Pemerintah terus mendorong peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri. Kebijakan hilirisasi diyakini memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, di antaranya melalui capaian nilai ekspor. Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian, Dody Widodo di Jakarta, Jumat (7/8) menjelaskan, pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang mengamanatkan tentang peningkatan nilai tambah melalui pengolahan sumber daya mineral. Sehingga produk yang diekspor memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor produk mineral mentah.
Saat ini, industri smelter nikel yang menghasilkan Nickel pig iron (NPI), feronikel, nikel hidrat dan stainless steel telah tumbuh pesat. Dody mengatakan, hingga saat ini, telah beroperasi sekitar 19 smelter yang tersebar di Jawa Timur, Banten, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Bahkan, sudah ada yang dalam proses pembangunan smelter nikel yang mengolah nikel kadar rendah menjadi bahan baku baterai yang berlokasi di Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Banten.
Berdasarkan data BPS, pada tahun 2018 dan 2019, nilai ekspor produk industri logam berbasis nikel berturut-turut mencapai 4,8 miliar dolar Amerika dan 7,08 miliar dolar Amerika atau meningkat 47,5 persen.
Besarnya kontribusi industri smelter nikel tersebut, menurut Dody, perlu didorong untuk pengembangan hilirisasi produknya. Diharapkan smelter nikel tidak hanya melakukan ekspor dalam bentuk NPI maupun bahan baku baterai, tetapi dalam bentuk produk lebih hilir seperti produk hilir berbahan baku stainless steel dan baterai listrik. Dody mengatakan, melihat potensi dari peran industri smelter nikel di tanah air, Kemenperin memberikan apresiasi terbentuknya Forum Nikel Indonesia (FINI). Diharapkan industri smelter nikel di dalam negeri semakin berperan dalam pengembangan industri logam dasar dan produk hilir nikel.
Ketua Umum FINI Alexander Barus mengatakan, forumnya telah menghimpun sebanyak 23 industri smelter nikel di Indonesia dengan total kapasitas terpasang 3,79 juta metrik ton NPI per tahun dan 0,8 juta metrik ton per tahun atau hampir 90% kapasitas smelter nasional. Alex mengemukakan, industri smelter tersebut telah membuktikan kontribusinya secara signifikan bagi perekonomian nasional.