Bogor, kembali menjadi kota yang menandai dimulainya dialog penting antar bangsa. Jika dahulu pernah dimulai dialog antar pihak yang bersengketa di Kamboja, kini bukan pihak yang berlawanan haluan yang bertemu di Bogor melainkan, para pihak yang menginginkan tata hubungan yang menghadirkan kedamaian di antara umat Islam. Berbagai ulama dari berbagai negara berkumpul sejak kemarin di Bogor untuk membicarakan langkah mewujudkan konsep Islam yang mendamaikan. Pertemuan yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo di Istana Bogor 1 Mei itu, bertajuk HIGH LEVEL CONSULTATION OF WORLD MUSLIM SCHOLARS ON WASATIYYAT ISLAM.
Pertemuan konsultasi tingkat tinggi para ulama Muslim se dunia mengenai Islam Wastiyyah ini akan berlangsung selama tiga hari. Ulama yang hadir antara lain berasal dari Uni Emirat Arab, Kuwait, Lebanon, Suriah, Aljazair, Singapura, Filipina, India, Bangladesh, China, Australia, Perancis dan Kanada. Serta dari Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Jepang, Thailand, Malaysia, Arab Saudi, Uzbekistan, Inggris dan Rusia. Kemudian dari Iran, Timor Leste, Sri Lanka, Palestina, Italia, Bosnia-Herzegovina dan Yordania. Hadir juga dalam konferensi yang berlangsung hingga besok adalah ulama dari Suriah, negara yang sedang dilanda perang dan menyebabkan sebagian negaranya luluh lantak oleh bom.
Sungguh tepat, Indonesia menginisiasi pertemuan Islam Wasatiyah. Setidaknya ada dua hal yang dapat dikemukakan. Pertama adalah karena Indonesia selama ini dalam keadaan damai sebab umat Islam yang mayoritas selalu berusaha mewujudkan diri moderat dan tampil mengatasi masalah. Kedua, karena peran umat Islam Indonesia dalam mengatasi konflik di dunia memang sangat diperlukan.
Presiden Joko Widodo dalam sambutan pembukaan Konferensi menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang memelihara keberagaman. Indonesia akan terus memupuk perdamaian dan persatuan dengan mengutamakan musyawarah, penuh toleransi, serta kepercayaan yang membawa keadilan sosial dan perdamaian abadi. Umat Islam harus memimpin dan memelopori upaya menciptakan perdamaian sekaligus motor penggerak kemajuan dunia.
Kita berharap, konferensi di Bogor akan dapat merumuskan posisi ulama dan umat Islam sebagai umat pertengahan yang mampu menjadi penyejuk dan menengah masalah. Dari Bogor muncul harapan baru mengenai lahirnya secara konkrit Islam Wasatiyah tidak hanya dari tataran konsep melainkan juga bagaimana melaksakanannya tentu dengan harus berlandasan Aqidah serta berdasar atas Al Qur’an dan Hadist .
Wasatiyyat, cara hidup seimbang atau cara hidup moderat yang telah menjadi jalan Islam, penting untuk dihidupkan terutama pada saat ini dimana iklim ekstremisme berkembang. Hal itu disampaikan oleh Dr. Muzammil H. Siddiqi, Ketua Dewan Fiqh Amerika Utara, Universitas Chapman, Orange, California untuk RRI World Service, Voice of Indonesia di sela-sela Forum Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Sedunia tentang Wasatiyyat (High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasatiyyat Islam) yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat, Indonesia dari 1-4 Mei 2018.
Muzammil Siddiqi mengatakan saat ini ada banyak orang termasuk muslim yang kehilangan wasatiyyat atau keseimbangan. Karena itu dia menghimbau untuk bersatu untuk membawa kebaikan bagi kemanusiaan.
“Beberapa orang sangat liberal, sekuler, mereka kehilangan makna dari agama mereka, beberapa orang sangat konservatif, jadi kami islam menyatukan orang. Muslim harus bersatu, tetapi kita tidak akan bersatu melawan siapa pun, kita tidak bersatu melawan orang Kristen, melawan orang Yahudi, melawan Hindu, Budha, kita harus membawa kebaikan kepada semua orang karena nabi kita adalah rahmatan lil alamin.”
Siddiqi juga mengatakan, Islam sebagai agama yang membawa rahmat menekankan untuk tidak hanya memperhatikan umat Islam, tetapi juga umat manusia pada umumnya, karena semua manusia seperti anak-anak adalah manusia yang hidup, sehingga mereka semua adalah saudara laki-laki dan perempuan dalam makna kemanusiaan. Dia menekankan bahwa Islam harus peduli untuk semua, dan inilah yang dimaksud keseimbangan atau wasatiyyat. DP
Penyelenggaraan Forum Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Sedunia tentang Wasatiyyat memiliki makna penting dan strategis umumnya bagi ummat Islam di seluruh dunia, khususnya ummat Islam Indonesia. Hal itu disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Profesor Hamka, Professor Suyatno M. Pd kepada RRI World Service Voice of Indonesia pada hari pertama penyelenggaraan pertemuan, hari Selasa (1/5/2018) di Hotel Novotel, Bogor, Jawa Barat, Indonesia.
Menurut Suyatno pertemuan yang akan berlangsung hingga tanggal 3 Mei besok sangat penting karena pada saat ini posisi Islam perlu mendapat perhatian agar mampu menjadi ummat yang dapat melakukan perubahan dan pembaharuan bagi ummat di seluruh dunia. Ditegaskannya, Islam sebagai agama wasatiyyat harus menjadi contoh teladan bagi peradaban dunia.
“Islam sebagai agama wasatiyyat harus menjadi contoh teladan bagi kehidupan keadaban dunia, sehingga ini tidak saja untuk ummat Islam, tapi dari hasil konferensi ini ummat Islam akan menampilkan suatu wajah ummat Islam yang mampu memberikan kedamaian dan perdamaian dan kesejahteraan ummat manusia di dunia ini “.
Suyatno juga mengatakan Indonesia sebagai negara yang majemuk mampu menampilkan wajah Islam dengan baik dan bisa hidup berdampingan dengan ummat agama lainnya. Dia juga mengatakan bahwa dengan pemahaman dan penerapan wasatiyyat dengan baik maka konflik-konflik yang terjadi saat ini di beberapa negara di dunia dapat dihindari. Dia mencontohkan, Indonesia dengan keberaman agamanya dapat menghindari konflik yang besar karena adanya pemahaman yang benar tentang wasatiyyat. DP
Presiden Joko Widodo memperkenalkan Indonesia dihadapan peserta Forum Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendikiawan Muslim Sedunia, Selasa di Istana Bogor, Jawa Barat. Dihadapan sekitar 100 orang peserta dari berbagai Negara tersebut, Presiden menyampaikan bahwa Indonesia merupakan Negara demokrasi dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
Dengan banyaknya jumlah penduduk, suku dan bahasa local yang dimiliki, Indonesia memiliki tantangan keberagaman yang patut dijaga. Indonesia menurut Presiden Joko Widodo, telah berhasil menjaga persatuan dan perdamaian dengan melandaskan dasar Negara pada Pancasila dan UUD 1945. Ia mengatakan, keberagamann di Indonesia merupakan anugerah dan menjadi sumber kekuatan bangsa yang membuat Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang kuat.
Insert : Dengan ini kami ingin rakyat Indonesia ingin memperkenalkan diri, Indonesia adalah negara demokrasi dengan penduduk muslim terbesar di dunia, warga negara kami yang beragama islam sekitar 210 juta dari total penduduk 260 juta. Ada 714 etnis, ada 1100 lebih bahasa lokal, mereka hidup tersebar di 17 ribu pulau, kami hidup dalam keberagaman, berbeda agama, beragam suku dan beragam budaya,
kami bersyukur alhamdulilah dalam keberagaman tersebut indonesia mampu menjaga persaudaraan, toleransi, perdamaian dan persatuan. indonesia memiliki dasar negara pancasila dan semboyan negara bhineka tunggal ika, unity in diversity, kebaragaman adalah anugrah Allah SWT yang harus kita rawat, keberagaman adalah sumber kekuatan yang membuat kami menjadi bangsa yang kuat, namun sebagai bangsa yang sangat majemuk, kami tidak boleh lengah sedikitpun.
Lebih lanjut Presiden mengatakan Indonesia berkomitmen untuk terus memupuk persatuan diantara masyarakat. Hal ini dilakukan dengan mengutamakan musyawarah yang disertai dengan toleransi dan keadilan.
Dirinya pun mengajak seluruh ulama yang hadir pada pembukaan Forum Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendikiawan Muslim Sedunia untuk menjadi model dalam mengembangkan perdamaian dunia. Hal ini menurut Presiden, kelak, akan menjadi modal penting yang akan berperan menjadi motor penggerak kemajuan dunia. (ndy)