VOInews, Jakarta: Republik Ceko yang terletak di Eropa Tengah memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Dalam perjalanan sejarahnya, Ceko telah mengalami perubahan demografis yang signifikan. Pada masa lalu, negara ini memiliki mayoritas penduduk muslim, namun saat ini mereka menjadi minoritas di tengah masyarakat yang lebih beragam.
“Kebetulan di sini itu jumlah muslim yang terakhir saya teliti adalah sekitar 20ribu/ jadi itu 0,02% dari penduduk sini,” kata adenan Yandra Mahasiswa asal Indonesia di Ceko pada Rabu (13/3) di Praha, Ceko.
Saat ini, di Ceko terdapat beberapa masjid. Masjid di kota Praha dan kota-kota lainnya di Ceko masih ada yang menempati bangunan-bangunan apartemen ataupun gedung-gedung hunian dan perkantoran yang difungsikan sebagai masjid atau mushola. Masjid tersebut dikelola berbagai organisasi Islam dan komunitas muslim yang makin bertambah.
“Masjid kebetulan untuk masjid besar itu ada dua, satu di pusat kota dan satu di pinggir kota, dan beberapa masjid lain juga ada, seperti dari muslim society dari Turki, dari Timur Tengah, Alhamdulillah aman banyak jadi tidak ada masalah dalam hal beribadah,” ungkap Yandra.
Memasuki Ramadan, mahasiswa asal Indonesia yang sedang menempuh Pendidikan doctoral Geoinformatics and Remote Sensing di Praha mengatakan Ramadan kali ini jatuh pada penghujung musim dingin menuju musim semi. Sehingga Ia mengaku berpuasa dengan nyaman dengan cuaca yang sejuk.
“Alhamdulillah untuk sekarang itu kan Ramadan itu berada di musim titik penghujung winter menuju spring jadi enggak sestruggle waktu di summer. Di summer itu kan waktunya lebih lama dan cuacanya lebih panas. Untuk sekarang alhamdulillah cuacanya dingin, terus waktu berpuasanya tidak terlalu lama,” jelasnya.
Yandra merasa berpuasa pada bulan Ramadan tahun ini sedikit lebih cepat, hanya sekitar 13 jam, waktu yang sama seperti berpuasa di Indonesia. Sedangkan berpuasa pada musim panas lebih lama, sekitar 17 jam.
“Untuk sekarang itu, imsak sekitar jam 5 dan berbuka itu jam 6. Jadi di summer itu imsaknya jam 3 dan berbuka jam 8 malam,” ungkap Yandra.
Selama Ramadan di kota yang mendapat julukan dari Yandra The most beautiful city in the world ini, Yandra mengikuti acara berbuka puasa bersama dan tarawih di masjid, juga di Kedutaan Besar Republik Indonesia -KBRI.
“Alhamdulillah muslim di sini solid, jadi ada program berbuka puasa bersama di masjid, abis itu ada salat tarawih di masjid. Bahkan di KBRI pun kami ada program berbuka bersama dan sholat tarawih bersama,” terangnya.
Tak seperti di Indonesia yang selalu menyediakan kolak atau es buah sebagai menu berbuka puasa, Yandra menceritakan di Praha komunitas muslim berbuka puasa bersama dengan menu khas Timur Tengah.
“Jadi ada korma, abis korma itu kita salat magrib, abis itu mereka ngasih kayak kue bread, seperti bahan kebab, lupa namanya terus dikasih sup nah supnya itu berbeda dengan sup Indonesia, kayaknya mereka itu sup tomat lalu diisi dengan berbagai macam kacang-kacangan. Jadi rata-rata orang itu makan kue itu dimasukkan, lalu dimakan seperti sup tomat gitu, abis itu baru makanan berat, seperti nasi kebuli dengan daging lamb atau dengan ayam, ada gulai,” jelasnya.
Merasakan Ramadan tahun ke dua di Praha membuat Yandra merindukan berbagai tradisi yang hanya ada di Indonesia. Seperti tradisi ngabuburit, membangunkan orang untuk sahur dan bazar Ramadan. Bahkan, Ia mengaku sangat merindukan lantunan suara adzan di Indonesia.
“Bazar Ramadan, terus sahur yang paling penting itu dengar suara adzan Magrib yang paling dikangenin di sini kan nggak ada ya kecuali adzan di handphone doang/ nggak ada suara adzan yang dari microphone,” ucap Yandra.
Meski jumlah pemeluk agama Islam di Ceko sebagai minoritas, namun tidak melunturkan iman dan taqwa muslim di sana untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat Islam. Subhanallah, semoga Islam tetap hidup dan tumbuh di Praha, Republik Ceko.