Friday, 08 December 2023 20:14

Inisiatif Sabuk dan Jalur Tiongkok

Written by  Voice of Indonesia
Rate this item
(0 votes)

Program Belt and Road Initiative (Inisiatif Sabuk dan Jalur) yang diperkenalkan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada 2013, sudah berjalan 10 tahun. Inisiatif ini melibatkan perusahaan-perusahaan Tiongkok yang membangun transportasi, energi, dan infrastruktur lainnya di luar negeri dengan didanai oleh pinjaman bank pembangunan Tiongkok. Melalui program ini, Tiongkok telah membangun pembangkit listrik, jalan raya, rel kereta api, dan pelabuhan di seluruh dunia serta memperdalam hubungan dengan Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Timur Tengah.

Hingga Agustus 2023, lebih dari 150 negara termasuk Indonesia telah menandatangani kesepakatan dalam program Belt and Road Initiative. Di kawasan Timur Tengah, kerja sama telah disepakati dengan 22 negara. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiiongkok Wang Wenbin, seperti dikutip dari Republika (07/12) dalam konferensi pers rutin di Beijing, Rabu (6/12), menjelaskan, selama satu dekade terakhir, Tiongkok dan negara-negara Arab menjadi mitra alami dalam kerja sama Belt and Road Initiative, dan telah mencapai kemajuan luar biasa.

 

Banyaknya jumlah negara yang menandatangani kerja sama Belt and Road Initiative menunjukan hal ini mendatangkan keuntungan baik bagi Tiongkok maupun bagi negara yang terlibat. Menurut perhitungan Bank Dunia, seperti dikutip dari Republika pada Kamis (07/12/2023), keuntungan yang didapatkan oleh negara-negara peserta Belt and Road Initiative adalah mengurangi waktu tempuh sebesar 12 persen, meningkatkan perdagangan 2,7-9,7 persen, meningkatkan pendapatan sampai 3,4 persen dan meningkatkan kesejahteraan dari 7,6 juta orang dari kemiskinan parah.

 

Walaupun menunjukan banyak manfaat, inisiatif ini tidak luput dari kritik. Para pengkritik melihat Belt and Road Initiative sebagai cara Tiongkok untuk menyebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia melalui jerat utang. Beberapa negara seperti Amerika Serikat dan negara-negara G7 percaya dengan kritik ini. Untuk itu, merekapun mendirikan program pendanaan infrastruktur baru. Pada Juni 2022, negara-negara G7 resmi mengumumkan program "Partnership for Global Infrastructure and Investment” (Kemitraaan untuk Infrastruktur dan Investasi Global) yang dapat menyaingi Belt and Road Initiative Tiongkok. Dalam pertemuan pada 26/6/2022 lalu, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, para pemimpin negara-negara maju berjanji mengumpulkan US$ 600 miliar atau sekitar Rp 8.900 triliun untuk membendung pinjaman utang Tiongkok ke negara-negara berkembang.

 

Terlepas dari adanya pro dan kontra, Belt and Road Initiative dapat dilihat sebagai salah satu jalan terbaik bagi peserta untuk meningkatkan konektifitas melalui pembangunan infrastruktur yang akan meningkatkan perdagangan dan investasi melalui peningkatan logistik. Oleh karena itu, banyak negara termasuk negara-negara anggota ASEAN yang bersedia bekerja sama dalam program Belt and Road Initiative untuk mengembangkan proyek-proyek infrastruktur.

Read 279 times Last modified on Sunday, 10 December 2023 12:24