Wednesday, 29 August 2018 07:37

Pergantian Perdana Menteri Australia Dan Dampaknya Bagi Indonesia

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Australia tetangga terdekat Indonesia di bagian tenggara, yaitu Australia, memiliki Kepala Pemerintahan yang baru. Negeri Kanguru itu kini dipimpin Perdana Menteri Baru, yaitu Scott Morrison. Morrison menggantikan Malcolm Turnbull melalui suatu pemilihan di internal Partai Liberal yang berkuasa. Pergantian dari Malcolm Turn Bull kepada Scoot Morrison, menjadikan negara Asutralia memegang record sebagai negara yang paling sering berganti Perdana menteri dalam waktu relative singkat. Dalam waktu sekitar 8 tahun, Perdana Menteri di Australia telah berganti sebanyak lima  kali. Walaupun demikian harus dicatatm bahwa pergantian tampuk pimpinan itu telah berlangsung dalam suasana damai tanpa gejolak dan kerusuhan. 

Rangkaian pergantian Perdana Menteri itu dimulai saat Kevin Rudd dari Partai Buruh Australia menggnatikan John Howard dari Partai Liberal. Baru memerintah sekitar 3 tahun, Rudd diganti oleh Julia Gilard, yang merupakan wakilnya sendiri. Julia Gulard memenangi pemungutan suara yang dilakukan di internal partai Buruh yang saat itu berkuasa di Parlemen. Pergolakan di internal partai Buruh kembali terjadi, sekitar 3 tahun kemudian terjadi lagi kemelut di internal Partai Buruh yang mendorong dilakukannya pemilihan Pimpinan. Dalam voting internal Partai Buruh, Kevin Rudd kembali terpilih dan karenanya menjadi Perdana Menteri kembali untuk kedua kalinya. Karena alasan politik, Kevin Rudd kemudian membubarkan Parlemen yang berakibat pada diselenggarakannya Pemilu Federal pada tahun 2013. Melalui Pemilu mayoritas pemilih memenangkan Partai Liberal yang menjadikan Tonny Abott menjadi Perdana Menteri Australia yang ke 28.Sekitar dua tahun berkuasa akibat konflik internal partai Liberal, Abbott ditantang oleh salah seorng Menterinya yaitu Malcolm Turnbull dalam pemungutan suara internal hingga akhirnya Turnbull memenangi mayoritas suara dan menjadi perdana Menteri.  Tidak sampai tiga tahun kemudian, Trunbull sepertinya terkena karma lantaran intrik politiknya menjatuhkan Tony Abbot. Lima hari lalu ia dikudeta secara internal. Dalam pemungutan suara internal ia digulingkan oleh seorang Menterinya, yaitu Scott Morrisson. 

Nampaknya bagi Australia seringnya berganti Perdana Menteri tidak lagi dianggap luar biasa. Aturan kenegaraan di negara itu memungkinkan dilakukannya Perdana Menteri dari internal Partai berkuasa dalam sebelum masa jabatan habis, sejauh internal Partai berkuasa menyepakatinya. Kudeta internal partai itu memang tidak menimbulkan gejolak di masyarakat. Walaupun demikian, sebagaimana dikatakan pengamat, pergantian tampuk pemerintahan itu dapat dilihat dari ketidak stabilan internal Partai berkuasa, baik Partai Buruh maupun Partai Liberal. Sebagai tetangga terdekat, Indonesia tentu memantau perkembangan di Australia. Karena bagaimanapun pergantian setiap pimpinan tentu akan berdampak pada perubahan kebijakan, termasuk cara pandang dan politik luar negeri Australia. Waktu telah mencatat bahwa hubungan Indonesia dan Australia itu pernah sempat mengalami pasang surut. Perdana Menteri baru Australia Scott Morrsion missalnya, sempat menimbulkan kontroversi saat ia masih menjabat sebagai menteri Imigrasi pada tahun 2014. Morrison sempat membuat tensi hubungan Australia dengan Indonesia naik. Kebijakannya memulangkan pencari suaka dari Indonesia membuat masyarakat Indonesia marah. , karena telah memulangkan secara paksa dua imigran Indonesia.  Kita masih menantikan bagaimana sepak terjang Perdana Menteri Australia baru ini yang oleh BBC Inggris disebut sebagai tokoh yang pragmatis.  

Read 1105 times Last modified on Thursday, 30 August 2018 07:40