Pertemuan Tahunan International Monetary Fund IMF dan World Bank Group (IMF-WBG) 2018 di Nusa Dua, Bali telah dimulai. 10 Kepala Pemerintahan negara Anggota ASEAN dipastikan hadir. Mereka termasuk dalam sekitar 34 ribu yang sudah mendaftar sebagai peserta pertemuan yang keseluruhannya berlangsung mulai 8 hingga 14 Oktober ini. Kepala Unit Kerja Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group 2018 Peter Jacobs mengatakan, konfirmasi kehadiran juga diberikan oleh kepada kepala-kepala negara yang merangkap sebagai menteri keuangan. Selain itu, sejumlah gubernur bank sentral negara maju, seperti gubernur bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell, serta gubernur bank sentral Uni Eropa, Tiongkok, hingga Jepang dipastikan datang. Bahkan sejumlah gubernur bank sentral dan menteri keuangan, yang lokasi negaranya jauh dari Indonesia pun sudah dating. Seperti Sudan Selatan, Uganda, Mauritania, Burundi, Bahama, Islandia, Eswatini, Montenegro, serta Trinidad dan Tobago. Puncak pertemuan tersebut akan berlangsung pada 12 sampai 14 Oktober 2018.
Pertemuan tahunan IMF-WB 2018 yang akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada Jumat (12/10) ini, akan mengangkat lima tema. Pertama, penguatan International Monetary System (IMS). Kedua, ekonomi digital. Ketiga, negara berkembang tengah menghadapi kebutuhan pembiayaan pembangunan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Keempat, penguatan aspek ekonomi dan keuangan syariah. Kelima, isu-isu terkait sektor fiskal, yaitu urbanisasi, ekonomi digital, human capital, manajemen risiko bencana, perubahan iklim, dan pembiayaan infrastruktur.
Melihat jumlah peserta yang begitu besar, dapat dibayangkan betapa hasil pertemuan ini sangat diharapkan di seluruh dunia. Pertemuan disebut dinilai akan menjadi pertemuan penting yang hasilnya ditunggu oleh negara-negara di dunia. Pasalnya, diselenggarakan pada saat perekonomian dunia dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi.
Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa ketidakpastian ekonomi global meningkat di tengah pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, yakni kuatnya laju ekonomi AS dibandingkan negara di kawasan Eropa, Jepang, serta Tiongkok.
Kepala Grup Riset Ekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter BI Reza Anglingkusumo menuturkan, ketidakpastian turut diikuti dengan kenaikan Fed-Fund Rate, ketegangan perdagangan antara AS dan sejumlah negara, serta risiko rambatan dari gejolak ekonomi di Turki dan Argentina.
Ketidakpastian ini memicu pembalikan modal asing dan apresiasi nilai tukar dolar AS secara luas, sehingga turut menekan nilai tukar mata uang global.
Ketidakpastian kondisi ekonomi dunia masih terus berlanjut hingga saat ini. Pertemuan tahunan IMF-WBG kali ini pun menjadi mementum bagi pemimpin-pemimpin ekonomi dunia untuk merespons kondisi global terkini. Yaitu dengan kesepakatan-kesepakatan yang efektif untuk memberi harapan bagi warga dunia akan adanya perbaikan.