Tiga negara produsen utama karet alam dunia yakni Indonesia, Thailand dan Malaysia sepakat mengurangi ekspor karet. Ketiganya sepakat mengurangi ekspor sebanyak 200.000 sampai 300.000 metrik ton karet guna mengatasi harga karet alam dunia yang terus tertekan. Kesepakatan tersebut dicapai 22 Februari di Thailand. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pada konferensi pers di Jakarta, Senin lalu menjelaskan, skema pengaturan ekspor atau disebut Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) merupakan salah satu keputusan yang diambil pada pertemuan International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang diinisiasi tiga negara produsen karet tersebut.
Darmin Nasution menjelaskan, penerapan AETS untuk mengurangi ekspor dari ketiga negara tersebut berlaku untuk jangka waktu tiga bulan ke depan. Rincian dan pelaksanaan AETS ini akan didiskusikan kembali pada pertemuan Senior Official Meeting (SOM) ITRC pada 4 Maret mendatang di Thailand. Adapun kontribusi produksi karet alam dari masing-masing negara, yakni tertinggi dari Thailand sebesar 52 persen, Indonesia 38 persen dan sisanya Malaysia 10 persen. Menurut Darmin, kebijakan pengurangan ekspor ini penting untuk mengembalikan harga karet alam ke harga fundamentalnya. Saat ini harga karet ekspor sekitar 1,45 dolar Amerika atau sekitar 20.300 rupiah per kilogram, sementara di tingkat petani hanya 7.000 sampai 7.500 rupiah per kg. Darmin Nasution juga mengatakan, Pemerintah Indonesia berkomitmen melakukan peremajaan karet alam hingga 50.000 hektare per tahun sebagai salah satu kebijakan yang dicapai dalam pertemuan antarnegara produsen karet alam dunia.
Sementara itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, guna meningkatkan serapan karet dalam negeri, Kementerian Perhubungan mendorong penggunaan karet sebagai bahan baku pada industri di sektor transportasi. Contohnya seperti perlengkapan jalan, pembatas jalan, penggunaan pada aspal dan sebagainya. Budi Karya Sumadi usai menghadiri rapat di Kementerian Bidang Perekonomian terkait Kebijakan Serapan Karet Dalam Negeri, di Jakarta Senin (25/2/2019) juga mengatakan produk-produk serapan karet tersebut haruslah diproduksi oleh pabrik-pabrik di dalam negeri. Tujuannya untuk mendorong industri di Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Pada kesempatan yag sama Direktur Jendral Perhubungan Darat Budi Setiyadi menambahkan, produksi karet ini dapat digunakan untuk pembuatan alat-alat fasilitas keselamatan lalu lintas. Seperti misalnya traffic cone, water barrier, roller barrier, hingga speed bump. Budi berharap pemerintah siap menyerap 2.000 ton karet untuk dijadikan bahan campuran pembuatan aspal. Penggunaan aspal karet tersebut akan dilakukan di beberapa daerah yang merupakan penghasil karet terbesar antara lain Sumatera Selatan, Jambi, Medan dan Kalimantan.