Dalam empat tahun terakhir ini ekspor kerajinan kriya keramik asal Kecamatan Plered, Purwakarta, Jawa Barat mengalami peningkatan. Kerajinan dari tanah liat tersebut, menembus pasar Asia, Eropa, Amerika dan Afrika. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Litbang Keramik Kecamatan Plered, Bambang Mega Wahyu, mengatakan, setiap tahunnya keramik yang di ekspor ke berbagai negara ini minimalnya sampai 100 ribu buah Keramik yang banyak diminati oleh warga dari berbagai benua tersebut, di antaranya gerabah, vas bunga, serta keramik hias. Bambang Mega Wahyu Rabu (25/4) mengatakan, jumlah tersebut sebenarnya masih kurang, karena permintaan pasar ekspor sangat tinggi. Bahkan, di 2017 lalu, para perajin keramik tak bisa 100 persen memenuhi permintaan pasar ekspor. Sementara itu, Eman Sulaeman, Ketua Cluster Keramik Plered, mengatakan, permintaan keramik yang tertinggi berasal dari Korea Selatan dan Arab Saudi. Jenis keramik yang diminta, yaitu pot dan vas bunga. Adapun pengiriman kerajinan kriya ini, bisa melalui berbagai cara. Salah satunya ialah barter dengan pembeli.
NTT Berpotensi Kembangkan Wisata Menonton Paus.
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi untuk mengembangkan wisata menonton paus (whale watching) dengan berbasis konservasi. Pengamat kelautan dan perikanan dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Chaterina A. Paulus di Kupang, Rabu mengatakan, NTT bisa mengembangkan wisata menonton paus (whale watching) berbasis konservasi, yang akan mendukung program konservasi perairan dari pemerintah yakni Taman Nasional Perairan Laut Sawu. Chaterina mengatakan, inilah saatnya secara bijak memikirkan masa depan dari `Setasean` yang berharga , baik dari sisi ekologis, ekonomis, dan sosial budaya. Setasean adalah sebutan umum bagi mamalia lautan antara lain paus, lumba-lumba dan pesut, yang bernapas dengan paru-paru dan berreproduksi dengan cara melahirkan. Menurut Chaterina perhatian ini penting mengingat paus ini adalah ikon dari provinsi berciri kepulauan ini. Dengan kondisi perairan tropis hangat kemungkinan NTT menjadi wilayah migrasi musiman dari paus. Dia juga mengharapkan, Universitas Nusa Cendana dan beberapa perguruan tinggi lainnya, menjadi center of excellence dari pengelolaan Setasean di wilayah Indonesia.
Museum Lambung Mangkurat Pamerkan Kain Khas Borneo.
Museum Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan di Kota Banjarbaru, memamerkan kain khas dari berbagai penjuru Borneo atau Pulau Kalimantan dalam pameran Wastra Borneo ke-6 pada 25 April hingga 3 Mei 2018. Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hari Widiyanto di Kota Banjarbaru, Rabu mengatakan, pameran ini sangat bagus bagi pelestarian kain. Ia menegaskan, kegiatan ini sangat bagus karena tujuannya mencari perbedaan maupun kesamaan adat budaya yang bermuara pada pelestarian kain asli Borneo. Ia mengatakan, tujuan itu pula yang membuat Museum Brunei Darussalam dan Museum Malaysia berstatus peserta tetap yang ikut memamerkan aneka kain khas daerah asal dua negara itu. Menurut dia, kain tradisional daerah mengandung unsur ritual, budaya, etnik dan filosofi, sehingga harus dilestarikan dengan unsur modern sebagai warisan budaya suatu daerah atau negara.
Dikatakan, Museum sebagai tempat menyimpan benda-benda bersejarah, termasuk kain, memiliki tugas untuk mengangkat dan menyampaikan ke masyarakat khasanah kain tradisional Borneo. Dijelaskan, kain tradisional dari Brunei Darussalam dan Malaysia pasti memiliki perbedaan dan persamaan corak, dengan kain khas yang berasal dari Borneo yang menjadi sebutan Pulau Kalimantan.