Cara memasak palopo sangat sederhana dan tidak memerlukan waktu yang lama. Susu kerbau yang baru diperah dicampur dengan air getah terong kuning. Kemudian adonan ini diberi cairan gula merah dan gula pasir. Lalu diaduk hingga rata, kemudian dikukus hingga matang. Terong kuning itu berfungi untuk mengentalkan atau membantu proses fermentasi.
Setelah matang, palopo tampak seperti puding cokelat. Ada bagian yang mengendap di dasar mangkok, namun ada bagian lain yang seperti kuah. Warnanya putih kecokelatan. Rasanya pun manis.
Bubur Palopo sangat nikmat disantap ketika masih hangat. Biasanya bubur ini dinikmati dengan tape ketan putih. Rasanya pun manis segar. Selain itu, dengan menambahkan tape, rasanya semakin tajam dan hangat di tubuh.
Masyarakat Sumbawa Barat percaya, palopo dapat meningkatkan vitalitas tubuh. Bubur ini sering diburu saat bulan puasa sebagai menu berbuka. Masyarakat percaya, palopo mampu mengembalikan energi yang habis terkuras, karena menjalankan ibadah puasa.
Bubur ini mudah dijumpai di Kabupaten Sumbawa Barat. Salah satu pusat penjualan palopo adalah Pasar Sore. Di sana ada beberapa pedagang yang menjajakan makanan tradisional ini dengan harga sekitar Rp5.000,00 hingga Rp10.000,00 per mangkuk.