Rakyat Korea Utara dan Korea Selatan saat ini sedang menunggu hasil pertemuan para pemimpin mereka bersama Presiden Amerika Serikat demi membicarakan masa depan hubungan kedua negara di semenanjung Korea. Sejak terpisah selama 65 tahun akibat perang saudara (1950-1953), sangat boleh jadi rakyat kedua negara di Semenanjung Korea itu merindukan terjadinya perdamaian.
Presiden Amerika Serika Serikat, Donald Trump sendiri berharap pertemuan tingkat tinggi antara pemimpin kedua Korea dan Amerika Serikat akan menghasilkan kesepakatan. Trump menyampaikan harapan itu di Washington, Rabu 18 April lalu, setelah mendengarkan laporan Direktur CIA Mike Pompeo. Pompeo telah secara khusus berkunjung ke Pyongyang selama 3 hari, hingga 2 April lalu, dan bertemu Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Gagasan untuk melakukan proses rekonsililasi antara Korea Selatan dan Korea Utara, hingga beberapa bulan lalu masih terasa akan menghadapi jalan buntu. Saat itu Korea Utara masih saja melakukan uji coba senjata nuklir dengan meluncurkan rudal balistik yang dipropagandakan dapat mencapai benua Amerika. Menanggapi aksi nekad Pyongyang tersebut, Donald Trump mengancam akan menyerang Korea Utara. Perang kata-kata antara Washington dan Pyongyang akhinya mereda setelah muncul tanda-tanda terjadinya dialog antara Korea Utara dan Selatan.
Melunaknya sikap Korea Utara antara lain ditandai dengan diterimanya delegasi artis K Pop berkunjung dan berpentas di Pyongyang dan mendapat perhatian Pemimpin Korea Utara. Menjelang pertemuan tingkat tinggi ini, Kim Jong Un telah bertemu dengan Presiden Tiongkok saat melakukan kunjungan kenegaraan di Beijing.
Sebagaimana rakyat kedua Korea, dunia internasional tentu juga berharap pertemuan tingkat tinggi kedua pemimpin Korea dengan Amerika Serikat dapat berlangsung dan menghasilkan kesepakatan yang akan meningkatkan hubungan baik. Bagi rakyat kedua Korea, pertemuan tingkat tinggi itu tentu disambut dengan optimisme. Ini akan merupakan yang pertama terjadi setelah semenanjung Korea terpecah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan, akibat perang saudara. Apakah optimisme dan harapan rakyat kedua Korea itu akan terwujud, masih menunggu hasil KTT Korea-Amerika Serikat. Harapan itu tentu juga sangat tergantung kepada sikap pemimpin Korea Utara khususnya, menghadapi tuntutan denuklirisasi. Disamping itu, juga tidak terlepas dari bagaimana Tiongkok dan Amerika Serikat, dua negara besar pendukung Korea Utara dan Korea Selatan menyikapi dan memandang masa depan kedua Negara yang pada awalnya adalah satu tersebut.