Hanya selang sepekan, pulau Lombok dan sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat diguncang dua gempa besar. Gempa terbesar berkekuatan 7 pada skala Richter terjadi hari Minggu 5 Agustus lalu. Daerah terdampak gempa terparah adalah Lombok Utara. Hingga kini lebih dari 90 orang tewas dan lebih dari 200 orang lainnya luka-luka. Korban tewas kebanyakan karena tertimpa reruntuhan bangunan. Ribuan orang mengungsi ke tempat-tempat yang dirasa lebih aman. Diperkirakan jumlah korban dan kerusakan akan terus bertambah mengingat belum semua daerah terdampak gempa dapat dijangkau petugas Tim SAR gabungan. Juga terdapat dugaan adanya korban yang tertimbun bangunan yang roboh dan belum dapat dievakuasi oleh petugas. TIM SAR Gabungan terus menyisir daerah-daerah terdampak gempa untuk melakukan evakuasi, penyelamatan dan pertolongan kepada korban. Pendataan masih terus dilakukan oleh aparat.
Lombok yang dikenal karena pesona alam dan budayanya, sebagian kini porak poranda. Gempa juga dirasakan pulau pariwisata lainnya, yaitu Bali. Bandara internasional I Gusti Ngurah Rai di Denpasar tak luput dari kerusakan, walaupun tidak terlalu parah. Selain itu, ratusan wisatawan asing yang mengantri untuk dapat keluar dari Lombok pun menjadi pemandangan sepanjang hari usai gempa besar.
Kepanikan warga terlihat jelas dari banyaknya orang yang berlarian kesana kemari, tanpa tahu kemana mereka akan menyelamatkan diri. Ini masih ditambah dengan padamnya listrik dan peringatan dini tentang adanya potensi tsunami, meski relative kecil. Kemacetan lalu lintas pun terjadi dimana-mana.
Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Nasional BNPB Evakuasi wisatawan adalah inisiatif mereka sendiri karena terguncang oleh gempa 7 SR yang diikuti peringatan dini tsunami. Mereka khawatir karena banyak beredar informasi yang menyesatkan (hoax), bahwa akan terjadi gempa dengan kekuatan 7,5 SR yang diikuti tsunami pada malam harinya. Hoax tersebut beredar di luar di wilayah Lombok sehingga membuat warga dan wisatawan takut. Informasi itu tidak benar dan menyesatkan.
Disinilah perlunya semua pihak meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan. Pemerintah harus mengedukasi warganya di seluruh tanah air, agar bersiap diri dan tidak panik sewaktu terjadi bencana, khususnya gempa. Hal ini penting mengingat Indonesia berada di wilayah rawan gempa. Kewaspadaan dan kesiapan diri diperlukan agar warga tidak mudah percaya pada informasi menyesatkan. Masyarakat Indonesia harus tahu bahwa secara ilmiah, gempa tidak dapat diprediksi dengan pasti. Entah berapa magnitudenya, dimana, dan kapan akan terjadi. Untuk gempa di Lombok, BMKG mengatakan gempa susulan memang pasti terjadi, namun dengan intensitas yang jauh lebih kecil dari 7 SR. Hingga Senin malam telah terjadi gempa susulan sebanyak 176 kali dengan intensitas kecil.
Patut disyukuri pemerintah cepat tanggap dalam membenahi infrastruktur vital. Hanya beberapa saat setelah gempa, bandara internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali dan Bandara internasional Lombok telah dapat difungsikan seperti biasa. Listrik yang padam segera dapat dipulihkan. Demikian juga pelabuhan-pelabuhan di Bali dan Lombok berfungsi seperti biasanya. Ini semua memudahkan tim SAR dan satuan-satuan terkait lainnya untuk melakukan evakuasi dan penyelamatan. Bagi warga lainnya di seluruh Indonesia, ini saat yang tepat untuk menunjukkan solidaritas kepada sesama bangsa Indonesia dengan memberi bantuan kepada mereka yang sedang mengalami musibah ini.