PT Pelayaran Indonesia (Pelni Persero) melakukan berbagai upaya pencegahan penyebaran Virus Corona penyebab COVID-19, di antaranya menyemprotkan cairan disinfektan ke seluruh kapalnya.Hal itu dikatakan Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT PELNI (Persero), Yahya Kuncoro, Sabtu. Pelni juga menjalankan pengukuran suhu tubuh bagi seluruh penumpang sebelum naik ke atas kapal, serta menerapkan 'physical distancing' bagi penumpang. Pelni mengatur jarak antar penumpang sejauh satu meter di dalam kapal.
Selain itu, perusahaan itu juga menyediakan 'hand sanitizer' di setiap dek penumpang dan sabun cuci tangan di setiap toilet. Sementara itu, Pelni melakukan penyesuaian pola operasional beberapa kapalnya, menyusul kebijakan sejumlah pemerintah daerah yang menutup pelabuhan di wilayahnya untuk mengantisipasi penularan COVID-19. Pelni terus berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan terkait alternatif rute sehingga kegiatan operasional tetap berjalan. Antara
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengapresiasi kebijakan pemerintah Indonesia untuk menangani dampak ekonomi dan sosial akibat wabah virus corona tipe baru atau COVID-19. Pernyataan tersebut disampaikan Kristalina dalam taklimat media yang diadakan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kepada pers di Jenewa, Swiss, Jumat (3/4). Kristalina seperti disampaikan dalam keterangan tertulis Perutusan Tetap RI Jenewa, Sabtu mengatakan secara khusus, IMF memuji koordinasi baik antara Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan dalam menangani pandemi serta pemberian perlindungan oleh pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil Menengah-UMKM.
Menurut Kristalina, kedua kebijakan ini tidak hanya berdampak nyata di lapangan, tetapi juga akan membantu peningkatan dinamika perekonomian Indonesia ketika situasi membaik. Duta Besar/Wakil Tetap Indonesia untuk PBB di Jenewa Hasan Kleib mengatakan, sebagai wakil Indonesia di Jenewa, pihaknya menyambut baik pernyataan positif Direktur Pelaksana IMF terhadap sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah RI untuk mengatasi dampak ekonomi dan sosial dari pandemi COVID-19. Antara
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa Sabtu mengatakan bahwa keberadaan wabah pandemi COVID-19 saat ini menyebabkan pariwisata menurun, dan berpengaruh pada kondisi hotel-hotel di Bali yang mulai sepi.Situasi saat ini, selain karena pandemi global juga ada ketentuan pembatasan kunjungan baik yang transit maupun yang datang ke wilayah Indonesia itu dibatasi. Ia menjelaskan bahwa saat ini tamu yang datang ke Bali perhari nya, hanya 500 orang. Apabila dibandingkan dengan di waktu normal kunjungan bisa sampai 10.500 sampai 11 ribu perhari. Kata dia, kunjungan ini masih didominasi dari negara Australia.
Pihaknya berharap kondisi ini berlangsung sementara dan berharap tidak sampai bulan Mei ini sudah selesai dan mereda. Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik Bali, Adi Nugroho mencatat kedatangan wisatawan mancanegara langsung ke Bali pada bulan Februari 2020 sebanyak 363.937 kunjungan dan terjadi penurunan hingga -31,19 persen apabila dibandingkan dengan bulan Januari 2020.Jika dilihat dari asal negaranya yang paling banyak datang langsung ke Bali di bulan Februari 2020, terbanyak dari Australia 22,50 persen, India 8,24 persen, Jepang 6,21 persen, Rusia 5,48 persen, Amerika Serikat 5,03 persen, Inggris 4,76 persen, Korea Selatan 4,23 persen, Perancis 3,71 persen, Jerman 3,30 persen dan Malaysia 2,93 persen. Antara
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengusulkan adanya pemberian pinjaman lunak kepada pelaku industri kecil menengah dan aneka (IKMA) sehingga mereka mampu membayar gaji pekerja yang dirumahkan akibat wabah COVID-19. Bunga yang ada di pinjaman lunak ini akan lebih rendah dari bunga Kredit Usaha Rakyat-KUR. Hal itu dikatakan Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Sabtu. Kebijakan untuk meminimalkan dampak COVID-19 kepada sektor IKMA merupakan hal yang penting untuk dilakukan, mengingat jumlah pelakunya yang besar.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha yang tumbuh dari 3,6 juta unit di tahun 2015 hingga 4,6 juta unit pada 2019. IKMA juga merupakan industri yang cukup banyak menyerap tenaga kerja. Total tenaga kerja IKMA pada 2019 berada pada angka 10,8 juta orang dengan nilai produksi lebih dari Rp1 triliun.Sejak wabah COVID-19 terjadi , rata-rata penjualan IKMA mengalami penurunan antara 50-70 persen.Oleh karena itu Kemenperin juga mengambil langkah lainnya yaitu bekerja sama dengan startup untuk membantu memasarkan produk-produk IKMA. Antara