Sejak kejatuhan rezim pemimpin Libya Moammar Qaddafi, krisis keamanan belum memungkinkan untuk dilakukan diplomasi ekonomi secara gencar oleh Perwakilan RI di negara tersebut. Namun demikian, Perwakilan RI di Libya terus mencari peluang bidang-bidang tertentu yang bisa dikerjasamakan oleh kedua negara. Hal tersebut diungkapkan Kuasa Usaha Indonesia di Libya Mohammad Amar Ma’ruf, kepada Voice of Indonesia di sela kegiatan Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu), di kantor Kemlu, Jakarta, Jumat (10/1). Amar Ma’ruf mengatakan, salah satu peluang bagi Indonesia untuk terus ditingkatkan adalah ekspor alat kesehatan (alkes). Menurutnya, permintaan produk alkes buatan Indonesia untuk rumah sakit di Libya relatif tinggi.
“ Memang betul pak Presiden mengatakan, harus ada satu target yang harus dicapai. Jadi patokan kita adalah, kalau kita bicara masalah produk, tentu kita mencoba melihat potensi produk-produk apa yang potensial. Dan ternyata sebetulnya potensi alat-alat kesehatan kita banyak. Alhamdulilah (tahun) kemaren, terjadi transaksi pembelian alat-alat material kesehatan untuk rumah sakit oleh salah satu perusahaan yang disana, yang tahun kemaren itu dilakukan. Kalau bagi kami itu besar. Sebagai contoh ini ya, pengiriman pertama aja kemaren sembilan puluh tiga ribu dollar (AS), dan rupanya mereka sudah ada purchasing order untuk tahun depan yang nilainya lebih. Namun itu baru bicara di atas kertas kan, dan situasi kan beda nih, saya khawatir tiba-tiba terjadi perang itu jadi mundur lagi.”
Perwakilan RI di Libya secara terbatas juga terus melakukan upaya-upaya promosi di lingkungan KBRI, mengingat belum memungkinkan jika dilakukan di tempat terbuka. Kegiatan promosi di negara tersebut hanya bisa digelar melalui kegiatan seperti pameran terbatas dengan mengundang pelaku dan pengguna produk dan jasa Indonesia di Libya. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo, saat membuka Raker Kemlu, Kamis (9/1) meminta diplomasi ekonomi semakin gencar dilakukan. Presiden memasang target adanya peningkatan ekspor yang perlu didorong melalui peran para duta besar di negara-negara di seluruh dunia. (VOI)