Indonesia dinobatkan sebagai peringkat pertama untuk koleksi kayu atau Xylarium terbanyak di dunia berdasarkan Internasional Association of Wood Anatomists (IAWA). Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dwi Sudharto di Bogor, Selasa (18/9) mengatakan capaian ini akan dideklarasikan di Yogyakarta pada 23 September oleh Presiden Joko Widodo.
Sebelumnya, hingga Januari 2018, Xylarium Indonesia berada di urutan keempat dunia setelah Belanda, Amerika Serikat dan Belgia. Koleksi kayu Indonesia mencapai 67.864, sedangkan Belanda 125.000, Amerika Serikat 105 ribu, dan Belgia 69 ribu. Butuh 150 ribu spesimen kayu lagi untuk menjadikan Indonesia sebagai nomor satu di dunia.
Dwi Sudharto hingga 18 September Xylarium Indonesia sudah mencapai lebih dari 185 ribu specimen. Keberhasilan Indonesia menduduki peringkat pertama koleksi kayu (Xylarium) terbanyak dunia menjadikan Indonesia sebagai pusat kayu dunia. Menurut Dwi Sudharto, keberhasilan itu dicapai berkat kerja sama semua pihak yang ikut mendukung kebijakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam mengumpulkan koleksi kayu Indonesia. Untuk menyimpan semua koleksi kayu Indonesia maka dibangun Xylarium atau perpustakaan kayu (Xylotheque). Dwi Sudharto mengatakan capaian ini sebagai sebuah prestasi yang patut disyukuri bersama, dan sebagai bukti nyata Indoensia mampu berkiprah pada tataran internasional dalam bidang pengelolaan keragaman sumberdaya hayati.
Dwi Sudharto menjelaskan, karya fenomenal ini ditandai dengan penandatangan prasasti deklarasi Xylarium nomor saru dunia oleh presiden. Menurutnya, dengan capaian ini, keuntungan yang didapatkan Indonesia, selain mengangkat nama besar Indonesia, sekaligus menjadi basis data yang kuat tentang keragaman hayati kayu, memperlancar Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), serta memudahkan supremasi hukum. Basis data kayu Indonesia akan semakin lengkap, sehingga Indonesia memiliki basis data yang kuat, dan alat ukur yang akurat.
Dengan didukung basis data yang kuat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan juga berhasil mengembangkan inovasi alat deteksi kayu otomatis berbasis komputer vision dengan nama popular AIKO. Inovasi ini bersinergi dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui dukungan program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun 2017. Menurut Dwi Sudharto AIKO ini mampu memangkas waktu identifikasi kayu yang selama ini dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu sampai dua minggu, kini bisa dilakukan dalam hitungan detik.