Dalam keterangan pers hari pertama, Presiden WEF, Børge Brende menekankan pentingnya dialog pada 'pertemuan penting' ini, ketika dunia sedang bergulat dengan 'resesi geopolitik' yang semakin mendalam.
Ia menyampaikan krisis kemanusiaan di Gaza masuk dalam agenda WEF. Dengan berkumpulnya sejumlah 'pemain penting' di Riyadh, ia berharap akan terjadi diskusi yang dapat mengarah pada proses rekonsiliasi dan perdamaian. Menurutnya, saat ini ada sedikit momentum dalam negosiasi sandera dan juga kemungkinan gencatan senjata.
Sementara, Faisal Alibrahim, Menteri Ekonomi dan Perencanaan Arab Saudi sebagai tuan rumah, menekankan perlunya menyelesaikan permasalahan regional di Timur Tengah sebagai peluang untuk menghidupkan kembali pertumbuhan global.
Hamas, pada Sabtu, mengaku telah menerima respon dari pemerintah Israel atas proposal gencatan senjata terbaru dan akan mempelajarinya sebelum memberikan balasan.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz di hari yang sama mengatakan bahwa jika kesepakatan tentang sandera dengan Hamas tercapai, Tel Aviv akan menunda operasi militer yang direncanakan ke kota Rafah, Gaza selatan.
Seruan global untuk melakukan gencatan senjata semakin meningkat ketika perang telah memasuki bulan ketujuh. Forum Ekonomi Dunia (WEF) pun menyoroti pentingnya perdamaian di Timur Tengah. Sejalan dengan itu, proses negosiasi yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir, mulai mengarah pada kesepakatan gencatan senjata. Hal ini perlu terus didorong agar tidak ada lagi serangan di Gaza dan menambah jumlah korban yang sudah mencapai lebih dari 34 ribu orang.
Diharapkan, gencatan senjata di Gaza segera terjadi, bantuan segera tersalurkan dengan baik dan perang berakhir. Situasi keamanan di Timur Tengah harus menjadi prioritas para pemimpin dunia agar tidak bereskalasi menjadi lebih besar dengan kerugian yang bukan hanya dirasakan oleh negara yang berperang namun oleh seluruh masyarakat di dunia.