunjukkan suhu maksimum di sejumlah wilayah negara tersebut mencapai 42,2 derajat Celsius pada Jumat (16/6) dan Sabtu (17/6), atau 4,7 derajat Celsius di atas suhu normal.
Setidaknya 98 orang meninggal di negara bagian Uttar Pradesh dan Bihar, India dalam tiga hari terakhir akibat panas ekstrim, menurut pihak berwenang. Saat sebagian wilayah India menyaksikan gelombang panas parah dalam beberapa hari dengan suhu melewati 40 derajat Celsius di banyak tempat, 54 orang meninggal di utara Uttar Pradesh dan 44 di Bihar timur. Seluruh 54 orang yang meninggal di Uttar Pradesh dilaporkan berasal dari satu distrik Ballia, dimana setidaknya 400 orang dibawa ke rumah sakit distrik untuk mendapatkan perawatan. Pengawas Medis SK Yadav, mengkonfirmasi korban meninggal, serta mengatakan satu tim dari ibukota negara bagian Uttar Pradesh, Lucknow akan tiba untuk menyelidiki permasalahan tersebut.
antara
VOInews.id- Ukraina menyatakan Rusia hari ini menyerang militer dan sarana infrastruktur di Ukraina, termasuk ibu kota Kiev dan kota Lviv. Ukraina sendiri mengaku telah menembak jatuh 32 dari 35 drone Shahed buatan Iran yang diluncurkan dari Bryansk di Rusia dan Laut Azov. Namun serangan Rusia berhasil menghantam sebuah fasilitas penting di Lviv yang berjarak sekitar 70 km dari perbatasan Ukraina-Polandia, kata Gubernur Lviv Maksym Kozytskiy tanpa mengungkapkan fasilitas tersebut.
Dia juga tidak mengungkapkan korban dalam serangan udara semalam yang menjadi serangan terbaru Rusia sejak Ukraina melancarkan ofensif balasan yang disebut-sebut berhasil merebut kembali 113 km persegi wilayah Ukraina yang diduduki Rusia. Angkatan Udara Ukraina, melalui aplikasi pesan singkat Telegram, menyatakan telah memperkuat sistem pertahanan udara di sebagian besar wilayah Ukraina. “Namun, arah utama serangan drone buatan Iran adalah Kiev. Puluhan drone Shahed dihancurkan di sini,” kata angkatan udara Ukraina.
antara
VOInews.id- Persepsi konsumen mengenai inflasi di zona euro hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan angka resmi, kata sebuah studi yang dirilis Senin (19/6) oleh perusahaan asuransi kredit perdagangan Allianz Trade. Hal itu bisa membuat Bank Sentral Eropa (ECB) makin menaikkan suku bunga hingga September, sambung studi itu. Tingkat inflasi yang dirasakan zona euro baru-baru ini mendekati angka 17 persen, sedangkan tingkat inflasi yang sebenarnya pada Mei adalah 6,1 persen, kata Allianz Trade.
Perbedaan antara inflasi yang dirasakan dan inflasi yang sebenarnya diperburuk oleh dinamika inflasi saat ini dalam zona euro, kata perusahaan itu. "Ada kesenjangan lebar antara inflasi yang dirasakan dan inflasi yang sebenarnya, terutama di Jerman," kata Jasmin Groeschl, ekonom senior pada Allianz Trade. Kesenjangan tersebut mencapai sembilan poin persentase secara keseluruhan di zona euro, sementara di Jerman perbedaannya mencapai sebelas poin persentase.
Studi itu menyebutkan perbedaan ini memiliki berbagai alasan. Misal, konsumen lebih memperhatikan perubahan harga untuk pembelian umum, seperti bahan makanan dan minuman, bahan bakar, atau keperluan lain di pasar swalayan. Ketika harga-harga untuk pembelian umum ini naik di atas rata-rata, maka orang cenderung merasa bahwa inflasi jauh lebih tinggi.
Namun, aspek psikologis, perbedaan demografis dan regional, serta perilaku masing-masing konsumen juga dapat menyebabkan konsumen menilai kenaikan harga secara berbeda dari pengukuran inflasi resminya. Hal tersebut menciptakan gambaran yang terdistorsi dan perbedaan besar antara inflasi yang dirasakan dan inflasi yang sebenarnya.
Kesenjangan antara inflasi yang dirasakan dan inflasi yang sebenarnya berpengaruh besar terhadap perilaku konsumen, terutama dalam hal kebiasaan belanja mereka, kata Groeschl. "Akibatnya, ini menjadi penting sekali bagi komunitas bisnis, ekonomi, dan kebijakan suku bunga," tambah Groeschl.
antara
VOInews.id- UNICEF mengatakan anak-anak Haiti mengalami kekurangan makanan, bantuan medis, dan pendidikan yang parah. Pernyataan disampaikan Senin waktu setempat beberapa jam setelah baku tembak sengit terjadi dekat kamp pengungsi yang penuh sesak.
Geng-geng bersenjata berat memperluas wilayah mereka dan kini mengendalikan komunitas berjumlah sekitar dua juta orang, kata PBB. Kebanyakan wanita dan anak-anak yang hidup di kamp itu sering menjadi korban pembunuhan dan kekerasan seksual. Hal ini memicu krisis kemanusiaan yang menurut UNICEF telah memaksa sekitar 165 ribu orang mengungsi, sementara yang lainnya melarikan diri dengan menggunakan perahu.
"Anak-anak kekurangan gizi, mereka butuh bantuan dan dunia mesti memberikan perhatian," kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell setelah mengunjungi kamp New Church of God of Deliverance, yang kini menampung 120 keluarga dari lingkungan terdampak paling parah, termasuk 239 anak-anak. Anak-anak itu sangat membutuhkan perawatan kesehatan seperti imunisasi dan sekolah. "Orang dewasa harus berhenti berkelahi dan perhatikanlah anak-anak," ujar Russell.
“Kami tidak bisa lagi menampung anak-anak karena tidak ada lagi ruangan,” kata Stephanie Pierre, yang mengelola kamp padat penduduk yang berfungsi sebagai klinik keliling yang mendistribusikan perlengkapan sanitasi dan informasi kolera.
antara