Sebanyak 70 pakar dari delapan negara termasuk Indonesia bertemu untuk mencari langkah teknis maupun solusi yang perlu dilakukan dalam kajian dan pengelolaan ekosistem gambut tropis di Batam, Kepulauan Riau, Senin. President of International Peatland Sociaty (IPS), Gerald Schmilewski, berharap pertemuan itu dapat memperkuat kolaborasi para pakar agar lahan gambut bisa memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Dikatakannya, mereka harus mendiskusikan, memberi dukungan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lahan gambut.
Pertukaran informasi pengelolaan lahan gambut tropis yang berkelanjutan dalam pertemuan itu diharapkan juga berkontribusi kepada penurunan emisi karbon dan pengendalian perubahan iklim dunia.
Gerald Schmilewski menyatakan, IPS menyambut baik terbentuknya International Tropical Peatland Center (ITPC) dan setidaknya anggota IPS dari tujuh negara, yakni Jerman, lnggris, Jepang. Vietnam, Malaysia, Singapura dan Australia, turut hadir dalam diskusi ini.
Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), Nazir Foead mengatakan Indonesia sebagai negara gambut tropis terbesar memiliki pengalaman restorasi dan pengelolaan gambut serta hasil-hasil penelitian ekosistem gambut tropis yang dapat menjadi modal untuk kerja sama dengan negara lain. Dikatakannya, Indonesia menyambut baik inisiatif kerja sama internasional dalam pembelajaran ekosistem gambut tropis.
Senada dengan Nazir, Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Agus Lustianto, menyatakan pembentukan ITPC dibutuhkan untuk mendukung masifnya kegiatan dengan pengetahuan terkini dan inovasi baru yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan.
Dikatakannya, pengelolaan lahan gambut di Indonesia sudah mendapat pengakuan dari negara-negara di dunia sebagai suatu pencapaian besar. Indonesia juga sangat senang dapat menjadi pusat pengetahuan dalam pengelolaan hutan dan lahan gambut yang berhasil baik.
Second Tropical Peatland Roundtable Discussion juga didukung mitra yakni International Peatland Society (IPS), Japan Peatland Society UPS), Research Institute for Humanity and Nature (RlHN) serta Himpunan Gambut Indonesia (HGI).
Di samping sesi diskusi, peserta pertemuan mengunjungi tiga desa yang menjadi area kerja restorasi BRG, yakni Desa Lukun, Desa Set Tohor dan Desa Tanjung Sari di Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.
Selama kunjungan lapangan, para peserta menyaksikan dan berdiskusi tentang Plot Penelitian serta kegiatan pendampingan masyarakat desa yang mendukung pendekatan Rewetting, Revegetation, Revitalization (3R) dalam restorasi gambut.