(voinews.id)Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dapat memfasilitasi kunjungan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memeriksa kerusakan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina, kata juru bicara PBB, Senin.
Namun, seorang diplomat Rusia memperingatkan bahwa misi apa pun yang melewati ibu kota Ukraina, Kiev, terlalu berbahaya. Juru bicara PBB Stephane Dujarric juga mengatakan bahwa Sekretariat PBB tidak memiliki otoritas untuk memblokade atau membatalkan aktivitas IAEA.
Dia mengatakan hal itu untuk menanggapi tuduhan Rusia bahwa PBB telah memblokade kunjungan tim pemeriksa IAEA ke PLTN tersebut. PLTN terbesar di Eropa itu telah dikuasai Rusia sejak Maret, menyusul invasi negara itu ke Ukraina pada 24 Februari.
"Sekretariat PBB telah menilai bahwa pihaknya memiliki kapasitas logistik dan keamanan di Ukraina yang mampu mendukung misi IAEA ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia dari Kiev," kata Dujarric. Namun, kata dia, Rusia dan Ukraina harus sama-sama menyetujuinya.
Kedua negara itu sebelumnya mengatakan mereka ingin pemeriksa IAEA berkunjung ke PLTN itu. Kepala IAEA Rafael Grossi mengaku siap memimpin sebuah misi dan mendesak Rusia dan Ukraina untuk bekerja sama.
Kantor berita Rusia RIA mengutip seorang diplomat senior yang mengatakan bahwa misi semacam itu tidak bisa melalui Kiev seperti diusulkan PBB.
"Bayangkan apa artinya melalui Kiev – artinya, mereka pergi ke PLTN itu melalui garis depan (pertempuran)," kata RIA, mengutip Igor Vishnevetsky, wakil kepala departemen proliferasi nuklir dan pengendalian senjata Kementerian Luar Negeri Rusia.
"Risikonya sangat besar, mengingat tidak semua tentara Ukraina memiliki pemikiran yang sama," kata dia seperti dikutip RIA. Misi seperti itu tidak memiliki mandat untuk melakukan "demiliterisasi" di PLTN seperti permintaan Kiev, karena hanya bisa dilakukan dengan "pemenuhan jaminan dari IAEA," kata kantor berita Tass, mengutip Vishnevetsky.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Selasa menyerukan penghentian aktivitas militer di sekitar kompleks PLTN Zaporizhzhia ketika Rusia dan Ukraina saling melempar kesalahan atas terjadinya serangan di kawasan itu.
Guterres berbicara dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Senin tentang kondisi yang diperlukan agar PLTN itu dapat beroperasi dengan aman. Sumber: Reuters