VOInews, Jakarta: Pemerintah Indonesia berharap kinerja importir Arab Saudi terhadap produk Indonesia dapat terus ditingkatkan guna mendorong peningkatan kinerja perdagangan kedua negara. Atase Perdagangan KBRI Riyadh Gunawan mengatakan pihaknya melakukan sejumlah upaya agar produk Indonesia dapat lebih dikenal di Arab Saudi.
“Kita mengupayakan agar produk Indonesia tidak hanya mudah dijumpai tetapi kalau bisa membanjiri Arab Saudi,” katanya dalam program Ranah Diplomasi yang disiarkan di Voice of Indonesia di Jakarta, Selasa (29/3).
Sejumlah upaya yang dimaksud antara lain pemberian penghargaan Primaduta tahun 2022 dari Menteri Perdagangan RI kepada 6 (enam) importir Arab Saudi yang telah diserahkan pada Minggu (26/3).
Menurut Gunawan, keenam importir tersebut adalah Arroqeeb Universal Group, Sami Al Khatiri, Said Bawazer Trading Company (SBTC), Bin Sihon, Midad Holding Company dan Khalid Stationary. Ia mengatakan, dari 6 importir tersebut, 3 merupakan importir baru yang mendapatkan penghargaan Primaduta, yaitu Arroqeeb Universal Group, Midad Holding Company dan Khalid Stationary.
“Dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru ini dapat menjadi pemacu semangat importir lain yang juga ingin mendapatkan penghargaan. Jadi mereka akhirnya berlomba-lomba untuk mengimpor produk Indonesia jauh lebih baik,” katanya.
Gunawan menjelaskan ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi oleh importir Arab Saudi yang ingin mendapatkan penghargaa Primaduta, yaitu melakukan kegiatan promosi produk Indonesia, ikut berperan dalam proses peningkatan nilai tambah produk ekspor Indonesia, memiliki cerita inspiratif selama melakukan impor produk Indonesia, dan pelopor impor jenis produk yang unik.
“Kita itu memberikan penghargaan kepada importir berkinerja itu memang tidak setiap tahun karena yang mendapatkan predikat sebagai importir berkinerja ini tidak semua negara mendapatkan. Jadi ini memang ada kriteria-kriterianya,” jelasnya.
Selain dengan memberikan penghargaan Primaduta, untuk mendorong kinerja importir Arab Saudi, Indonesia juga telah mengusulkan Joint Feasibility Study (JFS) dalam rangka kerja sama Indonesia – Gulf Cooperation Council (GCC) CEPA pada tahun 2018. Menurut Gunawan, salah satu poin yang menjadi perhatian Indonesia adalah penyesuaian biaya tarif masuk bagi produk asal Indonesia ke Arab Saudi.
“Dengan ini diharapkan produk Indonesia bisa lebih kompetitif dan masyarakat Arab Saudi yang memiliki purchasing power yang tinggi tentunya bisa membawa barang Indonesia lebih banyak,” katanya.
Selain upaya tersebut, menurut Gunawan, Indonesia juga memiliki potensi pasar produk dalam negeri di Arab Saudi. Ia mengatakan potensi pasar itu terlihat dari jumlah umrah asal Indonesia yang mencapai 250 ribu orang setiap bulannya. Selain itu jamaah haji asal Indonesia yang mencapai lebih dari 221 ribu jamaah. Hingga jumlah mukimin asal Indonesia di Arab Saudi yang mencapai lebih dari 350 ribu orang.
“Artinya apa dengan jumlah masyarakat Indonesia yang sangat banyak di Arab Saudi ini marketnya sudah ada. Kalau marketnya sudah ada maka potensi ekspor kita menjadi sangat besar,” katanya.
Menurut data Kementerian Perdagangan RI, kinerja ekspor Non-Migas Indonesia-Arab Saudi pada periode Januari – Januari 2023 mengalami kenaikan 75,57% yaitu dari USD 125,9 juta menjadi USD 221 juta dibandingkan tahun 2022 pada periode yang sama. Selain itu, menurut Gunawan, total perdagangan kedua negara pada 2022 berhasil menembus USD 7 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai USD 5,5 miliar.
“Dan di tahun 2022 juga ekspor non migas kita itu sudah tembus di angka lebih dari USD 1 miliar dan itu lebih dari 30%,” katanya.
Dengan upaya tersebut, Gunawan berharap kinerja importir Arab Saudi dapat terus didorong sehingga peringkat Arab Saudi sebagai salah satu mitra strategis perdagangan Indonesia dapat terus ditingkatkan.
VOInews, Jakarta: Produk makanan Indonesia sekarang sudah bisa dinikmati dalam penerbangan terbesar Panama dan Amerika Tengah, Copa Airlines. Produk Apetito dari PT. Mayora, telah disajikan dalam penerbangan Panama – Amerika Serikat sejak awal Maret 2023.
“Produk tersebut saat ini juga telah mulai disajikan dalam penerbangan nasional dan di kawasan Amerika Tengah, Selatan dan Karibia lainnya,” tulis KBRI Panama dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu (29/3).
Keberhasilan Apetito berawal dari partisipasi PT. Mayora dalam pameran dagang terbesar Expocomer 2022 di Panama. Menurut KBRI Panama, pameran Expocomer merupakan sarana bagi Indonesia dalam mempromosikan produk-produk dari dalam negeri.
“Expocomer juga menjadi etalase penting bagi perusahaan-perusahaan yang ingin memperkenalkan produknya di kawasan Amerika Tengah dan Karibia serta kawasan sekitar, mengingat Panama merupakan hub perdagangan dan logistik penting di kawasan,” tulis KBRI.
Duta Besar RI untuk Panama Sukmo Harsono mengatakan masuknya produk Indonesia di penerbangan Copa Airlines merupakan ajang promosi yang sangat efektif terutama di kawasan.
“Dengan memperkenalkan produknya di maskapai ini, produk Indonesia dapat dikenal secara luas di kawasan,” katanya.
Tahun ini Expocomer kembali diadakan di Panama pada 28 – 30 Maret 2023. Dalam pameran kali ini PT. Mayora kembali ikut berpartisipasi untuk mempromosikan produk Indonesia. Dalam pertemuan antara mitra Mayora dan pihak Copa Airlines disebutkan produk Indonesia tersebut sangat memuaskan dan diakui memiliki kualitas sangat bagus.
“Produk Mayora diterima sangat baik oleh para penumpang Copa. Setiap snack Mayora yang kami sajikan selalu habis dinikmati dan tidak ada satu pun yang menyampaikan keluhan,” ungkap perwakilan Copa Airlines di sela Expocomer 2023, Selasa (28/3).
Selain Mayora, KBRI juga mengundang sejumlah perusahaan lain asal Indonesia untuk mengenalkan produknya pada Expocomer 2023. Diantara produk yang ditampilkan termasuk produk pakaian, kain tradisional, dan kerajinan, hingga produk bulu mata, peralatan olahraga, dan peralatan makan.
“Meskpun kondisi krisis namun kami yakin upaya promosi ini akan membuahkan hasil yang positif,” kata Dubes Sukmo Harsono.
Ia pun berharap kisah sukses Apetito dari PT. Mayora tersebut mampu menjadi inspirasi bagi produk lain asal Indonesia untuk tidak ragu dalam mempromosikan produknya di Panama dan negara Amerika Tengah lainnya dalam rangka memperluas akses pasar produk Indonesia.
VOInews, Jakarta: Indonesia mengangkat keberhasilan peluncuran Surya Satelilite-1 (SS-1) yang diluncurkan pada 6 Januari 2023 yang lalu, dalam pertemuan sesi ke-62 Sub-Komite Hukum PBB Penggunaan Antariksa untuk Maksud Damai (LSC UNCOPUOS). SS-1 merupakan satelit nano pertama buatan mahasiswa Indonesia.
“Indonesia menyampaikan apresiasi kepada Badan Eksplorasi Luar Angkasa Jepang (JAXA) dan Kantor PBB urusan Antariksa (UNOOSA) atas dukungannya dalam peluncuran satelit ini,” kata Kuasa Usaha Sementara KBRI Wina A. Alfiano Tamala dalam pernyataan nasional pada forum tersebut, Kamis (23/3), melalui keterangan resmi KBRI Wina yang diterima di Jakarta, Senin (27/3).
SS-1 merupakan student satellite Indonesia pertama yang dikembangkan dan dilepaskan dengan dukungan KiboCube, sebuah modul percobaan Jepang, yang saat ini merupakan satu-satunya modul yang digunakan untuk meluncurkan satelit dari International Space Station.
“SS-1 dilengkapi dengan Automatic Package Reporting System (APRS) yang akan berkomunikasi dua arah dengan bumi dengan frekuensi radio amatir,” kata Alviano Tamala.
Ia menyebut, saat ini, Indonesia telah memiliki satelit kecil seperti antara lain LAPAN-A-1, LAPAN-A-2 (Orari) dan LAPAN A-3. Ia mencontohkan, LAPAN-A-2 telah beroperasi sekitar 7 tahun dan berfungsi memonitor bumi, pelayaran, keperluan komunikasi dan riset, serta penanganan situasi darurat saat bencana.
“Satelit ini juga digunakan untuk keperluan jaringan radio amatir sejumlah negara di garis katulistiwa,” katanya.
Ia menjelaskan, satelit nano dapat didesain untuk mengumpulkan data bencana alam dan alat komunikasi laboratorium, perusahaan dan radio amatir di wilayah Indonesia.
Selain itu, satelit juga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk melacak posisi kendaraan, pendaki gunung, kapal nelayan dan hotspot kebakaran hutan.
“Sebagai negara kepulauan di garis katulistiwa, Indonesia memiliki kondisi geografis khusus sehingga perlu terus mengembangkan dan memanfaatkan teknologi satelit kecil. Teknologi tersebut berguna dalam menunjang konektivitas berbagai daerah dan penduduk Indonesia, khususnya di wilayah terpencil,” terangnya.
Dalam forum tersebut, Indonesia juga menggarisbawahi pentingnya pengaturan internasional pengoperasian satelit kecil, mengingat permintaan dan pengembangan satelit ini semakin meluas. Indonesia juga menyoroti semakin banyaknya satelit mikro dan mega konstelasi yang memenuhi orbit dan atmosfer.
“Perlu pembahasan mengenai jaminan akses dan penggunaan orbit serta spektrum secara rasional dan adil. Harus ada sebuah sistem untuk menghindari interference dan risiko tabrakan (collision),” kata Alviano.
Lebih lanjut, menurutnya, Indonesia juga memandang pentingnya fasilitasi dan registrasi satelit mega konstelasi.
“Masyarakat internasional juga perlu berkoordinasi untuk keterbukan informasi dan data mengenai space situational awareness activities,” sambungnya.
Sesi ke-62 Sub-Komite Hukum Sub-Komite Hukum PBB Penggunaan Antariksa untuk Maksud Damai berlangsung di Kantor PBB Wina, Austria, pada 20 – 31 Maret 2023, dan dihadiri seluruh negara anggota UCOPUOS, peninjau (observer) dan berbagai organisasi internasional.
Delegasi Indonesia terdiri dari Indonesian Space Agency Secretariat (INASA), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar RI di Wina.
VOInews, Jakarta: Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri RI Hartyo Harkomoyo mengatakan saat ini kekuatan dunia telah bergeser bukan lagi dilihat dari kekuatan militer yang dimiliki namun dari kekuatan lunak seperti informasi. Menurutnya kekayaan informasi akan memberikan kekuatan untuk mempengaruhi opini dunia.
“Saya rasa peran media ini menjadi sangat vital, sangat sentral, dalam menyebarkan satu opini dan juga mempengaruhi pandangan-pandangan publik. Oleh karena itu kalau kita melihat siapa sih sekarang yang berperan dalam pergulatan internasional tentunya adalah media,” katanya dalam Diplomatic Forum dengan tema Soft Power Diplomacy dan Pemanfaatan Teknologi Media Baru, yang disiarkan pada Jumat (24/3) di Voice of Indonesia RRI.
Menurutnya media memainkan peran penting dalam mencerahkan masyarakat mengenai berbagai isu yang ada. Oleh karena itu, menurutnya, media harus dapat mendidik masyarakat dengan menghadirkan informasi yang benar.
“Yang harus bisa dilakukan oleh media itu adalah bagaimana bisa memberikan memberitakan menyampaikan informasi kepada masyarakat mendidik mencerdaskan dan juga memberikan informasi yang sahih, yang benar, yang membawa kebaikan,” katanya.
Sementara itu Direktur Teknologi dan Media Baru Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Muhammad Sujai dalam kesempatan yang sama, menyatakan kesiapan RRI untuk terus menyebarkan informasi kepada masyarakat di era kemajuan global saat ini.
Ia mengatakan RRI memiliki berbagai platform yang dibutuhkan untuk dapat menjangkau masyarakat di berbagai penjuru, nasional dan internasional.
“Berita portal kita sangat mumpuni dengan konten dari seluruh satuan kerja yang ada di Indonesia. Kita juga punya mobile application yang bisa diakses melalui jaringan internet di mana saja. Kita juga punya radio streaming,” katanya.
Selain itu, menurutnya, RRI juga masih memiliki teknologi short wave yang memungkinkan RRI untuk menjangkau pendengar di luar negeri dan di daerah perbatasan.
“Jadi memang kita sangat kaya dan ini bisa dinikmati oleh seluruh pemirsa tidak hanya di Indonesia tapi juga masyarakat global. Sudah terbukti kita punya tracking analitiknya dari setiap media yang kita punya digital ini banyak juga saudara-saudara kita yang mengakses dari luar negeri jadi kita sudah ready,” katanya.
Kepala Voice of Indonesia RRI Soleman Yusuf, di sisi lain, menambahkan sebagai stasiun siaran luar negeri RRI, Voice of Indonesia memiliki kesempatan untuk mendorong soft power diplomacy, bukan hanya ke dalam namun juga ke luar negeri.
“Ada sembilan bahasa yang dilayani oleh Voice of Indonesia RRI, Mandarin, Jepang, Arab, Prancis, Inggris, Spanyol, Indonesia, Belanda dan Jerman, yang disampaikan ke dunia. Kita punya dua gelombang short wave, streaming dan aplikasi,” katanya.
Menurutnya, seluruh konten siaran Voice of Indonesia RRI merupakan bagian dari soft power diplomacy dalam upaya memperkuat citra positif bangsa Indonesia di luar negeri.
“Semua hal tersebut adalah bagian dari soft diplomasi termasuk kita menceritakan tentang kebudayaan Indonesia di Voice of Indonesia. Kita juga punya beberapa program yang khusus untuk bicara tentang bagaimana meningkatkan image positif bangsa Indonesia di mata dunia,” tambahnya.
Dirinya pun mendorong sinergi antara Voice of Indonesia RRI dengan Kementerian Luar Negeri untuk berkolaborasi guna memastikan penguatan diplomasi lapis kedua, melalui program dan jejaring yang dimiliki oleh Kementerian Luar Negeri melalui perwakilan Indonesia di luar negeri.