Pelangi Nadakali ini, VOI akan menghadirkan lagu-lagu pop nostalgia dari Nunung Wardiman.Mengawali perjumpaan, saya putarkan sebuah lagu berjudul “Surat Undangan”.
perempuan bernama lengkap Nunung Yulianti Wardiman ini dikenal sebagai salah satu penyanyi jazz wanita terbaik di Indonesia. Namanya mulai dikenal sejak ia merilis dua seri album “Nada & Improvisasi” tahun 1981.
Lagu “Surat Undangan” yang telah anda dengar terdapat dalam album “Nunung Wardiman”. Album yang dirilis pada tahun 1983 itu berisikan 12 lagu di dalamnya. Lagu “Surat Undangan” diciptakan oleh Julius Fioole. Lagu ini bercerita tentang suatu hari, seorang perempuan mendapat surat dari mantan kekasih yang masih dicinta. Sayang, surat tersebut berupa undangan pernikahannya sang mantan. Pendengar, mari kita dengarkankembali lagu lainnya dari Nunung Wardiman berjudul “Sepanjang Jalan Kenangan”. Selamat mendengarkan...
demikian lagu berjudul “Sepanjang Jalan Kenangan” yang dinyanyikan oleh Nunung Wardiman. Lagu ini juga masih terdapat dalam album “Nunung Wardiman”. Memang album tersebut ingin menghadirkan sosok Nunung yang seorang penyanyi jazz membawakan lagu-lagu pop hits di era 1960-1970an. Lagu-lagu pop tersebut berhasil dibawakan oleh Nunung dengan sentuhan jazz. Salah satunya adalah lagu “Sepanjang Jalan Kenangan” ciptaan Is Haryanto ini. Pendengar, demikian Pelangi Nada hari ini. Menutup perjumpaansaya hadirkan dua buah lagu lainnya dari album “Nunung Wardiman” berjudul “Layu Sebelum Berkembang” dan “Senja Di Batas Kota”.
Pelangi Nada kali ini, akan sajikan lagu-lagu dari grup musik KUBURAN BAND. Sebagai pembuka, kita dengarkan lagu mereka "Lupa-Lupa Tapi Ingat".
demikianlah lagu "Lupa-Lupa Tapi Ingat" oleh KUBURAN BAND, yang eksis di blantika musik Indonesia sejak tahun 2001. Tanggal 11 September 2001 pun dipilih sebagai hari jadi KUBURAN BAND untuk mengenang tragedi World Trade Center di Amerika Serikat. Pencetusnya adalah enam mahasiswa Universitas Parahyangan Bandung, yaitu Priya (vokal), Raka (gitar), Donny (gitar), Denny (bass), Udhe (keyboard), dan Dino (drum).
Keenam personilnya setuju untuk mengusung musik "metal hidrolik", sebuah genre yang dibuat sendiri. Dari sisi musik, KUBURAN BAND mengaku menyajikan genre "metal hidrolik", yang didefinisikan sebagai "metal naik-turun" tanpa arah yang pasti. Ini karena musik mereka berisikan nuansa metal, pop, rock, hingga dangdut. Lirik lagu karya KUBURAN BAND pun terkesan humoris dan menggunakan bahasa Indonesia dan daerah.
Di tahun 2011, keenam personil ini sempat mengaku telah membubarkan Kuburan Band saat itu. Namun, sebagai konsekuensinya mereka tetap berkarya sebagai The KUBS.
berikut kami hadirkan sebuah lagu dari The Kubs berjudul "Jesika". Selamat mendengarkan.
demikianlah lagu “Jesika" oleh The Kubs. Saat tampil program musik televisi, KUBURAN BAND langsung menarik perhatian pemirsa. bukan hanya karena lagu yang lucu, tetapi penampilan mereka yang unik. Setiap kali tampil, wajah para personil KUBURAN BAND selalu tertutupi dandanan yang utamanya adalah bedak super putih dan lipstik ala band-band metal. Banyak yang mengira bahwa inspirasi penampilan Kuburan Band adalah "Kiss", sebuah band asal Amerika Serikat. Namun ternyata, dandanan mereka terinspirasi Ria Jenaka, sebuah kelompok humor ternama Indonesia. Dengan nama The Kubs, mereka tampil lebih dengan riasan jenaka dan kostum yang lebih berwarna.// Stev
Edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh penyanyi keroncong wanita Indonesia, Wiwik Sumbogo. Kita awali perjumpaan kali ini, dengan sebuah lagu berjudul Bengawan Solo.
Bengawan Solo adalah sebuah lagu keroncong yang cukup terkenal dari Indonesia. Lagu ini menceritakan tentang sungai terpanjang di Jawa, yaitu Bengawan Solo. Diciptakan oleh Gesang Martohartonoatau lebih dikenal dengan Gesang, pada tahun 1940, Saat Gesang berusia 23 tahun. Tidak hanya di Indonesia, lagu ini terkenal terutama di Indonesia dan Jepang. Bengawan Solo sempat digunakan dalam salah satu film layar lebar Jepang. Lagu ini diterjemahkan setidaknya ke dalam 13 bahasa, termasuk bahasa Inggris, Rusia, Tionghoa dan bahasa Jepang. Lagu keroncong asli ini telah dibawakan oleh banyak penyanyi, termasuk Gesang dan Wiwik Sumbogo. Awalnya Wiwiek dikenal sebagai penyanyi keroncong dan pop jawa. Namanya sangat dikenal terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Baiklah pendengar, selanjutnya kita dengarkan lagu keroncong berikutnya berjudul Sampul Surat.
lagu ini bercerita tentang seorang yang menerima sepucuk surat yang telah lama dinantikan. Betapa bahagia hatinya. Namun ternyata itu hanyalah sampul surat yang tiada isinya. Walaupun hancur hati, sampul surat tetap disimpan sebagai kenang-kenangan.
karier Wiwiek Sumbogo melejit saat dia merilis album pop Indonesia bertajuk Loyang dan Besi. Pada era 80an tesebut Wiwik sempat merilis beberapa album. Namun album Wiwik yang paling hits adalah Loyang dan Besi. Selain meluncurkan sejumlah album, saat itu Wiwik yang memiliki nama asli Dewi Prasetyawati Sumbogo ini juga sering tampil pada acara musik di stasiun televisi nasional, TVRI. Selain memiliki suara yang merdu, Wiwik juga memiliki paras yang ayu.
Pelangi Nada edisi kali ini, kami akan menghadirkan lagu-lagu pop dari Judika. baru saja anda dengarkan lagu dari Judika berjudul “Jikalau Kau Cinta”. Melalui lagu ini, Judika ingin mengajak para pendengar untuk menyatakan rasa cinta kepada orang yang istimewa di hati kita. Menurut Judika, jikalau memang cinta, tunjukan rasa cintamu tak hanya melalui perkataan namun juga melalui sikap. Dalam lagu ini, rasa cinta tersebut bersifat universal. Jadi tak terbatas hanya untuk kekasih tetapi juga bisa rasa cinta terhadap orangtua atau pun keluarga. Lagu ini dirilis pada bulan April 2017 lalu. Lagu yang terdapat dalam album “Judika” ini diciptakan oleh komposer amatir bernama Ryza Ahmad yang ditemui Judika melalui kompetisi Judika Project. Pendengar, sebelum lanjut, mari kita dengarkan kembali lagu lainnya dari Judika berjudul “Jadi Aku Sebentar Saja”. Selamat mendengarkan...
demikian lagu “Jadi Aku Sebentar Saja” yang dibawakan oleh Judika. Lagu ini merupakan ciptaan penggemarnya, yaitu seorang guru olahraga di sebuah sekolah di Tangerang. Lagu ini mengisahkan kesedihan dari sang guru karena harus berpisah dengan kekasihnya. Setelah 3 tahun menjalin kasih, perempuan yang ia cinta menikah dengan seseorang pilihan orang tuanya. Lagu yang dirilis pada tahun 2017 ini dibawakan oleh Judika dengan apik. Sebab, ia pun mencoba menghubungkan makna lagu tersebut dengan apa yang ia alami. Pekerjaannya sebagai penyanyi membuag dirinya sibuk dan jarang bertemu dengan keluarganya. Meski menurut orang lain pekerjaannya membuat ia hidup enak dan bahagia sebenarnya itu membuatnya sulit memiliki waktu lebih untuk keluarga dan hal tersebut membuatnya ingin berkata “jadi aku sebentar saja”.
Mengawali Pelangi Nada kali ini, nikmati lagu berjudul “Memori Danau Beratan” dibawakan oleh Widi Widiana.
seperti judulnya, lagu ini bercerita tentang kenangan di Danau Beratan, salah satu objek wisata di pulau Bali Pendengar, Danau Beratan memang indah sehingga menjadi salah satu danau terbaik dan terindah di dunia, The World’s 20 Most Beautiful Lake yang dimuat pada laman www.huffingtonpost.com. Tidak mengherankan jika banyak orang yang datang berkunjung dan mengukir memori yang indah di sana.
Anda baru saja mendengarkan lagu “Sukreni Gadis Bali”, yang bercerita tentang pemuda yang mengagumi dan menyukai kecantikan seorang gadis Bali bernama Sukreni. Dalam lagu yang dibawakan Widi Widiana ini terasa sentuhan musik tradisional Bali. Pendengar, Widi Widiana merupakan penyanyi yang populer di kalangan masyarakat Bali. Debutnya sebagai penyanyi pop berbahasa Bali dimulai sejak tahun 1994. Hal itu ditandai dengan keluarnya album pertama Tunangan Tiang, yang merupakan album kompilasi dengan penyanyi-penyanyi pop Bali lainnya. Album solo pertama Widi Widiana muncul tahun 1996, Sesapi Putih. Album solo kedua lahir pada tahun 1997 dengan label Sampek Ing Tay. Namun sebelumnya, tahun 1991 bersama Diana Band, yang beranggotan keluarganya, Widi sudah merintis karier musik. Dari pangsung ke panggung , mereka membawakan berbagai jenis lagu mulai dari dangdut, pop, hingga reggae, baik dalam bahasa Bali, Indonesia, maupun Inggris. Pendengar, saya putarkan lagu lain dari Widi Widiana, “Surat Pemegat”
RRI World Service – Voice of Indonesia. Pendengar, Anda baru saja mendengarkan lagu “Surat Pamegat “ dari Widi Widiana. Sampai kini Widi sudah mengeluarkan sembilan album kompilasi dan 11 album solo. Rata-rata kasetnya terjual di atas 25.000 kopi, bahkan albumnya yang berjudul Tepen Unduk (Ketiban Sial) terjual di atas 50.000 kopi. Sepanjang kariernya di dunia tarik suara, Widi pernah meraih gelar penyanyi terbaik versi Bali Music Award I.
Helen Sparingga mulai dikenal penikmat musik di Indonesia sejak merilis album berjudul “Birunya Cintaku” pada tahun 1985. Album ini didukung oleh Obbie Messakh, Wahyu Os, dan Deddy Dores sebagai guest vocalist. Selain itu, nama Mus Mulyadi juga muncul di beberapa lagu dalam album ini sebagai komposer. Lagu andalan dalam album ini berjudul sama, yaitu “Birunya Cintaku”. Lagu “Birunya Cintaku” merupakan ciptaan Obbie Messakh. Lagu ini bercerita tentang sepasang kekasih yang saling mencinta namun berpisah karena sang lelaki mendua. Selain lagu “Birunya Cintaku”, album ini juga memiliki lagu hits lainnya berjudul “Kudustai Dukaku”. Pendengar, mari kita dengarkan kembali lagu lainnya dari Helen Sparingga berjudul “Antara Hitam dan Putih”.
setelah merilis album “Birunya Cintaku”, Helen Sparingga terus mewarnai dunia tarik suara di Indonesia. Setahun setelah “Birunya Cintaku”, tahun 1986, Helen Sparingga kembali merilis album bertajuk “Semerah duka Hati” yang juga cukup diterima baik oleh pecinta musik Indonesia. Tak sampai disitu, setahun berikutnya ia kembali merilis album “Antara Hitam dan Putih” pada bulan November 1987. Dalam album ini, lagu andalannya yaitu “Antara Hitam dan Putih”. Melalui lagu ini, nama Helen Sparingga semakin melambung di kancah musik nasional. Lagu ini bercerita tentang seorang perempuan yang begitu terluka, sedih dan kecewa karena sang kekasih memutuskan tali cintanya. Pendengar, demikian Pelangi Nada hari ini. Menutup perjumpaan hadirkan dua buah lagu dari Helen Sparingga berjudul “Antara Cinta dan Kenyataan” dan “Masih Ada Kita Kita”.
Edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh penyanyi keroncong pria Indonesia, Bram Aceh.
Mawar Sekuntum merupakan lagu keroncong asli. Mawar Sekuntum adalah sebuah perumpamaan untuk sosok wanita yang diidamkan. Lirik dalam lagu ini ditulis dengan menggunakan kalimat-kalimat yang puitis.Seperti: Bilakah kuncup mawar indah mekar, lama sudah aku menanti ingin memetik sekuntum. Dikala cahya senja kemerah-,merahan tertiup angin pasang merayu kesuma...
sebagian besar lagu keroncong asli merupakan lagu lawas. Karena itu lagu Mawar Sekuntum juga telah dinyanyikan oleh banyak penyanyi, termasuk Bram Aceh. Penyanyi lelaki yang berasal dari Aceh atau tanah rencong ini mempunyai karakter vocal yang kuat. Kepiawaiannya membawakan lagu terutama lagu keroncong tidak perlu diragukan lagi. Sehingga julukan sebagai Bapak Keroncong Indonesia pun diberikan kepadanya.
lagu ini diciptakan oleh R. Maladi. Keindahan bulan purnama sering kali diangkat dalam berbagai cerita maupun syair lagu. Seperti judulnya lagu ini bercerita tentang indahnya malam di kala bumi diterangi bulan purnama. Sinar bulan purnama tak hanya memberi cahaya namun juga menghilangkan rasa susah di hati. Seperti kutipan lirik lagu ini: di bawah sinar bulan purnama, hati susah tak dirasa, gitar berbunyi riang gembira, jauh malam dari petang....
Pendengar, pada tahun 1955 Bram Aceh meraih juara 1 pada Lomba Keroncong Jakarta Raya. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1980 Bram Aceh juga memenangkan Lomba Keroncong Tempo Doeloe se-Jabodetabek. Dia juga sering tampil di stasiun Televisi Nasional – TVRI, dalam acara Hawaian Senior sebulan sekali. Selain itu, Bram juga sering tampil dalam acara Aneka Keroncong bersama OK Gita Pusaka, Telerama dan Dari Masa ke Masa.
Bram Aceh melahirkan generasi-generasi berbakat di dunia musik Indonesia, seperti Harvey Malaiholo, Irma June dan Glen Fredly. Para penyanyi ternama Indonesia tersebut merupakan cucu dari Bram Aceh. Bram Aceh meninggal pada tanggal 8 Mei 2001 di Jakarta karena faktor usia. Kita akhiri pelangi nada edisi kali ini dengan lagu berjudul Tanah Airku dan Terkenang-kenang yang dibawakan oleh Bram Aceh.
Edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu berirama Melayu, yang dibawakan oleh Al Rizal. Untuk membuka perjumpaan kali ini, kita dengarkan sebuah lagu melayu berjudul Bunga Seroja.
Seroja adalah nama bunga. Menurut wikipedia, di Indonesia bunga seroja sering juga disebut bunga teratai. Seroja menjadi judul sebuah lagu melayu yang diciptakan oleh Husein Bawafie dan Said Effendi pada tahun 1950-an. Meskipun merupakan lagu lawas, namun lagu ini seolah tidak lekang oleh waktu. Lagu ini merupakan salah satu lagu melayu yang cukup populer di Indonesia. Lirik lagu Seroja ditulis seperti pantun. Hal itu dapat dilihat dengan adanya pengulangan kata, atau ungkapan pendek. Lagu Seroja berisi ajakan kepada seorang gadis remaja yang sedang bersedih karena asmara, agar dia kembali tersenyum. Seperti syair melayu pada umumnya, lagu ini mengandung nasehat atau kata-kata bijak. Misalnya, Mengapa kau bermenung oh adik berhati bingung, janganlah engkau percaya dengan asmara...Sekarang bukan bermenung, mari bersama oh adik memetik bunga...
hampir sama dengan lagu sebelumnya, lagu Fatwa Pujangga merupakan salah satu lagu melayu lawas yang populer di kalangan masyarakat Indonesia, juga di negeri rumpun melayu. Lagu ini merupakan karya Said Effendi. Lagu ini dibawakan dengan sangat baik oleh Al Rizal. Karakter vokalnya yang kuat membuat lagu di enak untuk didengarkan. Lagu Fatwa Pujangga sendiri adalah sebuah lagu yang bercerita tentang surat yang ditulis dengan indah bagaikan fatwa pujangga. Lagu ini juga mengisahkan kasih tak sampai. Seperti yang diungkapkan dalam syairnya : Kan Kusimpan suratmu yang itu, bak pusaka yang sangat bermutu. Walaupun kita tak pernah bersua, sayang, cukuplah sudah tandamu setia....Selain Al Rizal, lagu ini juga telah dibawakan oleh penyanyi-penyanyi melayu lainnya salah satunya Eddy Silitonga.// Wati
Kali ini, akan menghadirkan lagu-lagu dari daerah Bali.
Lagu Bali dibawakan dalam bahasa Bali, sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebeih spesifik dari anak cabang bahasa Bali-Sasak. Bahasa ini umumnya digunakan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat dan sedikit di ujung timur pulau Jawa.
Mengawali Pelangi Nada kali ini, nikmati lagu berjudul “Memori Danau Beratan” dibawakan oleh Widi Widiana. seperti judulnya, lagu ini bercerita tentang kenangan di Danau Beratan, salah satu objek wisata di pulau Bali. Pendengar, Danau Beratan memang indah sehingga menjadi salah satu danau terbaik dan terindah di dunia, The World’s 20 Most Beautiful Lake yang dimuat pada laman www.huffingtonpost.com. Tidak mengherankan jika banyak orang yang datang berkunjung dan mengukir memori yang indah di sana.
Anda baru saja mendengarkan lagu “Sukreni Gadis Bali”, yang bercerita tentang pemuda yang mengagumi dan menyukai kecantikan seorang gadis Bali bernama Sukreni. Dalam lagu yang dibawakan Widi Widiana ini terasa sentuhan musik tradisional Bali. Pendengar, Widi Widiana merupakan penyanyi yang populer di kalangan masyarakat Bali. Debutnya sebagai penyanyi pop berbahasa Bali dimulai sejak tahun 1994. Hal itu ditandai dengan keluarnya album pertama Tunangan Tiang, yang merupakan album kompilasi dengan penyanyi-penyanyi pop Bali lainnya. Album solo pertama Widi Widiana muncul tahun 1996, Sesapi Putih. Album solo kedua lahir pada tahun 1997 dengan label Sampek Ing Tay.Namun sebelumnya, tahun 1991 bersama Diana Band, yang beranggotan keluarganya, Widi sudah merintis karier musik. Dari pangsung ke panggung , mereka membawakan berbagai jenis lagu mulai dari dangdut, pop, hingga reggae, baik dalam bahasa Bali, Indonesia, maupun Inggris. Pendengar, saya putarkan lagu lain dari Widi Widiana, “Surat Pemegat”
RRI World Service – Voice of Indonesia. Anda baru saja mendengarkan lagu “Surat Pamegat “ dari Widi Widiana. Sampai kini Widi sudah mengeluarkan sembilan album kompilasi dan 11 album solo. Rata-rata kasetnya terjual di atas 25.000 kopi, bahkan albumnya yang berjudul Tepen Unduk (Ketiban Sial) terjual di atas 50.000 kopi. Sepanjang kariernya di dunia tarik suara, Widi pernah meraih gelar penyanyi terbaik versi Bali Music Award I. // Wati
Pelangi Nada kali ini, VOI akan menghadirkan lagu-lagu pop nostalgia dari Iis Sugianto. Mengawali perjumpaan, saya putarkan sebuah lagu berjudul “Jangan Sakiti Hatinya”.
wajah penyanyi dengan nama asli Kuspuji Istiningdyah ini pertama kali muncul di layar kaca dalam acara Kenalan Baru yang disiarkan oleh TVRI pada 1978. Iis Sugianto pernah menyanyikan 2 buah lagu dari penyanyi kenamaan Fariz RM dalam albumnya “Selangkah ke Seberang” . Sayang, album tersebut belum berhasil mendongkrak namanya di kancah musik Indonesia. Nama Iis Sugianto baru dikenal sejak menyanyikan karya-karya dari seorang penyanyi, pencipta lagu, dan produser handal di Indonesia, Rinto Harahap. Album perdana Iis dibawah besutan Rinto Harahap adalah “Jangan Sakiti Hatinya” yang dirilis pada tahun 1979, dengan lagu andalan berjudul sama, “Jangan Sakiti Hatinya”. Pendengar, mari kita dengarkan kembali lagu lainnya dari Iis Sugianto berjudul “Nasibmu dan Nasibku”. Selamat mendengarkan...
sukses dengan album “Jangan Sakiti Hatinya”, tak lantas membuat Iis Sugianto berpuas diri. Masih dengan melantunkan karya-karya Rinto Harahap, ia semakin melambung nama. Ia pun dikenal sebagai penyanyi wanita yang menyanyikan lagu-lagu manis dan melankolis. Masa kejayaannya yaitu pada tahun 1980-an.
Lagu yang telah anda dengar berjudul “Nasibmu dan Nasibku” merupakan lagu andalan dari album bertajuk sama, “Nasibmu dan Nasibku”. Album ini dirilis pada tahun 1980, setahun setelah sukses dengan album “Jangan Sakiti Hatinya”. Lagu “Nasibmu dan Nasibku” ini bercerita tentang nasib sepasang kekasih yang saling mencinta namun tak dapat bersatu. Pendengar, demikian Pelangi Nada hari ini. Menutup perjumpaan saya hadirkan dua buah lagu dari IIs Sugianto berjudul “Bunga Sedap Malam” dan “Selendang Merah”. Selamat mendengarkan dan sampai jumpa pada Pelangi Nada edisi berikutnya.// Enggar