Wednesday, 29 November 2023 20:27

Inovasi Nyamuk Wolbachia untuk Perangi DBD

Written by  Voice of Indonesia
Rate this item
(0 votes)

Rapat kerja Komisi IX DPR RI dengan Kementerian Kesehatan RI tentang nyamuk mengandung Wolbachia di kompleks DPR/MPR, Jakarta, Selasa (28/11/2023). (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

 

Dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Selasa (28/11/2023), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membicarakan soal inovasi nyamuk Wolbachia untuk menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

 

Pada kesempatan itu, Budi Gunadi mengatakan, intervensi DBD yang dilakukan dalam 50 tahun terakhir di Indonesia belum berhasil menekan angka kasus hingga ambang batas minimal frekuensi global. Sesuai panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ambang batas minimal adalah 10 per 100 ribu kasus dari total populasi. Namun frekuensi kesakitan DBD di Indonesia saat ini berada pada angka 28,5 per 100.000 populasi.

 

Pemerintah Indonesia telah mengupayakan berbagai langkah untuk menekan angka kasus DBD, antara lain melalui  pengasapan, membunuh larva nyamuk dengan bubuk abate, hingga mengedukasi masyarakat agar menjaga lingkungan bersih tanpa genangan air, tempat nyamuk berkembang biak. Triliunan rupiah telah dikeluarkan untuk menangani penularan DBD.

 

Upaya terkini pemerintah dalam menanggulangi DBD adalah dengan menyebar nyamuk berbakteri Wolbachia. Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung bakteri Wolbachia, tidak dapat lagi menularkan virus Dengue kepada manusia, namun bakteri tersebut dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk.

 

Dalam rapat kerja tersebut Budi Gunadi menjelaskan, Kementerian Kesehatan akan memulai proyek percontohan penyebaran nyamuk Wolbachia di lima kota Indonesia. Yaitu, Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (Nusa Tenggara Timur). Sementara itu, Provinsi Bali menyatakan penolakannya terhadap program tersebut, karena sebagian masyarakatnya mengkhawatirkan dampak dari inovasi ini terhadap ekosistem di masa depan. Memang belakangan ini banyak berita yang tidak bertanggung jawab alias hoax dan isu liar tentang dampak negatif inovasi Wolbachia beredar di masyarakat.

 

Menghadapi penolakan di daerah terhadap program ini, pemerintah sebaiknya melakukan sosialisasi sejelas-jelasnya dan seluas-luasnya kepada masyarakat. Di Indonesia penelitian terhadap nyamuk berbakteri Wolbachia telah dilakukan sejak 2011 di Yogyakarta. Wilayah di provinsi ini  yang terbukti berhasil menekan kasus DBD hingga 77 persen, dengan memanfaatkan inovasi nyamuk ber-Wolbachia, adalah Kabupaten Bantul.

 

Efektivitas pemanfaatan inovasi nyamuk ber-Wolbachia untuk menurunkan kejadian demam berdarah juga sudah dibuktikan di 13 negara lain, antara lain, di Australia, Brazil, Sri Lanka, Vietnam, Fiji, dan Meksiko. Sementara, di Singapura inovasi nyamuk ber-Wolbachia diterapkan dengan menggunakan metode penurunan jumlah populasi nyamuk.

 

Semoga dengan informasi yang jelas, daerah-daerah  di Indonesia tidak lagi ragu dan bersedia menerapkan program ini, sehingga seluruh wilayah Indonesia dapat terbebas dari penularan DBD.

Read 278 times