Sudah sekitar tiga minggu, nilai tukar rupiah melemah. Pasar sudah khawatir imbas dari pelemahan ini akan berdampak akan perekonomian dalam negeri. Diperlukan kebijakan segera terutama dari Bank Indonesia dan Pemerintah untuk mengatasi pelemahan Rupiah terhadap Dolar. Jangan sampai kejadian tahun 1997 ketika jatuhnya nilai Rupiah terhadap Dolar menjadi salah satu penyebab runtuhnya rezim orde baru
Kenaikan nilai Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, disikapi dengan bijak dan positif oleh Wakil Presiden. Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, dampak positif dari nilai tukar rupiah yang melemah terhadap Dolar hingga menyentuh level di atas 14.000 dapat mendongkrak pendapatan ekspor Indonesia. Di sisi lain, rupiah melemah akan berdampak dengan kenaikan harga-harga bahan baku impor. Akan tetapi, kata Wakil presiden Jusuf Kalla hal tersebut bisa diselesaikan dengan mendorong beberapa pihak untuk memproduksi khusus ekspor secara simultan.
Terkait pelemahan Rupiah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pelemahan Rupiah terjadi karena sentimen pasar dalam menyikapi berbagai kebijakan Amerika Serikat. Termasuk kenaikan suku bunga acuan Negeri Paman Sam tersebut. Untuk menjaga perkekonomian Indonesia, Menteri Sri Mulyani mengatakan Pemerintah bersama Bank Indonesia akan memperkuat fondasi ekonomi dengan mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menstabilkan pasar.
Sementara itu, Ekonom Maybank Juniman menilai, pelemahan rupiah sudah terjadi sejak Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan atau 7-day Reverse Repo Rate sebanyak dua kali pada Agustus dan September tahun lalu dari 4,75 persen menjadi 4,25 persen. Menurut Juniman, sejak pemangkasan tersebut sudah banyak dana keluar sehingga melemah dan ini mengindikasikan investor tidak mau suku bunga rendah. Sedangkan, tren saat ini, diakui Juniman, negara-negara maju dan berkembang cenderung menaikkan suku bunga acuannya dibanding ke arah menurunkan. Kondisi tersebut berbeda dengan tahun lalu.
Pelemahan rupiah saat ini merupakan salah satu ancaman terhadap target pertumbuhan. Dengan pelemahan rupiah target 5 persen dirasakan berat untuk dicapai. Apatah lagi tahun ini diperlukan dana besar untuk melaksanan pemilihan kepala daerah secara serentak. Bank Indonesia dan pengelola moneter juga sebaiknya memperhatikan usulan untuk menyesuaikan suku bunga. Pemerintah perlu juga melakukan revisi APBN dengan memperhatikan situasi global dan fluktuasi mata uang rupiah. Pemerintah harus memperhatikan faktor-faktor tersebut agar nilai rupiah tidak terus merosot. Dengan antisipasi yang baik, penurunan rupiah tidak membuat sektor lain ikut menurun sehingga peristiwa moneter 1997 tidak terulang kembali.