Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional 2 Oktober, dan pengakuan batik oleh UNESCO yang ke-10 tahun, Kementerian Perindustrian mengadakan pameran batik mulai tanggal 24 hingga 27 September 2019 di Jakarta. Pameran ini diikuti oleh 44 perajin industri batik kecil dan menengah binaan Yayasan Batik Indonesia. Kegiatan ini akan berlanjut, dengan acara puncak yang digelar di Solo pada 2 Oktober 2019 mendatang. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih pada pembukaan Pameran Batik dengan tema “Membatik untuk Negeri” di Jakarta, Selasa (24/9) mengatakan, Industri batik merupakan salah satu sektor yang cukup banyak membuka lapangan pekerjaan. Sektor yang didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) ini tersebar di 101 sentra di Indonesia, dengan 47 ribu unit usaha dan telah menyerap tenaga kerja hingga 200 ribu orang. Selain itu, industri batik yang merupakan bagian dari industri tesktil dan busana, juga menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.
Ia menjelaskan, industri batik mendapat prioritas pengembangan karena sumbangannya yang besar dalam meningkatkan perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar. Industri batik Indonesia mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global.
Kementerian Perindustrian mencatat, nilai ekspor dari industri batik nasional pada semester I tahun 2019, mencapai sekitar 18 juta dolar Amerika. Negara tujuan utama pengapalan produknya, antara lain Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Gati mengatakan, Batik Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar Internasional.
UNESCO telah mengukuhkan batik Indonesia sebagai Representative List of The Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2 Oktober 2009 lalu. Pengakuan ini menurut Gati membawa konsekuensi kepada pemerintah maupun masyarakat untuk terus menerus melestarikan dan mengembangkan produk batik. Gati menambahkan, pada Mei 2019, terjadi Diplomasi Batik di markas besar PBB, yaitu dipilihnya batik sebagai dress code pada Sidang Dewan Keamanan PBB. Momen tersebut menjadi kebanggaan bagi Indonesia karena sebagian besar anggota yang hadir mengenakan batik dengan beragam corak, warna dan bahan batik asli Indonesia.