Thursday, 11 April 2024 14:55

PM Australia Bakal Rombak Ekonomi, Berorientasi Energi Hijau

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Tambang batu bara Peak Downs dan Saraji di Queensland, Australia pada 2012. (Foto: Wikimedia Commons/Beyond Coal & Gas Image Library)

 

VOInews, Sydney: Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese meluncurkan Undang-Undang Buatan Australia Masa Depan (Future Made in Australia Act), Kamis (11/4/2024). Beleid itu bertujuan membantu Australia bersaing dengan mitra global, yang memberikan subsidi besar-besaran kepada industri-industri baru. Undang-undang (UU) tersebut rencananya akan dibahas parlemen Australia tahun ini.

Undang-undang tersebut akan menandai perubahan kebijakan pasar bebas Australia di bidang perdagangan dan investasi. Kebijakan itu sebelumnya telah berlangsung selama puluhan tahun.

 

“Kita harus bersedia untuk memutuskan hubungan dengan ortodoksi lama dan menarik pengaruh baru untuk memajukan kepentingan nasional,” kata Albanese dalam pidatonya di negara bagian Queensland, yang merupakan jantung industri gas dan batu bara Australia, seperti dilansir AFP.

 

Meskipun tidak menyebut nilai subsidi, skema insentif dari pajak ini bertujuan untuk bersaing dengan upaya-upaya dari negara lain. Di antaranya investasi besar-besaran yang dilakukan Presiden AS Joe Biden melalui Undang-Undang Pengurangan Inflasi. Mitra dagang lainnya, termasuk Tiongkok, Uni Eropa, Kanada, dan Jepang juga banyak berinvestasi pada basis serupa.

 

“Australia tak bisa hanya duduk diam. Mengikuti perlombaan tidak menjamin keberhasilan kami – namun tidak ikut dalam perlombaan menjamin kegagalan,” ujar Albanese.

 

Baca juga: Presiden RI Ajak ASEAN dan Australia Perkuat Kemitraan

 

Albanese menggambarkan perubahan iklim dan ekonomi yang terjadi sama pentingnya dengan revolusi industri atau revolusi informasi. Bahkan ia menyebut perubahan iklim dan ekonomi berdampak lebih cepat dan luas dibandingkan kedua revolusi tersebut.

 

“Kita harus berpikir secara berbeda mengenai apa yang bisa – dan harus – dilakukan oleh pemerintah untuk bekerja sama dengan sektor swasta guna menumbuhkan perekonomian, meningkatkan produktivitas, meningkatkan persaingan dan menjamin kesejahteraan kita di masa depan,” kata Albanese melanjutkan.

 

Menurut dia, Australia tidak dapat menandingi investasi Amerika Serikat, namun negara tersebut akan mampu bersaing untuk mendapatkan investasi internasional. Ia menambahkan, Australia tidak hanya akan memanfaatkan kekuatan tradisionalnya, tetapi juga menawarkan produk dan layanan baru ke pasar baru.

 

“Kita memerlukan perubahan pemikiran dan pendekatan ini, karena kondisi perekonomian global mengalami perubahan yang jauh lebih besar dibandingkan dampak pandemi atau konflik saja... Kita memerlukan tindakan yang lebih tajam dalam menjaga kepentingan nasional kita,” kata Albanese.

 

Tindakan ini diyakininya akan meningkatkan investasi pada sumber daya energi terbarukan Australia, termasuk produksi baterai. Selain itu, menurutnya tindakan ini menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan memastikan perekonomian yang kompetitif.

 

Baca juga: [KOMENTAR] Pertemuan Menlu Tiongkok dengan PM Australia Stabilkan Hubungan Kedua Negara

 

Tim Buckley, direktur wadah pemikir kepentingan publik Climate Energy Finance, mengatakan tindakan tersebut akan meletakkan dasar bagi Australia. Landasan itu dapat menjadikan Australia pemimpin perdagangan dan investasi tanpa emisi dan negara adidaya energi bersih dunia.

 

Buckley menyebut, sekitar 27 persen keluaran perekonomian Australia berasal dari ekspor ke mitra internasional. Ia menilai, tindakan baru ini berdampak langsung dan membantu para mitranya melakukan dekarbonisasi juga. (AFP)

Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese meluncurkan Undang-Undang Buatan Australia Masa Depan (Future Made in Australia Act), Kamis (11/4/2024). Beleid itu bertujuan membantu Australia bersaing dengan mitra global, yang memberikan subsidi besar-besaran kepada industri-industri baru. Undang-undang (UU) tersebut rencananya akan dibahas parlemen Australia tahun ini.

Undang-undang tersebut akan menandai perubahan kebijakan pasar bebas Australia di bidang perdagangan dan investasi. Kebijakan itu sebelumnya telah berlangsung selama puluhan tahun.

“Kita harus bersedia untuk memutuskan hubungan dengan ortodoksi lama dan menarik pengaruh baru untuk memajukan kepentingan nasional,” kata Albanese dalam pidatonya di negara bagian Queensland, yang merupakan jantung industri gas dan batu bara Australia, seperti dilansir AFP.

Meskipun tidak menyebut nilai subsidi, skema insentif dari pajak ini bertujuan untuk bersaing dengan upaya-upaya dari negara lain. Di antaranya investasi besar-besaran yang dilakukan Presiden AS Joe Biden melalui Undang-Undang Pengurangan Inflasi. Mitra dagang lainnya, termasuk Tiongkok, Uni Eropa, Kanada, dan Jepang juga banyak berinvestasi pada basis serupa.

“Australia tak bisa hanya duduk diam. Mengikuti perlombaan tidak menjamin keberhasilan kami – namun tidak ikut dalam perlombaan menjamin kegagalan,” ujar Albanese.

Albanese menggambarkan perubahan iklim dan ekonomi yang terjadi sama pentingnya dengan revolusi industri atau revolusi informasi. Bahkan ia menyebut perubahan iklim dan ekonomi berdampak lebih cepat dan luas dibandingkan kedua revolusi tersebut.

“Kita harus berpikir secara berbeda mengenai apa yang bisa – dan harus – dilakukan oleh pemerintah untuk bekerja sama dengan sektor swasta guna menumbuhkan perekonomian, meningkatkan produktivitas, meningkatkan persaingan dan menjamin kesejahteraan kita di masa depan,” kata Albanese melanjutkan.

Menurut dia, Australia tidak dapat menandingi investasi Amerika Serikat, namun negara tersebut akan mampu bersaing untuk mendapatkan investasi internasional. Ia menambahkan, Australia tidak hanya akan memanfaatkan kekuatan tradisionalnya, tetapi juga menawarkan produk dan layanan baru ke pasar baru.

“Kita memerlukan perubahan pemikiran dan pendekatan ini, karena kondisi perekonomian global mengalami perubahan yang jauh lebih besar dibandingkan dampak pandemi atau konflik saja... Kita memerlukan tindakan yang lebih tajam dalam menjaga kepentingan nasional kita,” kata Albanese.

Tindakan ini diyakininya akan meningkatkan investasi pada sumber daya energi terbarukan Australia, termasuk produksi baterai. Selain itu, menurutnya tindakan ini menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan memastikan perekonomian yang kompetitif.

Tim Buckley, direktur wadah pemikir kepentingan publik Climate Energy Finance, mengatakan tindakan tersebut akan meletakkan dasar bagi Australia. Landasan itu dapat menjadikan Australia pemimpin perdagangan dan investasi tanpa emisi dan negara adidaya energi bersih dunia.

Buckley menyebut, sekitar 27 persen keluaran perekonomian Australia berasal dari ekspor ke mitra internasional. Ia menilai, tindakan baru ini berdampak langsung dan membantu para mitranya melakukan dekarbonisasi juga.

Read 31 times