Satu Mei atau yang dikenal dengan sebutan May Day ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions pada Kongresnya di tahun 1886. Selain menuntut delapan jam kerja sehari, momen tersebut memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja di era itu. Tanggal itu dipilih karena terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada bulan Mei tahun 1872. Sedang di di Amerika Serikat diberlakukan mulai 1 Mei 1886 untuk mengenang peristiwa demonstrasi buruh atau pekerja di Haymarket yang berakhir dengan penembakan oleh pihak penguasa yang menimbulkan banyak korban.
Kini kelompok pekerja di seluruh dunia memperingati tanggal 1 Mei sebagai hari buruh (May Day) dan sering kali dijadikan sebagai kegiatan untuk menyampaikan aspirasi maupun tuntutan mereka.
Kaum pekerja biasanya akan menuntut kenaikan upah, perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, perbaikan kondisi tempat kerja atau lainnya yang berhubungan dengan kesejahteraan mereka.
Namun sangat disayangkan, di beberapa Negara termasuk Indonesia kegiatan menyampaikan aspirasi atau unjuk rasa ini tidak jarang berakhir dengan kerusuhan. Pada tahun lalu (2017), kelompok pekerja yang sedang memperingati May Day di ibu kota Jakarta dan beberapa kota besar lainnya sempat berbuat anarkis walaupun tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
Tindakan seperti itu sesungguhnya sangat merugikan bagi Indonesia. Para pengusaha ataupun pemodal asing akan berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya di sini. Mereka akan beranggapan pekerja di Indonesia cenderung banyak tuntutan dan anarkis sehingga kurang kondusif dari segi kenyamanan berusaha.
Bukan rahasia lagi, kalau banyak investor asing yang melirik Vietnam, Thailand atau Kamboja sebagai tempat menanamkan modal mereka. Alasannya bukan hanya kemudahan berinvestasi seperti pajak rendah,dan izin penggunaan lahan yang lebih lama. Indonesia dianggap memiliki terlalu banyak hari libur nasional, di samping masalah tuntutan buruh atau upah kerja yang sering disampaikan dengan cara-cara yang tak terpuji.
Presiden Joko Widodo pernah mengingatkan, bahwa Indonesia sudah tertinggal di sektor perokonomian, perdagangan ataupun pembangunan dari tetangga di ASEAN. Salah satu penyebabnya boleh jadi adalah karena berpalingnya penanam modal.
Indonesia adalah negara demokrasi, semua orang boleh menyampaikan aspirasi atau berunjukrasa selama tetap berada di koridor yang benar dan tidak bertindak anarkis.