Situasi tak menentu di Hongkong terus berlangsung. Masyarakat yang menentang usulan RUU Ekstradisi ke China daratan masih melanjutkan unjuk rasa. Pemimpin Hongkong Carrie Lam pun bersikukuh untuk tidak akan mencabut kembali RUU ekstradisi itu. Carrie Lam juga telah membantah pemberitaan bahwa ia berniat mundur dari jabatannya. Sementara pengunjuk rasa melebarkan aksinya dengan mengganggu bandara internasional di Hongkong.
Pemeritahan di Hongkong menegaskan bahwa RUU ekstradisi diperlukan, dan bahwa di dalamnya juga dicantumkan aturan yang melindungi hak asasi warga Hongkong. RUU tersebut, menurut penguasa Hongkong dijamin tidak akan menggerus kebebasan khusus yang selama ini dinikmati warga Hongkong. Sebaliknya para pemrotes menganggap RUU itu akan membuat mereka yang diekstradisi diadili dengan aturan hukum China yang tidak diharapkan. Penolakan RUU ekstradisi ke China daratan ini menarik diamati, karena sesungguhnya Hongkong sudah menandatangani kesepakatan ekstradisi dengan sekitar 20 negara.
Masyarakat internasional masih menantikan bagaimana akhir dari krisis di Hongkong. Fakta menunjukkan bahwa unjuk rasa terus meluas dengan melibatkan ribuan pelajar sekolah menengah. Ribuan pelajar itu telah memboikot kegiatan belajar mengajar dengan turun ke lapangan berpartisipasi dengan kegiatan unjuk rasa. Dalam situasi ini, kesabaran pemerintah China di Beijing terus diuji. Jika mereka akhirnya turun tangan dengan mengerahkan tentaranya untuk mengatasi unjuk rasa di Hongkong, boleh jadi situasi di Hongkong menjadi semakin memburuk. Salah satu cara yang mungkin merupakan solusi terbaik adalah mengadakan pembicaraan dan negosiasi antara penguasa Hongkong dengan tokoh penggerak unjuk rasa.