Daniel

Daniel

13
August


Setiap tanggal 14 Agustus,  Indonesia memperingati hari Pramuka, singkatan dari Praja Muda Karana, yang berarti Jiwa Muda yang Suka Berkarya. Sejak tahun 1961, Gerakan Pramuka menjadi satu-satunya organisasi yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia. Keberadaan Pramuka Indonesia, sejak masih disebut gerakan kepanduan, tak bisa lepas dari sejarah perjuangan bangsa. Pramuka  selalu hadir dengan ikut serta dalam setiap gerakan untuk mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan.

Hari Pramuka tentu sangat penting untuk diperingati. Bukan saja untuk menghargai peran Kepanduan/Pramuka  dalam perjuangan memperoleh kemerdekaan, tetapi juga untuk memperkuat karakter bangsa. Setiap anggotanya diajarkan, dilatih, dan ditanamkan untuk menjadi manusia berani, bertanggung jawab, dapat dipercaya, suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. 

Melalui gerakan Pramuka, yang jumlah anggotanya lebih dari 25 juta orang, upaya-upaya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tentu bisa difokuskan.  Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Kwartir Nasional Budi Waseso,  Gerakan Pramuka adalah tempat pembinaan generasi muda yang berkarakter,  serta menjadi penangkal narkoba, radikalisme dan hoax (berita-berita  palsu).  Dalam  kegiatan pendidikan dan latihan serta pembinaan anggotanya, pramuka bisa memasukkan materi-materi dalam upaya penangkalan paham-paham yang berlawanan dengan ideologi negara, Pancasila. Terlebih kegiatan pramuka melekat dalam sistem pendidikan di Indonesia, dan  menjadi salah satu ekstra kurikuler di sekolah dasar, sekolah lanjutan bahkan sampai perguruan tinggi.

Menyebar sampai ke seluruh pelosok negeri, anggota pramuka tentu bisa difungsikan sebagai agen-agen penyebar  kebaikan dan  semangat menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.  Dengan janjinya, yang antara lain menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, Menolong Sesama Hidup, dan Mempersiapkan diri serta membangun masyarakat, Pramuka diharapkan  memberikan kontribusi yang nyata dalam setiap gerakan kemanusiaan di Indonesia bahkan dunia.

02
August


Menteri Usaha Kecil, Menengah dan Startups Korea Selatan, Park Young Sun, bersama Pimpinan Asosiasi Inovasi Teknologi UKM (Innobiz), Jo Hong Rae, menyelenggarakan The 2nd Indonesia–Korea Selatan Small, Medium Enterprises Technology Matching Conference 2019 pada 30 Juli 2019, di Jakarta. Pada ajang kali ini, sebanyak 12 usaha kecil menengah (UKM) Korea Selatan dan sekitar 70 perusahaan Indonesia bertemu serta mendiskusikan berbagai proyek kerja sama, termasuk lisensi teknologi (ekspor teknologi), ekspor suku cadang, ekspor bahan baku dan peralatan, dan persiapan untuk membentuk kerja sama (joint venture) antara Korea Selatan dan Indonesia.

Deputi Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Suparno, optimistis proyek pertukaran teknologi antara Korea Selatan dan Indonesia akan menjadi dorongan yang kuat untuk mempromosikan UKM berbasis manufaktur pada usaha kecil di Korea Selatan.

Sementara itu Direktur Eksekutif Asosiasi Innobiz, Hong Chang Ho, menambahkan, pihaknya memang tengah mengeksplorasi pasar ekspor UKM Korea Selatan dengan teknologi yang sangat luar biasa untuk Indonesia sekaligus mencari kesempatan kerja sama melalui pertukaran teknologi. Hong Chang Ho dalam keterangan tertulis, Selasa (30/7) mengatakan, pihaknya akan sediakan bantuan bagi UKM Korea Selatan yang memiliki inovasi teknologi untuk membantu dalam perkembangan pasar ekspor baru. Sebelumnya, pada April 2018, Kementerian Usaha Kecil, Menengah dan Startups Korea Selatan dan Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia juga merancang pendirian Indonesia-Korea Technology Exchange Center (IKTEC) untuk memajukan pasar UKM Korea Selatan dan Indonesia. Badan tersebut juga mempromosikan investasi perdagangan melalui kerja sama teknologi antara UKM lokal dan ekspansi pasar Indonesia oleh UKM Korea Selatan. Selama ini IKTEC mengadakan acara technology matching bertema eco-friendly dan inovasi teknologi sebanyak 3 kali dan mampu mendapatkan 3 miliar Won dari penjualan.

Menurut data 2018 Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dunia dengan populasi sekitar 262 juta orang dan produk domestik bruto (PDB) sebesar 4.143 dolar Amerika per kapita. Berdasarkan data Global Trade Atlas 2018, eksportir utama ke Indonesia adalah Tiongkok, Singapura, Jepang, Thailand, dan Amerika Serikat. Korea Selatan Selatan di posisi ke-6 dengan item perdagangan utama berupa bahan bakar mineral, peralatan listrik, dan suku cadang. 

01
August


Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengapresiasi pendirian Pusat Pemasaran Hasil Hutan (PPHH) Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan.

Saat melakukan kunjungan kerja ke PPHH di Banjarmasin, Senin, Siti Nurbaya mengatakan, Pusat Pemasaran Hasil Hutan merupakan salah satu bukti bahwa Kalimantan Selatan memiliki potensi dan inovasi pengembangan hasil hutan nonkayu yang cukup berhasil.

Siti Nurbaya mengungkapkan, PPHH merupakan aktualisasi dari berbagai potensi hasil hutan di Kalimantan Selatan dan upaya tersebut sangat bagus untuk diikuti oleh daerah lain. Menurut Menteri, apa yang kini dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan telah sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo, yang berharap potensi hasil hutan, terutama nonkayu terus dikembangkan.

Sti Nurbaya berpendapat, melalui PPHH, Kalimantan Selatan telah menunjukkan bahwa manajemen kehutanannya telah berjalan dengan baik, terlihat dari ada upaya pengembangannya, ada pasarnya dan seluruhnya memiliki potensi ekspor.

Siti Nurbaya menyebutkan, beberapa kerajinan yang mengangkat kearifan lokal, seperti kerajinan tas purun, untuk menggantikan kantong plastik merupakan salah satu potensi yang besar untuk terus dikembangkan. Bahkan, industri tas purun, bisa masuk ke pasar nasional melalui jaringan retail.

Selain purun, juga industri kerajinan lampit dan pengembangan potensi hasil hutan nonkayu lainnya, yang bisa berkembang cukup bagus dan punya potensi pasar ekspor.

Menteri juga menyampaikan, akan melakukan hal serupa di kantor kementerian dan berharap, apa yang sudah dilakukan Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan, diikuti oleh provinsi lainnya.

Hasil Hutan Bukan Kayu yang dipamerkan di Pusat Pemasaran Hasil Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan antara lain madu alam, kopi lokal, gula merah, beras merah, minyak kemiri, olahan jamur, minyak sereh, minyak buah ulin, kayu manis, jamu-jamuan, tikar lampit, kursi rotan, kain batik, serta juga produk-produk wisata alam dari beberapa Kesatuan Pengelolaan Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan.

31
July

Kementerian Keuangan memastikan generasi muda mulai menyadari pentingnya berinvestasi pada instrumen obligasi ritel dengan menjadi investor terbesar bagi penjualan Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR007. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman dalam pernyataan di Jakarta, Senin lalu, mengatakan generasi milenial dengan usia 19-39 tahun telah mendominasi porsi penjualan SBR007.

Generasi milenial tercatat menjadi investor terbesar dari penjualan obligasi ritel ini hingga mencapai 50,85 persen dari total investor. Menurut Luky hal ini menunjukkan bahwa saat ini generasi muda semakin sadar untuk berinvestasi sejak dini.

Luky Alfirman menambahkan generasi Z, yaitu mereka yang lahir setelah tahun 1995, dengan usia 19 tahun kebawah juga ikut terlibat dengan menjadi investor SBR007 meski dengan porsi yang lebih kecil yaitu 0,33 persen. Ia mengatakan, tidak hanya generasi milenial, namun jumlah investor baru yang meminati SBR007 juga ikut meningkat yaitu sebanyak 9.956 investor.

Meski demikian, terdapat 229 investor lama yang membeli SBR007, sejak pemerintah pertama kalinya menerbitkan SBR secara online, dengan nominal pembelian sebesar hampir 58 miliar rupiah.

Capaian positif lain dari penjualan SBR007 adalah banyaknya masyarakat yang mulai belajar berinvestasi dengan membeli instrumen ini melalui pemesanan sebesar 1 juta rupiah atau pada batas bawah pembelian. Jumlahnya mencapai 1.006 investor. Kementerian Keuangan menilai, masyarakat yang baru mulai belajar berinvestasi memilih SBR sebagai instrumen investasinya karena keunggulan fitur SBR yang aman, mudah dan terjangkau.

Total pemesanan pembelian SBR007 mencapai 3,2 triliun rupiah, meski pada Juli 2019 tidak terdapat SBN ritel yang jatuh tempo dan tingkat kupon obligasi ritel ini lebih rendah dari seri sebelumnya.

Jumlah investor ritel terbesar yang melakukan pemesanan berada pada rentang 1 juta hingga 100 juta rupiah mencapai hampir 69 persen.

Meski generasi milenial mendominasi pemesanan, namun dari sisi volume, kelompok baby boomers atau yang berusia 55 hingga 73 tahun masih tetap investor terbesar dari sisi nilai yaitu mencapai 1,34 triliun rupiah atau 41,73 persen dari total volume.

Dari kelompok profesi, pegawai swasta mendominasi penjualan SBR007 hingga 38,43 persen, disusul wiraswasta 19,14 persen dan Pegawai Negeri Sipil/TNI/Polri 10,29 persen. Namun porsi pemesanan, masih didominasi oleh wiraswasta sebesar 36,68 persen disusul pegawai swasta 28,46 persen dan ibu rumah tangga 13,7 persen.

Luky Alfirman berharap capaian ini dapat terus berlangsung ditengah upaya perluasan basis investor dalam negeri.