VOInews, Jakarta: Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Zero Emission Community (AZEC) di Tokyo, menghasilkan kesepakatan Leaders’ Joint Statement yang berisikan komitmen memenuhi Paris Agreement yang seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan ketahanan energi. Selain itu, Joint Statement juga menyampaikan adanya keperluan pendekatan menuju dekarbonisasi.
"Kemudian di dalam Joint Statement tersebut juga ada pengakuan berbagai macam teknologi dan inovasi untuk mempercepat transisi energi termasuk melalui CCS (carbon capture storage) dan CCUS (carbon capture utilization storage), pemanfaatan LNG sebagai transition fuel, promosi elektrifikasi, dan dekarbonisasi sektor transportasi," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (18/12/2023).
Lebih lanjut, Menlu Retno juga menyampaikan bahwa Joint Statement para pemimpin AZEC menggarisbawahi pentingnya peningkatan pendanaan transisi energi melalui AZEC termasuk melalui promosi implementasi perdagangan karbon di kawasan. Dirinya menjelaskan, bagi Indonesia, kesepakatan yang dicapai dalam KTT AZEC telah turut mengakomodir suara Indonesia yang secara konsisten terus mendorong teknologi menuju transisi energi.
"Kemudian pentingnya meningkatkan mekanisme pendanaan untuk menutup financing gap di negara berkembang, serta perlunya pengembangan aksesibilitas dan keterjangkauan rantai pasok energi di kawasan," katanya.
KTT AZEC menghasilkan sejumlah kerja sama konkret yang dicapai dalam upaya transisi energi dalam kerangka AZEC. Menlu Retno menyebut setidaknya ada 69 kerja sama transisi energi yang dihasilkan usai pertemuan.
"Di antara 69 tersebut, 24 di antaranya adalah proyek transisi energi untuk Indonesia atau antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan Jepang," katanya.
Selain itu, Menlu Retno menyampaikan, Indonesia dan Jepang telah menandatangani 24 Nota Kesepahaman terkait transisi energi. "Antara lain meliputi pelatihan untuk mempromosikan transisi energi, kemudian waste to energy, dekarbonisasi, pengembangan transmisi listrik, geothermal, green ammonia, dan lain sebagainya," tutupnya.
VOInews, Jakarta: Presiden Joko Widodo menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Zero Emission Community (AZEC), di Tokyo, Senin (18/12/2023). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan pertemuan ini merupakan pertemuan tingkat Pemimpin Negara AZEC yang pertama sejak diluncurkan di sela KTT G20 di Bali, November lalu.
"AZEC sendiri adalah platform kerja sama untuk mendorong pencapaian net-zero emission di kawasan, dimana Indonesia merupakan co-initiator bersama dengan Jepang," kata Menlu Retno dalam keterangan yang diterima di Jakarta.
Adapun negara peserta AZEC selain Indonesia dan Jepang adalah Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Menlu Retno mengatakan, di dalam pertemuan, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya pengakuan terhadap beragam jalur transisi energi.
"AZEC harus dapat mendukung penguatan upaya dekarbonisasi melalui pendanaan yang inklusif untuk mengembangkan berbagai proyek carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization storage (CCUS)," kata Menlu.
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menekankan pentingnya dukungan terhadap pendanaan inovatif. Menurut Menlu Retno, Presiden kembali mengangkat pentingnya peningkatan pendanaan berkelanjutan.
"Dan pentingnya sinergi pemerintah, swasta, dan perbankan dinilai Presiden adalah kunci dan harus menjadi game changer untuk percepat transisi energi," katanya.
VOInews, Jakarta: Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perayaan 50 Tahun ASEAN-Jepang menghasilkan dua dokumen yang ditujukan bagi penguatan kerja sama di masa mendatang. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menjelaskan kedua dokumen tersebut yaitu dokumen Joint Vision Statement dan dokumen Implementasi Plan of the Joint Vision Statement.
“Joint Vision Statement, merupakan visi jangka panjang ASEAN-Jepang sebagai trusted partners,” katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (17/12/2023).
Retno Marsudi menjelaskan, dokumen Joint Vision Statement dibentuk dengan berbasis pada tiga pilar utama yaitu pilar Heart to Heart Partners Across Generations, yang didalamnya mencakup kerja sama antara lain pertukaran pemuda, budaya, olahraga, sains dan teknologi, serta dukungan terhadap Sekretariat ASEAN; pilar Partners for Co-Creation of Economy and Society yang membahas kerja sama di bidang ekonomi, lingkungan, manajemen kebencanaan, dan ketahanan pangan, serta transisi energi; dan pilar Partners for Peace and Stability yang mengarahkan kerja sama untuk menjaga stabilitas keamanan, termasuk keamanan maritim.
Sementara dokumen kedua Implementasi Plan of the Joint Vision Statement merupakan dokumen yang menerjemahkan dokumen pertama dan memuat seluruh kerja sama yang akan dilakukan oleh ASEAN dan Jepang di masa mendatang.
“Dokumen ini memuat 130 kerja sama dari 3 (tiga) pilar utama di Joint Vision Statement. Jadi intinya ini adalah menerjemahkan atau upaya untuk melaksanakan dari visi yang sudah disampaikan di dokumen yang pertama,” kata Retno Marsudi.
Menlu Retno menerangkan bahwa kedua dokumen hasil KTT Perayaan 50 Tahun ASEAN-Jepang tersebut akan menjadi acuan kemitraan kedua belah pihak yang berorientasi ke masa depan.
VOInews, Jakarta: Presiden Joko Widodo memimpin pertemuan Partners for Co-Creation yang menjadi salah satu rangkaian dalam KTT Perayaan 50 Tahun ASEAN-Jepang di Tokyo, Minggu (17/12/2023). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang mendampingi Presiden menjelaskan bahwa agenda ini lebih banyak menyoroti penguatan kerja sama untuk membangun kawasan yang lebih resilien, stabil dan mapan dari sisi ekonomi.
“Dalam pertemuan, Presiden menyampaikan kerja sama ekonomi ASEAN – Jepang ke depan harus memprioritaskan penguatan ketahanan pangan dan energi melalui kerja sama teknologi pertanian dan pangan, serta investasi alih teknologi untuk mempercepat transisi energi,” kata Menlu Retno dalam keterangan yang diterima di Jakarta.
Presiden Joko Widodo juga menilai kerja sama ekonomi ASEAN-Jepang harus mengedepankan percepatan transformasi digital untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta integrasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ke dalam ekosistem digital, dimana ASEAN Japan Center dapat mendukung upaya ini.
“Presiden juga mengharapkan dukungan Jepang untuk mendorong pemanfaatan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), melalui pembentukan RCEP Support Unit di Jakarta,” kata Menlu Retno.
Lebih lanjut Retno Marsudi menyampaikan kemitraan ASEAN dan Jepang dapat berjalan selama 50 tahun karena didasarkan pada kepercayaan satu sama lain. “Adanya trust yang baik ini juga tercermin dari Survei “the State of Southeast Asia 2023” oleh ISEAS Institute yang menyebutkan Jepang sebagai “The Most Trusted Major Power” bagi masyarakat Asia Tenggara dengan nilai tingkat kepercayaan mencapai 54,4% dan ini juga terefleksi di dalam pertemuan KTT tadi,” katanya.
Oleh karena itu, Retno Marsudi menekankan pentingnya penguatan kerja sama kedua pihak agar dapat membawa manfaat bagi generasi selanjutnya. Menurutnya kemitraan ASEAN-Jepang juga harus terus berorientasi ke masa depan dengan fokus pada pembangunan berkelanjutan dan ekonomi hijau.