我的印度尼西亚

我的印度尼西亚 (463)

04
November

VOI FOKUS Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan, Nasrun Umar, di Palembang, Sabtu (28/10) mengatakan, Taman Nasional Sembilang di Kabupaten Banyuasin dan Taman Margasatwa Dangku di Dangku, Kecamatan Rambang Dangku, Kabupaten Muara Enim, akan dijadikan cagar biosfer guna mendukung pertumbuhan ekonomi hijau. Menurut Nasrun Umar, pihaknya akan bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia untuk mewujudkan program tersebut. 

Ia menjelaskan, program tersebut menjadi percontohan kemitraan pengelolaan Sembilang-Dangku dengan dukungan dari The Zoological Society of London, the UK Climate Change Unit, the Norwegian International Climate and Forest Initiative, Inisiatif Dagang Hijau, Yayasan Belantara, dan lainnya. Program tersebut juga menjadi model nasional dan internasional karena metodologinya sudah diakui.

Program cagar biosfer mengevaluasi nilai bentang alam sebagai dasar investasi dalam perlindungan hutan dengan mengaitkan nilai dari sumber daya alam dengan evaluasi potensi dan risiko. Menurut Nasrun, Sumatra Selatan menjadi provinsi pertama di Indonesia yang dipilih untuk menerapkan model tersebut. Program tersebut dapat menjadi suatu kerangka kerja yang menggambarkan peran ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan dari suatu bentang alam. Lebih jauh, model tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu acuan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengelolaan bentang alam.

Taman Nasional Sembilang dan Suaka Margasatwa Dangku memang kaya dengan keanekaragaman hayatinya. Puluhan jenis flora dan fauna dilindungi di kawasan ini, misalnya: buaya, penyu, dan siamang. Harimau Sumatra adalah yang paling terkenal di sini.

Dulu, publik mengenal hutan di pesisir Sumatra Selatan ini sebagai Taman Nasional Sembilang. Sekarang namanya berubah menjadi Taman Nasional Berbak-Sembilang dan Suaka Margasatwa Dangku. 

 

Dua lokasi ini dipilih menjadi cagar biosfer karena sangat rawan terjadi pengalihfungsian lahan akibat tingginya kebutuhan manusia, dan bencana kebakaran hutan dan lahan. 

Menurut Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 2, Afan Absori, meski kekurangan sarana transportasi, kawasan Sembilang tetap menjadi daerah tujuan para pelancong.

Menjelang akhir tahun, kawasan ini selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara yang hendak menyaksikan kawanan burung migran dari Siberia berjenis cerek pasir mongolia dengan nama Latin Charadrius mongolus. Biasanya, pengunjung menantikan saat-saat burung migran berebut ikan-ikan kecil yang terdampar di pinggiran bakau. Wisatawan diperkirakan akan semakin ramai pada tahun-tahun mendatang, manakala Sembilang sudah resmi menjadi cagar biosfer dunia.

Page 34 of 34