14
November

 

(voinews.id)- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan  mengatakan upaya-upaya untuk mengambil alih Turki melalui terorisme tidak akan berhasil. Pernyataan itu dikemukakan menyusul terjadinya "serangan bom" di Istanbul yang mengakibatkan sedikitnya enam orang tewas, dan 53 lainnya mengalami luka-luka.

"Segera setelah serangan berbahaya itu, unit keamanan dan kesehatan dikirim ke lokasi kejadian, dan korban yang terluka dengan cepat dilarikan ke rumah sakit terdekat," kata sang presiden seperti dikutip Kantor Berita Ihlas. Erdogan menyampaikan pernyataan tersebut di Bandar Udara Ataturk di Istanbul sebelum bertolak ke Indonesia untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 20 (Group of 20/G20).

Ledakan itu menghantam jalur pejalan kaki Istiklal yang sibuk di sisi Eropa kota tersebut pada pukul 16.20 waktu setempat atau pukul 20.20 WIB. Suara ledakan itu terdengar di seluruh Distrik Beyoglu yang bersejarah dan menyebabkan kepanikan parah, lapor media lokal.

11
November

 

 

(voinews.id)- Presiden Joe Biden akan bertemu Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dalam kunjungan ke Asia untuk mendiskusikan cara membendung program nuklir Korea Utara, kata pejabat Gedung Putih pada Rabu. Para pemimpin tersebut akan bertemu di Kamboja pada Minggu, 13 November, ketika Biden mengunjungi Asia untuk melakukan pertemuan dengan negara-negara anggota ASEAN dan kelompok industri G20.

"Ketiga pemimpin akan bekerja untuk 'terus meningkatkan kerja sama trilateral di seluruh Indo-Pasifik, khususnya dalam upaya bersama kami untuk mengatasi ancaman berkelanjutan yang ditimbulkan oleh program senjata pemusnah massal dan rudal balistik Republik Demokratik Rakyat Korea," kata Adrienne Watson, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, menggunakan nama resmi Korea Utara (Korut).

Pada Oktober, Korut melakukan uji coba rudal balistik lebih jauh dari sebelumnya, melalui wilayah udara Jepang untuk pertama kalinya dalam lima tahun dan memicu peringatan Pemerintah Jepang kepada penduduk di sana untuk mencari tempat berlindung.

Uji coba tersebut juga mendorong Presiden Joe Biden untuk menghubungi PM Jepang Kishida dan menegaskan komitmen "keras" AS untuk melindungi Jepang. Beberapa pesawat tempur Korsel dan AS juga berlatih mengelola target di Laut Kuning sebagai bentuk respons. Selain itu, pesawat tempur AS dan Jepang juga melakukan latihan gabungan di Laut Jepang.

Pekan lalu, seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa China dan Rusia memiliki pengaruh yang dapat mereka manfaatkan untuk membujuk Korut agar tidak melanjutkan uji coba bom nuklir. Pejabat itu mengatakan bahwa meski AS telah mengatakan sejak Mei bahwa Korut sedang bersiap melanjutkan uji coba nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017, tidak jelas kapan uji coba semacam itu dilakukan.

Pada Mei, ketika Biden terakhir mengunjungi Asia, beberapa pejabat pemerintahan mengatakan mereka dalam tahap akhir peninjauan kebijakannya terhadap Korut dan ingin mendorong kerja sama trilateral yang lebih besar dengan Seoul dan Tokyo terkait isu tersebut. Korut telah lama dilarang melakukan uji coba nuklir dan peluncuran rudal balistik oleh Dewan Keamanan PBB, yang memperkuat sanksi terhadap Pyongyang selama bertahun-tahun untuk mencoba memangkas pendanaan untuk program tersebut.

 

 

Sumber: Reuters

11
November

 

(voinews.id)- Materi pelatihan militer dasar akan dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah di Rusia mulai tahun depan, kata Menteri Pendidikan Sergey Kravtsov. Materi tersebut akan masuk dalam mata pelajaran Fundamental Keselamatan Hidup (FLS) sebagai bagian dari kurikulum sekolah wajib, kata Kravtsov kepada awak media, Rabu (9/11).

"(Materi itu nantinya) dipelajari di mata pelajaran FLS wajib," katanya. Kravtsov menuturkan Kementerian Pendidikan Rusia saat ini sedang menyiapkan program tersebut dan para pengajar akan mengikuti pelatihan.

Menurut Kravtsov, materi tentang latihan militer dasar tersebut diperkirakan akan rampung pada 1 Januari 2023. Materi itu terlebih dahulu akan diajarkan sebagai program percontohan sebelum mendapatkan persetujuan akhir. Sumber: Anadolu

11
November

 

(voinews.id)- Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan bertemu Presiden China Xi Jinping di Indonesia untuk membahas berbagai isu global dan regional, termasuk persaingan yang bertanggung jawab, demikian menurut keterangan Gedung Putih, Kamis (10/11). Pertemuan pada Senin akan berlangsung di sela-sela KTT G20 di Bali.

"Kedua pemimpin akan membicarakan upaya mempertahankan sekaligus memperdalam jalur komunikasi antara Amerika Serikat dan China selaku pengelola persaingan, dan melakukan kerja sama di mana kepentingan sejalan, terutama pada tantangan lintas negara yang berdampak terhadap komunitas internasional," kata juru bicara Karine Jean-Pierre lewat sebuah pernyataan.

Biden akan mengangkat isu Taiwan dan "pelanggaran HAM dan lebih banyak lagi, kekhawatiran kami dan sekutu serta mitra kami tentang praktek ekonomi China yang membahayakan," menurut pejabat senior Biden. Kedua pemimpin itu juga diperkirakan akan membicarakan perang Rusia di Ukraina.

Pertemuan mereka akan menjadi yang pertama sejak Biden menjabat sebagai presiden. "Presiden percaya bahwa sangat penting untuk membangun pondasi hubungan dan memastikan bahwa ini adalah aturan jalan yang mengikat persaingan kami," kata pejabat tersebut.

 

antara