(voinews.id)- Tiongkok tidak mau disalahkan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait rendahnya pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini, yang merupakan terburuk kedua dalam 40 tahun terakhir. "Menghadapi situasi yang kompleks di dalam dan di luar negeri, perekonomian Tiongkok telah bertahan dari tekanan dan menunjukkan momentum pemulihan yang stabil," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok (MFA) Mao Ning di Beijing. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini hanya 3,2 persen, jauh dibandingkan pencapaian tahun lalu sebesar 8,1 persen. IMF menganggap tajamnya penurunan pertumbuhan ekonomi nasional Tiongkok tersebut disebabkan oleh kebijakan nol COVID-19. Kebijakan tersebut berbuntut pada penguncian wilayah (lockdown) di beberapa kota, termasuk Shanghai dan Beijing, kota penyangga ekonomi utama Tiongkok. "Hanya ketika pandemi dapat dikendalikan, maka ekonomi dapat distabilkan," kata Mao saat menanggapi pernyataan IMF tersebut. Ketika semua hal dipertimbangkan, lanjut dia, langkah-langkah COVID-19 di China telah bekerja paling efektif dan paling hemat biaya. Ia menekankan bahwa ekonomi China memiliki ketahanan yang kuat, potensi yang besar, dan fundamental ekonomi mampu menopang pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang sehat dalam jangka panjang. Tahun 2022 di Tiongkok merupakan tahun politik. Partai Komunis China (CPC) menggelar hajatan politik lima tahunan berupa kongres nasional yang digelar mulai Minggu (16/10).
antara