Ketua HPI-PBD, Michael Mobalen menjelaskan, upaya ini merupakan langkah strategis. Selain memajukan dan meningkatkan ekspor, Michael meyakini penerbangan ini juga berdampak positif terhadap potensi kunjungan wisatawan luar negeri.
"Selama ini tamu Asia seperti China (Tiongkok), Jepang dan India kalau berwisata ke Papua Barat Daya melalui Jakarta dan Bali atau Sulawesi. Rute perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan serta biaya yang cukup tinggi," kata Ketua HPI PBD Michael lewat komunikasi di Sorong, Papua Barat Daya, Senin (8/4/2024) seperti dilansir Antara.
Menurutnya, selain tertarik ke Raja Ampat untuk wisata bahari, ada wisatawan Tiongkok yang juga tertarik pada pengamatan burung. Berkaitan dengan itu, ada beberapa kampung di Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya yang menjadi destinasi pengamatan burung. Misalnya Kampung Malagufuk, Kampung Malasigi, Kampung Klabili dan Kampung Klalik.
Baca juga: Kementan Susun Konsep Papua Sebagai Pulau Energi Terbarukan
"Ini wisata-wisata pengamatan burung yang sangat diminati wisatawan, khususnya yang berasal dari China," ujarnya.
Michael menambahkan, dampak positif lainnya ialah jasa pramuwisata di Papua Barat Daya yang semakin berdaya secara finansial. Dia mengatakan, pemandu-pemandu yang tergabung di dalam HPI PBD siap melaksanakan tugasnya sebagai pemandu jika berdampak terhadap pariwisata. Dia mengklaim, mereka selama ini bekerja profesional dalam melayani tamu, baik di Raja Ampat maupun di Sorong Raya.
"Dengan demikian, atas nama semua pramuwisata Indonesia yang berada di Provinsi Papua Barat Daya, sekali lagi kami mendukung program pemerintah tersebut dan memohon sekiranya dapat direalisasi tahun ini," ucapnya.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya dan Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong berharap penerbangan ini segera diwujudkan. Tujuannya untuk meningkatkan ekspor dan sekaligus menarik wisatawan ke wilayah ini.
Penjabat Gubernur Papua Barat Daya, Muhammad Musa'ad di Sorong, Sabtu (6/4/2024) menjelaskan provinsinya harus melakukan terobosan. Ini untuk mengakomodasi seluruh potensi ekspor lewat jalur transportasi udara.
"Kita punya potensi komoditi di Papua Barat Daya melimpah, namun selama ini tidak diproduksi di sini tetapi dibawa ke daerah lain untuk diolah dan diekspor ke luar negeri, kita tinggal nama," katanya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40 Tahun 2024, bandara domestik bisa melayani penerbangan internasional dengan empat kategori. Empat kategori itu ialah kunjungan kenegaraan, acara nasional, peningkatan ekonomi, dan kedaruratan. Menurutnya, regulasi ini memberikan peluang besar untuk menghadirkan penerbangan internasional di Bandara DEO Sorong.
"Kita bisa ambil dari sisi peningkatan ekonomi, di situ kita masuk dan bisa menghadirkan penerbangan internasional," ujarnya. (ANTARA)