Simposium Tekstil Tradisional ke-7 (7th ASEAN Traditional Textile Symposiu) berlangsung di Yogayakarta mulai 5 hingga 8 November 2019. Simposium tersebut mengusung tema “Merangkul Perubahan, Menghormati Tradisi”. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Traditional Textile Arts Society of South-East Asia yang merupakan sebuah organisasi pelestarian tekstil di ASEAN.
Presiden Traditional Textile Arts Society of South-East Asia, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati Paku Alam mengatakan, simposium tersebut bertujuan untuk memajukan pengetahuan ilmiah tekstil tradisional dalam hal materi, motif dan teknik.
Upaya peningkatan pengetahuan tersebut sangat tepat dilakukan mengingat produksi tekstil tradisional, khususnya produksi tekstil buatan tangan cenderung menurun.
Menurunnya produksi tekstil tradisional buatan tangan dan meningkatnya produksi tekstil murah bermutu rendah menjadi perhatian serius para pencinta kain tradisional di dunia, termasuk pencinta kain tradisional di Indonesia.
Ada beberapa penyebab menurunnya produksi tekstil tradisional buatan tangan. Pertama, harga tekstil tradisional buatan tangan sangat mahal. Waktu pembuatannya membutuhkan waktu cukup lama. Hal itulah yang membuat harganya menjadi mahal dan ini kurang diminati oleh masyarakat. Masyarakat Indonesia lebih memilih membeli produk tekstil tradisional tiruan impor yang harganya murah. Saat ini, produk tekstil tradisional tiruan impor telah membajiri Tanah Air. Penyebab kedua adalah kain tradisional masih memiliki tekstur kaku dan berat sehingga tidak bisa dijahit untuk dibuat menjadi pakaian sehari-hari. Dengan demikian, pangsa pasarnya pun menjadi terbatas.
Upaya memajukan pengetahuan ilmiah tekstil tradisional dalam hal materi, motif dan teknik seperti yang dilakukan dalam symposium ini perlu terus dilakukan agar tekstil tradisional Indonesia bisa menjadi terdepan di ASEAN.
Tekstil tradisional Indonesia pantas menjadi terdepan dalam dunia pertekstilan tradisional. Sebab, Indonesia kaya akan aneka tekstil tradisional. Karena setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas tekstil tradisional masing-masing.
Para perajin kain tradisional perlu mencari cara untuk memindahkan motif-motif tradisional ke bahan yang nyaman dan sering digunakan untuk pakaian jadi. Dengan semikina, kain tradisional Indonesia diminati oleh banyak orang .
Dalam hal teknologi, diharapkan, pelaku usaha tetap mempertahankan proses pembuatan secara manual (handmade) dan tidak perlu membuat produk massal dengan menggunakan teknologi mesin. Teknologi bisa saja digunakan untuk tujuan efisiensi. Namun diharapakn, perajin tetap menyelesaikan tahap akhir dengan menggunakan sentuhan tangan sehingga nilai kreativitas manusia tidak hilang dalam kain tersebut.