Kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi sorotan, karena mengusung agenda 'America First' yang dianggap proteksionis, dan dianggap akan merugikan banyak negara yang selama ini menjadikan Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspornya. Meskipun begitu, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat di Washington DC, Budi Bowoleksono, yakin, potensi dagang di Amerika masih terbuka lebar. Kepada media di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, baru – baru ini, ia mengatakan, potensi tersebut masih terbuka lebar karena Indonesia juga merupakan pasar penting bagi perdagangan Amerika, khususnya terkait dengan produk – produk teknologi informasi.
"Tapi kami yakin sekali bahwa potensi perdagangan kedua negara itu widely open, masih terbuka ya dan Indonesia ini juga pasar penting buat Amerika, terutama produk – produk yang terkait dengan IT, IT related product, ini pasar dengan 262 juta penduduk ini kan pasar penting buat Amerika. Begitu juga teman – teman Amerika ini pasar penting bagi kita. kalau kita bicara pakaian, produk – produk perikanan, produk alas kaki, produk – produk kimia ya," kata Budi Bowoleksono.
Budi Bowoleksono menambahkan, saat ini Amerika Serikat sedang memfokuskan kebijakan perdagangan pada masalah surplus dan deficit. Amerika Serikat sedang memperkenalkan konsep baru dalam perdagangan yang disebut sebagai fair and reciprocal trade yang berbeda dengan konsep sebelumnya, yakni fair trade. Fair and reciprocal trade merupakan konsep perdagangan yang mengedepankan keadilan dan timbal-balik dengan fokus utama di surplus dan deficit. Konsep ini memiliki arti luas, karena bukan hanya tentang perdagangan yang kompetitif seperti konsep fair trade, tapi juga saling menguntungkan. (VOI/Rezha)