Mengubah tantangan menjadi peluang. Itulah yang sepatutnya dilakukan pemerintah Indonesia untuk menghadapi perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat (AS) dan China.Meningkatnya perang dagang yang dipicu oleh pengenaan bea impor terhadap barang-barang tertentu oleh kedua negara, telah membuat permintaan komoditas di masing-masing pihak melemah.
Menyikapi keadaan ini, pemerintah Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan perang dagang tersebut dengan berbagai strategi yang dapat meningkatkan ekspor , baik ke Amerika maupun China.
Kementerian Perdagangan Indonesia telah memiliki strategi jangka pendek (6 bulan), jangka menengah (18 bulan), dan jangka panjang (3 tahun) menghadapi hal ini. Langkah jangka pendeknya, pendekatan bilateral dengan AS dan China.
Untuk jangka pendek, Indonesia akan meminta perpanjangan program Generalized System of Preferences (GSP) atau pembebasan tarif bea masuk (nol persen) terhadap impor barang-barang tertentu dari negara-negara berkembang ke AS.
Terkait kesempatan mengisi celah perdagangan AS dan China, Indonesia berpotensi mengisi produk-produk impor China yang dicekal AS, seperti buah-buahan, besi baja, dan aluminium. Indonesia juga berpeluang mengisi produk-produk impor AS yang dicekal China, yaitu besi baja dan aluminium.
Dengan China misalnya, Indonesia dapat memanfaatkan kesepakatan dagang ASEAN Plus China.
Seperti diketahui, hampir 95 persen komoditas yang dihasilkan Indonesia bisa dipasarkan ke Amerika. Sehingga kalau terjadi kekurangan pasokan, Indonesia dapat mengisinya.
Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini pun seharusnya membuat daya saing harga produk ekspor Indonesia semakin kuat, bukan sebaliknya , membuat belanja impor membengkak. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian impor khususnya barang konsumsi. Impor harus dihitung berdasarkan kebutuhan dan dan terjadwal sehingga sesuai dengan kebutuhan, tidak berlebihan.
Untuk jangka menengah, Kemendag RI akan mendorong pemanfaatan perjanjian tarif preferensial dan menurunkan tarif bahan baku dan barang modal. Adapun untuk jangka panjang, akan dilakukan diversifikasi ekspor ke negara nontradisional.
Apa yang dilakukan pemerintah saat ini boleh dikatakan sudah di jalur yang tepat, khususnya dalam menghadapi perang dagang yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat dan China. Diharapkan strategi yang dijalankan akan dapat mengubah tantangan menjadi peluang bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.