VOInews.id- Menteri Perekonomian, Perdagangan, dan Perindustrian Jepang Ken Saito mendesak operator pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi mengambil langkah-langkah komprehensif untuk memastikan keselamatan menyusul serangkaian insiden kebocoran air radioaktif di PLTN tersebut. Saito mengatakan kepada Presiden Tokyo Electric Power Company (TEPCO) Tomoaki Kobayakawa bahwa dirinya menginginkan pihak manajemen untuk mengambil langkah-langkah aktif.
Langkah itu untuk mencegah terulangnya kejadian serupa dan memastikan keselamatan" setelah berton-ton air yang mengandung bahan radioaktif bocor dari kompleks yang dilanda bencana itu sebelumnya pada bulan ini. Saito mengungkapkan bahwa insiden tersebut telah "memicu kekhawatiran di Jepang maupun luar negeri dan akan menghambat penyelesaian proses penonaktifan PLTN tersebut. Dia menyerukan agar TEPCO menyelidiki semua faktor potensial yang memicu kelalaian manusia (human error) dan berinvestasi dalam teknologi yang menghilangkan kebutuhan akan pengoperasian manual.
Kobayakawa menyampaikan permintaan maaf, seraya menuturkan bahwa dari perspektif keselamatan, masalah-masalah itu seharusnya tidak terjadi dan dia menganggapnya sangat serius. Menurut TEPCO, kebocoran tersebut terjadi pada 7 Februari dari saluran yang terhubung ke sebuah perangkat untuk memurnikan air terkontaminasi nuklir yang telah terakumulasi di kompleks itu. Kelalaian manusia diduga menjadi penyebab insiden tersebut, mengingat 10 dari 16 katup pada perangkat itu yang seharusnya tertutup ternyata dalam keadaan terbuka. Pada Oktober tahun lalu, insiden lain terjadi di PLTN yang lumpuh itu. Lima pekerja secara langsung terpapar limbah cair yang mengandung bahan radioaktif. Sang menteri mendesak TEPCO untuk melakukan analisis guna menentukan apakah insiden tersebut memiliki kesamaan.
Diguncang gempa bumi bermagnitudo 9,0 yang disusul oleh tsunami pada 11 Maret 2011, PLTN Fukushima mengalami kerusakan inti (core meltdown) yang melepaskan radiasi, mengakibatkan kecelakaan nuklir level 7, level tertinggi dalam Skala Kejadian Nuklir dan Radiologi Internasional (International Nuclear and Radiological Event Scale). PLTN itu telah menghasilkan sejumlah besar air yang tercemar oleh zat radioaktif dari proses pendinginan bahan bakar nuklir di bangunan reaktor, yang saat ini disimpan dalam tangki-tangki di PLTN tersebut. Pada Agustus 2023, Jepang mulai membuang air limbah Fukushima ke Samudra Pasifik, terlepas dari penolakan yang berulang kali disampaikan oleh pemerintah dan masyarakat, kelompok lingkungan hidup, organisasi nonpemerintah, dan gerakan antinuklir di Jepang dan kawasan Pasifik.
Antara