Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2019 resmi dibuka Senin lalu di JIExpo Kemayoran Jakarta. Sekitar 149 negara ikut meramaikan pameran yang digelar 11 hingga 14 Maret tersebut. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam sambutannya mengatakan, furnitur merupakan industri hilir yang produknya memiliki nilai tambah tinggi dan berperan cukup penting dalam perekonomian nasional. Salah satu kontribusinya yaitu dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja dan perolehan devisa. Pada 2018, kontribusi industri ini mencapai 1,36 persen dari total PDB industri non migas. Sementara itu, nilai ekspor industri furnitur juga mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2018 nilai ekspor industri furnitur mengalami peningkatan 4 persen dibandingkan 2017 sebesar 1,69 miliar dollar Amerika. Selain itu jumlah pelaku industri ini juga mengalami peningkatan. Pada 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 1.918 unit usaha skala menengah besar yang beroperasi yang menyerap hampir 200.000 tenaga kerja langsung.
Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Soenoto, dalam kesempatan yang sama mengatakan, pameran tersebut untuk mendorong kinerja ekspor mebel dan kerajinan Indonesia. Soenoto mengatakan untuk memajukan industri furnitur Indonesia diperlukan kerjasama dengan negara lain. Misalnya, dengan Tiongkok yang saat ini menjadi eksportir utama furnitur di dunia dengan nilai ekspor mencapai lebih dari 50 miliar dolar Amerika. Nilai ekspor furnitur Indonesia kini baru mencapai 2,5 miliar dolar Amerika. Dikatakan, pameran ini diharapkan mencatat transaksi ekspor hingga 800 juta dolar Amerika.
Sementara itu Presiden Joko Widodo saat mengunjungi pameran furnitur terbesar di Asia Tenggara, Rabu (13/3) mengapresiasi semakin meningkat dan membaiknya desain produk furnitur Indonesia yang dihasilkan para pengrajin di Tanah Air untuk pasar ekspor. Presiden Joko Widodo berharap industri mebel, kayu, rotan, kursi, dan bambu ini bisa tumbuh dua digit. Karena tahun 2014 tumbuh hanya empat persen. Presiden menilai prospek industri mebel dan kerajinan Indonesia masih sangat menjanjikan. Industri ini masih memiliki peluang untuk meningkat lebih jauh lagi. Selain itu, Presiden juga memandang produk-produk kayu asal Indonesia semestinya bisa menguasai dan bahkan mengungguli produk-produk serupa dari negara lain. Presiden juga mengungkapkan rencananya kembali menyederhanakan regulasi-regulasi utamanya yang berkaitan dengan industri tersebut.