Sunday, 20 May 2018 06:43

Tahun 2018 Jadi Tantangan Bagi Pasar Obligasi

Written by 
Rate this item
(0 votes)

 

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto di Jakarta baru – baru ini mengatakan, tahu 2018 merupakan tahun yang menantang bagi pasar obligasi atau fix income di Indonesia. Menurut Handy,  tahun ini investor tidak lagi bisa menikmati imbal hasil atau yield dari obligasi sebanyak dua digit sebagaimana dua tahun ke belakang. Pada tahun 2016, investor bisa memperoleh imbal hasil sebesar 14 persen. Sedangkan pada tahun 2017 imbal hasil yang diperoleh mencapai 18 persen.

“Jadi kalau kita bicara di akhir tahun lalu, kita memang menyatakan bahwa tahun 2018 itu adalah tahun yang sangat challenging buat pasar fix income, pasar obligas, kenapa? Simple, karena kalau kita lihat dari entry levelnya, itu yieldnya sudah turun sangat signifikan. Jadi dua tahun terakhir, investor yang berinvestasi di pasar obligasi menikmati return double digit. Jadi catatan kita 2016 returnnya bisa 14 persen, 2017 bisa 18 persen. Ini akibatnya starting entry level kita itu sudah sangat rendah di tahun 2018.”

Handy lebih lanjut menjelaskan, hal itu terjadi karena untuk tahun ini sudah banyak kepemilikan asing di Surat Utang Negara yang semakin berkurang dengan disebabkan beralihnya mereka ke US Treasury Bonds yang memberikan imbal hasil semakin menarik, yakni mencapai lebih dari tiga persen. Di samping itu, lanjut dia, hal itu juga dipengaruhi oleh sudah tidak mungkinnya  Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuannya. Bahkan, untuk tahun ini akan terus mengalami kenaikan di kisaran 25-50 basis poin. Karena itu, dia menekankan, pasar obligasi memang sangat dipengaruhi oleh foreign fund flows. Karenanya, agar pasar obligasi bisa memberikan return yang bagus dan bisa memberikan daya tarik bagi investor. (VOI/Rezha)

Read 520 times Last modified on Monday, 21 May 2018 05:48