Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Zulkifli Hasan, mengatakan, pemahaman yang baik terhadap Pancasila dan wawasan kebangsaan mampu mencegah berkembangnya paham radikalisme di Indonesia. Seperti dikutip Antara, Zulkifli Hasan di Jakarta, Sabtu (30/6) menjelaskan, radikalisme muncul dan bertumbuh di Indonesia dalam dua puluh tahun era reformasi, karena bangsa ini sempat alpa terhadap Pancasila dantidak lagi sadar untuk melatih wawasan kebangsaan.
Karena itu, menurutnya, bangsa Indonesia memerlukan gerakan dan upaya keras dan tepat untuk menumbuhkan kembali semangat memahami dan mengimplementasikan Pancasila. Pemahaman radikal perlu dilawan dengan upaya keras dari rakyat Indonesia, yaitu menumbuhkan karakter Pancasila dalam diri dan perbuatan. ant.
Keinginan Indonesia menjadi negara yang maju, adil, dan makmur, juga menjadi harapan bagi orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri (Diaspora). Hal tersebut disampaikan Ketua Diaspora Indonesia Dino Pati Djalal saat bertemu dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan, di Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, Jumat. Mendengar apa yang dipaparkan Dino beserta delegasi lainnya, Zulkifli Hasan mendukung apa yang dilakukan itu. Zulkifli mengapresiasi acara yang akan diselenggarakan di salah satu hotel di Jakarta tersebut. Masyarakat diaspora yang menemui di ruang kerjanya, menurut Zulkifli Hasan, merupakan komunitas yang bebas kepentingan sektoral atau kelompok. Mereka semata-mata memikirkan Indonesia menjadi negara maju. Disebut mereka mempunyai pandangan jauh ke depan. Diharapkan para pemuda yang berkumpul dalam acara itu mampu membuat konsep dan gagasan bagaimana Indonesia dalam menatap 100 tahun ke depan.
Dalam pertemuan, para diaspora ada yang datang dari Inggris, Belanda, Swedia, Myanmar, Kuwait, Canada, China, dan negara lainnya. Sebagai bukti dari kepedulian masyarakat Diaspora Indonesia, mereka akan menggelar Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018 atau Konferensi Pemuda Diaspora Indonesia, pada 13 hingga 15 Agustus 2018 di Jakarta. Menurut Dino, pertemuan tersebut selain dihadiri oleh para pemuda yang saat ini sedang belajar atau bekerja di berbagai belahan dunia, juga akan diikuti oleh berbagai pemuda dari berbagai provinsi dan organisasi yang ada di Indoneisa. Antara
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menyatakan, Indonesia mendukung penuh Timor Leste untuk bergabung dalam keanggotaan ASEAN. Sebaliknya, Bambang Soesatyo juga mengucapkan terimakasih atas dukungan Timor Leste kepada Indonesia, sehingga bisa menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB, periode 2019-2022. Hal itu dkatakan Bambang Soesatyo, saat menerima Presiden Republik Demokratik Timor Leste H.E. Mr. Francisco Guteres Lu Olo di DPR RI, Jakarta, Jumat (29/06/18). Hadir dalam pertemuan tersebut Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto, Wakil Ketua DPR RI Utut Adianto,
Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen Nurhayati Ali Assegaf, Ketua Komisi V DPR RI Fary Francis, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha. Presiden Francisco Guteres ditemani Minister for Foreign Affairs and Coperation Mr. Dionisio Da Costa Babo Soares, Chief of Civil House Mr. Francisco Maria de Vasconcelos, Chief of Defence Force Major General Tito da Costa Cristovao, Chief of Military House Colonel Antonio Soares da Silva. Bambang Soesatyo menuturkan hubungan Indonesia – Timor Leste telah berlangsung baik. Pemilihan Indonesia sebagai negara pertama dalam kunjungan luar negeri Presiden Republik Demokratik Timor Leste H.E Mr. Francisco Guteres Lu Olo, pada 28-29 Juni 2018 ini, merupakan penghormatan dan simbol positif, bahwa kedua negara senantiasa punya itikad baik untuk bertetangga secara harmonis. KBRN
Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohammad mengemukakan, alasannya untuk mengunjungi Indonesia adalah karena ini tetangga yang terdekat, dan kedua negara sebenarnya memiliki hubungan kekeluargaan. Hal itu dikatakan Mahathir dalam pernyataan bersama dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (29/6/2018) siang. Mahathir berharap persahabatan antara Indonesia dan Malaysia dapat ditingkatkan, karena banyak keuntungan yang didapati apabila Indonesia dan Malaysia kerja sama dalam semua bidang, termasuk ke dalam bidang politik, bidang ekonomi, dan juga hubungan antar bangsa.
PM Malaysia Mahathir Mohammad juga setuju untuk memberikan perhatian bagi pendidikan anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang datang secara legal dan bekerja di Malaysia. Malaysia dan Indonesia, lanjut Mahathir, juga lebih setuju dengan cara pendekatan untuk menyelesaikan masalah timpang tindih kawasan-kawasan Indonesia-Malaysia. Kami setuju dengan pendekatan menyelesaikan tumpang tindih kawasan Malaysia dan Indonesia. Dikatakanya, perlu kerja sama antara Indonesia dan Malaysia seperti Malaysia dan Thailand membentuk joint development area. Dalam kesempatan itu, PM Mahathir Mohammad juga menyatakan, bahwa kedua pemerintahan menjajaki kemungkinan untuk membangunkan kereta Malaysia-Indonesia, yang dapat digunakan seluruh ASEAN. KBRN