(voinews.id)Media pemerintah Korea Utara pada Kamis melansir bahwa wabah demam yang tak diketahui asal usulnya muncul di sebuah wilayah perbatasan dengan China, namun bukan virus COVID-19.
Empat kasus demam "yang diduga infeksi epidemi ganas" dilaporkan pada Selasa (23/8) dari Provinsi Ryanggang dekat perbatasan dengan China.
Temuan itu lantas memicu otoritas untuk segera menerapkan penguncian di daerah tersebut dan mengerahkan tim medis, demikian dilaporkan kantor berita KCNA, yang mengutip Markas Pencegahan Epidemi Darurat Negara.
Akan tetapi, perincian analisis tentang situasi epidemi nasional menunjukkan bahwa tidak ada kasus COVID19 sejak Korut menyatakan menang atas wabah tersebut awal Agustus ini, kata KCNA.
Selain itu, otoritas telah menerjunkan ahli epidemiologi, virologi, dan alat tes ke daerah tersebut untuk menyelidiki penyebab kasus demam itu, seraya menerapkan langah pencegahan penularan.
Otoritas "mengambil sejumlah langkah untuk melacak semua orang, yang melakukan kontak dengan kasus suspek tersebut, dan orang-orang yang keluar masuk daerah terkait serta menempatkan mereka dalam pengawasan medis yang ketat," kata KCNA.
Setelah Korut menyatakan menang atas COVID-19, mereka menyalahkan Korea Selatan sebagai penyebab wabah dan menjanjikan "balasan mematikan" terhadap mereka.
Korsel membantah tudingan tersebut, menyebutnya tak berdasar.
Sejak Korut menyatakan menang atas COVID, pejabat membatalkan kewajiban penggunaan masker dan sejumlah pembatasan lainnya menyangkut penggunaan sarana publik, kecuali di wilayah perbatasan.
Korut tidak pernah mengonfirmasi jumlah orang yang tertular COVID-19, kiranya karena keterbatasan sarana untuk melakukan tes secara luas.
Sebaliknya, Korut setiap hari melaporkan kasus-kasus pasien yang mengalami demam, yang jumlahnya naik menjadi sekitar 4,7 juta orang.
Otoritas negara itu menyatakan tidak lagi menemukan kasus baru seperti itu sejak 29 Juli.
Sumber: Reuters