Menurut catatan Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2018 mengalami defisit hingga 2,03 miliar dolar AS, defisit terbesar dalam lima tahun terakhir. Angka tersebut merupakan selisih nilai impor 18,27 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 16,24 miliar dolar AS. Total defisit neraca perdagangan bulan Januari hingga Juli 2018 tercatat 3,09 miliar dolar AS.
Dalam konferensi pers bersama Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, dan Gubernur BI, Perry Warjiyo, usai rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (14/8), Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan, pemerintah akan mengambil langkah drastis dan tegas dalam pengendalian impor terkait kondisi neraca pembayaran yang makin tidak menggembirakan.
Menteri Sri Mulyani menyebutkan defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal I 2018 hanya sekitar 2%. Namun pada kuartal II 2018 mencapai 3% dari produk domestik bruto (PDB). Impor barang konsumsi, bahan baku dan barang modal meningkat luar biasa tinggi pada kuartal II 2018.
Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik, menyatakan Rabu (15/8) di Jakarta, salah satu upaya pemerintah menekan nilai defisit neraca perdagangan adalah dengan mengurangi impor komoditas yang bisa diproduksi di dalam negeri. Akan ada 500 komoditas yang akan dievaluasi ulang, terutama komoditas yang kandungan lokalnya tinggi dibandingkan kandungan impor. Contohnya, industri kelapa sawit, kertas, karet, dan plastik.
Sementara itu, Bhima Yudhistira, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengungkapkan, defisit neraca perdagangan Indonesia bisa menipis di akhir 2018 jika pemerintah serius mengerem impor bahan baku untuk proyek-proyek infrastruktur, seperti baja besi dan turbin pembangkit listrik. Pemerintah juga perlu mempercepat pelaksanaan pemanfaatan biodiesel 20% (B20) dalam kandungan bahan bakar minyak, sehingga impor minyak dan gas dapat ditekan.
Senada dengan itu, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution, dalam acara Business Lunch dengan tema ‘Waspada Ekonomi Indonesia di Tahun Politik’ Kamis (2/8) di Jakarta mengatakan, perluasan penggunaan Biodiesel 20% (B20) bisa menekan defisit neraca perdagangan, karena dengan kebijakan tersebut impor minyak akan dikurangi. Saat ini, defisit migas selama Semester I 2018 mencapai 5,4 miliar dolar AS.
Situasi ini memang belum dapat segera turun karena Pemerintah masih membangun beberapa proyek infrastruktur besar. Selain itu trend peningkatan harga BBM menambah berat defisit Indonesia. Tetapi bukan berarti tidak ada peluang karena Indonesia memiliki komoditas yang harus didorong peningkatannya di pasar ekspor.
Kita harus optimis dengan mendiversifikasi lebih banyak produk lokal berkualitas yang dapat diekspor ke luar negeri, dan pengurangan kegiatan impor Indonesia, sehingga nilai ekspor akan jauh lebih tinggi dari nilai impor, dan defisit neraca perdagangan dapat segera tertanggulangi.